Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Tak abang, adik pun jadi

Jahaming daeng nassa membunuh viona dipiru. gara-gara dendam jahaming terhadap kakak viona, erens wenger, yang pernah menodai istrinya sebelum nikah. viona diperkosa sebelum tewas.

7 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IDAMAN Jahaming Daeng Nassa beroleh mahkota dara justru buyar di malam pertama. Istrinya, Agustina, mengakui kegadisannya itu hilang setelah tidur dengan Erens Wenger, pacarnya ketika masih sama-sama di SMP Piru, Maluku Tengah. Akibat pengakuan tersebut, lelaki berusia 20 tahun ini dendam terhadap perenggut kegadisan Agustina. "Dan sejak itu suami saya sering pula menampar dan memukulku sesuka hatinya," kata Agustina. Tamat SMP, Agustina ikut kakaknya yang bekerja di Ujungpandang untuk melanjutkan SMA. Di kota inilah ia bertemu Jahaming, lalu menikah dua tahun silam. Setelah punya seorang anak, mereka pindah ke Piru, daerah asal Agustina. Jahaming dan anak-istrinya tinggal di rumah mertuanya. Seraya memendam kesumat terhadap Erens Wenger dalam dua tahun ini, lelaki tamatan SMA Ujungpandang tersebut penasaran untuk ketemu Erens di kampung itu. Namun, yang dicari kini menetap di Ambon. Dan baginya berlaku pemeo "tak ketemu abang, adiknya pun jadilah". Maka, ia coba melampiaskan kesumatnya pada Viona, 15 tahun. Itu dilakukannya pertengahan Februari lalu. Viona siap berangkat ke sekolah, tapi gadis remaja ini belok dulu buang hajat di kali, sekitar 300 meter dari rumahnya. Jahaming membuntuti Viona. Gadis cantik ini berkulit bersih. Saat akan ke rumahnya, anak bungsu dari sembilan bersaudara ini dihadang Jahaming dengan sebilah parang. Ia menanyakan alamat Erens, tapi Viona. Lelaki yang pernah tergabung dalam grup Reserse (Remaja Serba Senang) Ujungpandang itu memburu seraya mengayunkan parang ke kepala Viona. Gadis itu terjungkal, tapi sempat bangkit. Lelaki yang belum punya kerja itu bergegas mencengkeram baju Viona, dan menariknya hingga terjatuh lagi. Saat itulah, korban diseret ke semak-semak. Dalam keadaan tidak berdaya setelah lehernya dicekik, korban diikat dengan baju kaus. Murid kelas II SMP itu ditinggalkan. Jahaming ke rumahnya, dan membeli Handiplast untuk menempel luka akibat gigitan korban. Beberapa jam setelah itu, Jahaming menjenguk tawanannya. Waktu itu malam sudah turun. Viona sudah tak berkutik. Mayatnya dipindahkan ke tepi jalan. "Saya tidak memperkosanya," katanya kepada Mochtar Touwe dari TEMPO. Menurut Jahaming, maksudnya ia menemui korban untuk menanyakan alamat Erens di Ambon. Cuma ia emosional hingga menghantamkan parang, karena Viona menolak memberi tahu alamat abangnya itu. Diakuinya bahwa ia membuka celana korban. Tapi niatnya untuk menodai dibatalkan karena melihat korban belum cebok. "Adik saya Erens tidak memperkosa istri tersangka. Ini bisa dicek di Polsek," kata Rudi Wenger. "Kalau betul, berarti laporan itu pasti ada." Tapi Nyonya Mien Wenger, ibu korban, mengetahui bahwa Erens dan Agustina pernah pacaran sewaktu di SMP. "Kalaupun terjadi hubungan badan saat pacaran, tentu dilakukan tanpa paksaan," katanya. Kini Jahaming menginap di Polsek Piru. Barang bukti kalung emas dan jam tangan yang dirampas dari Viona didapat polisi di lemari es, di rumah tersangka. "Yang sulit, membuktikan adanya perkosaan, sebab orangtua korban tidak bersedia mayat anaknya diotopsi," kata Letda. P. Pattiwael, Kapolsek Piru. Sedangkan sumber di Polsek itu memperkirakan, korban dinodai setelah diseret dalam semak-semak. Hal itu terlihat dari bekas cakaran tangan di badan tersangka. Juga ada luka gigitan pada pergelangan tersangka yang cukup menganga. Selain didapati sperma, tampak pula ada sobekan pada kelamin korban akibat tusukan benda tumpul. Itu menurut sumber yang turut melakukan pengambilan visum di puskesmas Piru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus