Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Berita Tempo Plus

Kisah Sukses Artis Lepas dari Ketergantungan Narkoba

Orang terdekat seperti keluarga memiliki peran penting dalam proses rehabilitasi narkoba. Sejumlah artis membuktikannya.

1 Mei 2024 | 00.00 WIB

Penyanyi Ari Lasso di Jakarta. DOK. TEMPO/Nurdiansah
Perbesar
Penyanyi Ari Lasso di Jakarta. DOK. TEMPO/Nurdiansah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Sejumlah artis menekankan pentingnya pendampingan orang dekat seperti keluarga dalam proses rehabilitasi ketergantungan narkoba.

  • Hal itu dirasakan langsung oleh para personel Slank dan Ari Lasso.

  • Sejumlah penelitian pun memberi konfirmasi perihal korelasi kuat antara dukungan keluarga dan tingkat kesembuhan para mantan pecandu.

SEJUMLAH artis sukses menjadi penyintas narkoba dengan perjuangan yang keras. Tekad untuk menjalani rehabilitasi medis serta dukungan yang kuat dari keluarga dan aparat membuat mereka terlepas dari barang haram tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Tiga personel grup band Slank—Bimbim, Kaka, dan Ivanka—merupakan di antara para penyintas. Pria bernama asli Bimo Setiawan Almachzumi itu menceritakan pengalamannya keluar dari jerat narkoba yang telah menjeratnya sejak 1993.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Bimbim mengaku telah berkali-kali melakukan rehabilitasi sebelum akhirnya sukses terbebas dari belenggu narkotika dan obat-obatan terlarang pada 2000. Terakhir, dia menyatakan membutuhkan waktu selama sekitar dua tahun. Bimbim menyatakan hal terpenting yang membuatnya bisa keluar dari jerat narkoba adalah dukungan dari orang-orang terdekat. Hal itu, menurut dia, membantu pemulihan dirinya secara psikis. “Panjanglah (proses rehab). Yang pasti, sepuluh hari untuk nyembuhin badan doang. Tapi untuk nyembuhin psikis bisa setahun atau dua tahun dan perlu dirangkul sama keluarga," ujarnya kepada Tempo beberapa waktu lalu.

Bimbim ingat betul bagaimana ibunya, Iffet Veceha Sidharta atau yang akrab disapa Bunda Iffet, berperan penting dalam menyembuhkan dirinya dan anggota personel Slank lainnya. Saat itu, menurut Bimbim, Bunda Iffet mengisolasinya bersama Kaka dan Ivanka, dua personel Slank lainnya, di markas mereka yang terletak di Gang Potlot, Jakarta Selatan. Telepon seluler mereka pun disita. Bahkan Bunda Iffet sempat meminta agar mereka dijaga oleh aparat kepolisian.

Tak hanya itu, Bimbim menyatakan kegiatan mereka sehari-hari selalu diawasi. Untuk pergi ke mal saja, menurut dia, mereka bisa dikawal sampai 20 orang. “Kami enggak dikasih pegang uang, handphone ditarik semua, benda-benda emas apa yang menjadi (diuangkan) atau bisa digerus. Ke mana-mana dikasih, ke mal, nonton, jalan, dibayarin semua. Ada yang bawa duit sama diikutin ramai-ramai,” kata Bimbim.

Drummer Slank, Bimbim, merekam melalui ponselnya saat peluncuran album ke-22 bertajuk Palalopeyank, di markas Slank, di Jakarta, 7 Februari 2017. TEMPO/Nurdiansah

Pada Februari 2000, seluruh personel Slank mendeklarasikan diri bebas dari narkoba. Namun diam-diam Ivanka mengaku masih sempat tetap menggunakan narkotika. Tekad Ivanka untuk sembuh muncul karena dirinya merasa malu menjadi satu-satunya personel Slank yang menjadi pecandu narkoba. “Pokoknya jangan coba-coba narkotika. Ketika sudah coba diibaratkan ikan yang kena kail, dia enggak bisa lepaskan kailnya sendiri, harus dibantu,” kata Ivan.

Bunda Iffet pun menceritakan pentingnya peran orang-orang terdekat untuk terus mengawasi anggota keluarganya yang kecanduan narkoba. Dia mengaku sempat kecolongan saat mencoba mengobati para personel Slank. “Pernah 10 hari lepas, tiba-tiba memakai lagi. Begitu juga kejadian saat rehabilitasi, dia (Bimbim) menelepon bandar," ujar Bunda Iffett kepada Tempo pada 2019.

Penyanyi Ari Lasso juga memiliki pengalaman yang sama. Mantan vokalis grup band Dewa 19 itu sempat menceritakan pengalamannya kepada Tempo pada 2001. Ari menceritakan dirinya membutuhkan waktu lebih dari dua tahun dan upaya yang sangat keras untuk meninggalkan narkoba. Bahkan dia mengaku sempat menjalani 11 kali proses rehabilitasi. “Aku 11 kali (rehab) dari 1996 sampai akhirnya sembuh pada 2001,” kata pemilik nama panjang Ari Bernadus Lasso itu.

Ari mengaku bisa benar-benar meninggalkan narkoba setelah mengikuti program Accelerated Neuro-Regulation (ANR). Awalnya, dia dibius total selama satu malam, kemudian diberikan obat natrexone yang harus diminum setiap hari selama enam bulan. “(Obatnya) itu rasanya seperti dalamnya neraka, pahit, bikin perut melilit, keringetan,” kata Ari.

Selain terapi secara medis, Ari menceritakan bagaimana istrinya, Vitta Dessy Catur Purnama, memiliki peran penting dalam proses penyembuhan itu. Dia menceritakan istrinya betul-betul harus membatasi pergaulannya.

Dalam laman media sosial YouTube pribadinya, Ari Lasso pun menegaskan bahwa para pengguna yang menjalani rehabilitasi sangat penting untuk mendapatkan pendampingan agar tak kembali terjerumus ke lubang yang sama. “Jadi, kuncinya itu, cari buddies dari keluarga atau pihak berwajib,” kata Ari.

Dengan mengingat perjuangan yang dilaluinya untuk lepas dari jerat narkotika. Pria 51 tahun itu pun berpesan agar jangan ada yang ingin coba-coba menggunakan narkoba. “Tidak semua orang yang terkena drugs putau, heroin, sabu, seberuntung gue. Jadi, jangan coba. Sekali masuk, enggak gampang keluarnya,” kata Ari.

Sejumlah penelitian pun membuktikan bahwa pendamping dari keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah pengguna narkoba kembali terjerumus. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan, Jawa Barat, Aria Pranatha, dalam penelitiannya pada 2017, menunjukkan adanya korelasi kuat antara dukungan keluarga dan tingkat kesembuhan seorang pengguna narkoba.

Penelitian yang dilakukan di Rumah Damping Tenjo Laut, Kuningan, Jawa Barat, itu menunjukkan 81 persen pecandu yang mendapatkan dukungan kuat dari keluarganya tak kembali menggunakan narkoba atau relapse. Sebaliknya, 57 persen pecandu yang tak mendapatkan dukungan dari keluarga secara baik kembali ke dunia hitam itu.

Dukungan dari keluarga, menurut penelitian itu, dapat mencegah mantan pengguna narkoba kembali berinteraksi dengan orang-orang yang dulu membuatnya menjadi pecandu. Selain itu, keluarga bisa membuat para mantan pecandu menjalani kehidupan yang lebih positif.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ade Ridwan Yandwiputra

Ade Ridwan Yandwiputra

Lulusan sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957. Memulai karier jurnalistik di Tempo sejak 2018 sebagai kontributor. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus