Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Basarah Sebut Demokrasi Jadi Tantangan Kebangkitan Indonesia

Pemimpin mendatang harus dapat menjawab berbagai masalah bangsa yang akhir-akhir ini banyak mendapatkan sorotan masyarakat.

20 Mei 2024 | 14.32 WIB

Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah
Perbesar
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

INFO NASIONAL – Indonesia akan menghadapi tantangan yang sangat berat untuk menuju Indonesia Emas tahun 2045. Begitu yang dikatakan Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah. Menurutnya, pemimpin mendatang harus dapat menjawab berbagai masalah bangsa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Masalah politik, terutama demokrasi, sangat tajam mendapat sorotan publik akhir-akhir ini. Ditambah masalah kesejahteraan dan hubungan sosial. Itu mengapa, berbagai problem bangsa tersebut harus bisa diselesaikan atau dijawab oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih di Pemilu 2024 lalu,” ujar Basarah, Senin, 20 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kata dia, perbedaan pendapat dalam pemilu jangan sampai memicu polarisasi di masyarakat, yang akan berimbas pada keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurutnya, pemimpin terpilih harus dapat merekonstruksi kebangkitan dan menjalankan sistem kepemimpinan nasional yang melibatkan partisipasi rakyat dalam kerangka sistem demokrasi kerakyatan.

“Indonesia bukan milik suatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik suatu suku, bukan juga milik suatu golongan adat-istiadat,” ujar Basarah.

Basarah mengatakan, dinamika politik, sosial dan ekonomi jangan sampai mengancam persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah diperjuangkan selama ini. ia menilai, masih banyak persoalan bangsa yang membutuhkan soliditas dan persatuan seluruh elemen bangsa untuk bisa bangkit kembali.

“Oleh karena itu, kepentingan bangsa di atas kelompok mesti terus diutamakan dan harus menjadi landasan bagi setiap pemimpin, berbagai elemen bangsa, organisasi maupun partai politik. Prinsip-prinsip itu harus ada dijalankan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Ia menjelaskan, penetapan Hari Kebangkitan Nasional oleh Soekarno melalui Keputusan Presiden nomor 316 tahun 1959 dilandasi dinamika politik yang terjadi pada masa-masa awal pasca-kemerdekaan. Ketika itu, banyak tokoh-tokoh nasional yang bermusuhan satu sama lain. Situasi diperparah dengan agresi militer masih dilakukan oleh Belanda.

“Kita harus terus menggelorakan semangat rasa cinta tanah air dalam konteks kekinian. Memahami ajaran-ajaran Bung Karno untuk mencintai tanah air dan menghidupkan semangat kebangsaan diperlukan agar setiap pemimpin dan insan di Republik ini memiliki semangat dedication of life,” kata dia. (*)

Bestari Saniya Rakhmi

Bestari Saniya Rakhmi

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus