Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Unilever Indonesia mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam mengelola sampah plastik melalui edukasi ekonomi sirkuler sampah plastik rumah tangga, antara lain melalui penyediaan gerai isi ulang produk yang dinamakan Unilever Indonesia Community Refill Program. Unilever Indonesia gencar melakukan uji coba dan menjalankan program isi ulang sejak lebih dari 5 tahun lalu, dan inisiatif terbarunya pada 2022, program refillnya diperluas di titik-titik bank sampah dan komunitas.
Dengan hadirnya gerai isi ulang ditengah komunitas, konsumen dapat membeli produk-produk perawatan rumah tangga Unilever tanpa kemasan, seperti Rinso, Sunlight, dan Wipol tanpa menambah masalah sampah plastik. Bekerja sama dengan sejumlah mitra seperti Yayasan Rumah Pelangi, Lohjinawi, dan Alner, program ini hadir di Bank Sampah binaan dan mitra isi ulang dan telah berhasil mengurangi 6.300 kg (6 ton) plastik dari 91.000 liter produk yang terjual di 817 outlet di wilayah Jabodetabek dan Surabaya.
“Kerja sama kami dengan Yayasan Rumah Pelangi telah dimulai sejak 2013, salah satu program unggulan yang kami jalankan bersama mereka adalah program pengumpulan dan pemrosesan sampah dengan target pengumpulan 4.500 ton sampah plastik di Jabodetabek di tahun 2024,” kata Maya Tamimi, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation. Kini, lanjut dia, Yayasan Rumah Pelangi turut menjadi perpanjangan tangan Unilever Indonesia untuk mensosialisasikan dan menyediakan gerai isi ulang, khususnya di Bank Sampah binaan Unilever.
Bersama Lohjinawi Group, program refill produk Unilever dilakukan dengan memberdayakan Bank Sampah yang sudah bekerja sama sebelumnya dengan Yayasan Lohjinawi. Namun dalam hal jual beli, pelaksananya adalah CV. Lohjinawi Logistic yang menawarkan program refill dengan kemasan jerigen. Produk dengan kemasan jerigen tersebut nantinya dipasarkan kembali kepada nasabah Bank Sampah untuk diisi ulang dengan botol yang bisa digunakan kembali dan diberikan stiker secara gratis.
Sementara dengan Alner, program ini terlaksana melalui Project TRANSFORM-Alner yang beroperasi di wilayah Jabodetabok. Di project ini, masyarakat tidak hanya bertindak sebagai konsumen namun juga sebagai mitra yang menyediakan fasilitas refill.
“Mereka adalah UMKM berbasis komunitas dan konvensional seperti toko atau warung dan Bank Sampah, sehingga tercipta sistem yang dapat direplikasi dengan cepat dan dalam skala besar. Sebagai mitra, mereka tidak hanya ikut berpartisipasi dalam upaya mengurangi permasalahan sampah plastik, namun juga menjadi lebih berdaya secara ekonomi. Oleh sebab itu, di project ini mereka disebut sebagai Refill Enterprise, yang menjadikan solusi refill sebagai daya saing dan kekuatan dari usaha mereka,” tutur Maya.
Sementara Project TRANSFORM-Alner, setelah satu tahun berjalan telah mampu berkontribusi pada penguraian masalah sampah plastik dan peningkatan perekenomian masyarakat, terlihat dari beberapa indikator:
- Jumlah Refill Enterprise: Hingga kini penjualan refill sudah tersedia pada 675 titik di area Jabodetabek, dan jumlahnya terus bertambah
- Manfaat ekonomi dan lingkungan yang dirasakan para Refill Enterprise: Dengan menjual refill, kenaikan pendapatan mereka mencapai rata-rata Rp500.000,- s/d Rp1.000.000,- per bulan, meningkat 10-25 persen dari pendapatan bulanan sebelumnya. Selain itu, 46,2 persen dari mereka menjadi lebih memahami sistem refill, dan merasa bahwa dampak sampah mereka terhadap lingkungan lebih berkurang
- Minat masyarakat terhadap solusi refill: Sudah ada 77.624 liter produk yang terjual melalui sistem refill, menandakan bahwa solusi ini mulai diterima dengan baik dan berpotensi untuk terus ditingkatkan.
- Pengurangan kemasan plastik sekali pakai: Dengan distribusi refill ini, kurang lebih 4.412 kg kemasan plastik baru telah berhasil dikurangi.
Ujang Solihin Sidik, S.Si, M.Sc., Kasubdit Barang dan Kemasan, Direktorat Pengelolaan Sampah Ditjen Pengelolaan Sampah Limbah, dan B3 KLHK RI pada acara TRANSFORM-Alner menyampaikan, “Merujuk pada kerangka penerapan ekonomi sirkular yang tercantum di Permen KLHK no. 75 tahun 2019, sistem refill adalah inovasi yang dapat digunakan untuk mengurangi dan mencegah sampah plastik dari hulu. Sistem ini memiliki potensi untuk berkembang, dan patut menjadi model bisnis yang diterapkan oleh lebih banyak produsen guna mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Selain itu, pemahaman dan partisipasi masyarakat untuk menjalankan gaya hidup refill juga dibutuhkan agar permasalahan sampah plastik dapat diatasi secara lebih komprehensif.”
Menurut Maya, dengan adanya komitmen yang sejalan untuk mengedepankan refill sebagi solusi belanja yang ramah di kantong dan ramah di lingkungan, Unilever Indonesia dan Alner terus bekerja sama untuk memaksimalkan potensi dan memperluas dampak solusi refill di tengah masyarakat.
Unilever Indonesia, lanjut Maya, percaya bahwa plastik memiliki tempat tersendiri di dalam rantai ekonomi, tetapi tidak di lingkungan. “Kami tidak tinggal diam, kami memiliki komitmen kuat untuk menciptakan lingkungan yang lebih lestari, termasuk salah satunya mengambil peran dalam hal membantu pengelolaan sampah berkelanjutan yang mengedepankan prinsip ekonomi sirkular.” (*)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini