Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL – Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM sejak April silam telah merilis Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 yang mengatur pencantuman label peringatan kandungan bisphenol-A (BPA) pada air minum dalam kemasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahli farmakologi Profesor Junaidi Khotib telah berulang kali menjabarkan pentingnya pelabelan ini. Sebab, dalam berbagai penelitian membuktikan dampak buruk BPA jika diserap oleh tubuh.
Dalam paparannya yang disusun bersama tim riset rumpun kesehatan Universitas Airlangga, Junaidi dan tujuh rekan ahli lainnya menuturkan hasil temuan dari sejumlah percobaan yang telah dilakukan di berbagai negara, dan dimuat dalam jurnal Miyatake et al, 2006.
“Studi pra-klinik pada hewan coba, BPA menunjukkan toksisitas pada kadar tertentu baik paparan akut maupun sub-kronik,” kata Junaidi.
Penelitian tersebut menggunakan hewan coba mencit, atau sejenis tikus kecil. Dari hasil uji paparan BPA selama 24 jam, ditemukan senyawa sintetis itu menyebabkan aktivasi bifasik astrosit dalam kultur astrosit otak tengah mencit dan neuron/glia.
Dalam bahasa awam, hasil uji ini menunjukkan paparan BPA dengan berbagai kadar pada jangka waktu lama dapat menimbulkan gangguan perilaku berupa kemampuan motorik dan aktivitas gerak, keseimbangan serta daya ingat (learning memory).
“Perubahan perilaku ini disebabkan adanya perubahan struktur, kemampuan deferensiasi dan proses pematangan sel syaraf serta produksi neuro-transmitter-nya,” tulis Junaidi.
Dalam uji coba lebih jauh, juga ditemukan efek paparan BPA pada fase prenatal dan neonatal yang terlihat pada perubahan perilaku tikus. Perubahan ini diamati melalu aktivitas tikur yang enggan memilih ruangan ketika diberi paparan BPA 0,002-2 mg/g makanan.
Metode penelitiannya sebagai berikut. Pertama, mencit ditempatkan pada kompartemen terang dari suatu kotak dan dibiarkan menuju kompartemen lainnya dengan kondisi gelap dan tekstur permukaan lantai yang kasar.
Kemudian mencit diberi BPA dosis rendah dan dosis tinggi. Hasilnya, semua dosis tersebut menyebabkan gangguan signifikan pada memori. Perubahan juga terjadi pada hipokampus otak tikus yang diamati baik pada ekspresi choline acetyltransferase dan protein inti sel syaraf. Paparan BPA ini menyebabkan perubahan struktur beberapa bagian otak (Frontal Cortex, Hypothalamus dan Hypocampus) pada hewan coba.
Prof. Junaidi menjelaskan, dari uji lab ini dapat disimpulkan bahwa BPA menyebabkan perkembangan dan fisiologi hipotalamus neuroendokrin dan pengendalian keseimbangan energi mengalami gangguan. Demikian pula, proses learning memori pada hipokampus mengalami penurunan.
"Meski sampai saat ini, kuantitasi gangguan pada model tikus secara invivo belum dapat ditranslasikan ke dalam model dosis-response yang sangat jelas pada manusia. Tetapi ini harus menjadi pemikiran dan peringatan akan adanya gangguan kesehatan yang akan terjadi ketika terdapat pemaparan BPA dan berdampak serius pada kesehatan manusia baik secara fisik maupun mental,” ujar dia. (*)