Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Masyarakat Labuan Bajo, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dikenal sebagai pelaut yang menggantungkan mata pencahariannya sebagai nelayan tradisional. Amir Syam, seorang nelayan dari Labuan Bajo, menjelaskan tantangan mereka dalam mencari ikan, terutama saat ombak besar. Meskipun hidup di pesisir pantai, mereka terkadang harus pergi jauh untuk mendapatkan ikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya sudah melaut sejak kelas 6 SD. Kalau teduh kami ke laut. Kalau ombak besar kami tidak ke laut, kami pergi jauh sekitar dua jam perjalanan menghabiskan 30 liter solar atau sekitar 3-4 mil. Kalau dekat tidak bisa dapat ikan,” ungkap Amir Syam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain menjadi pelaut, masyarakat Wolo juga aktif dalam sektor pertanian. Namun, keterbatasan mesin pembajak sawah seringkali mengakibatkan keterlambatan panen. Mahyuddin, seorang petani dari Wolo, menyuarakan kelangkaan mesin pembajak sawah yang sering membuat petani harus meminjam dari desa lain. Usulan untuk memperhatikan khusus petani sawah dalam pertemuan dan rapat menjadi sorotan.
“Luas area sawah khusus di Kecamatan Wolo sekitar 400 hektare. Namun, mesin pembajak sawah bisa dihitung jari. Petani kadang harus meminjam dari desa lain. Hampir setiap waktu ada pertemuan atau rapat kami mengusulkan agar petani sawah di sini diperhatikan secara khusus agar sejahtera,” ujar Mahyuddin.
Di samping nelayan dan petani, masyarakat Wolo juga berdampingan dengan penambang nikel, yakni PT Ceria Nugraha Indotama, perusahaan pertambangan nikel PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) yang dimiliki anak bangsa.
Seperti yang diketahui, produksi nikel dunia mengalami peningkatan signifikan. Dikutip dari Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel dunia pada 2022 mencapai 3,3 ton, meningkat 20,88 persen dibanding 2021 dan Indonesia menjadi penghasil nikel nomor satu dengan total produksi mencapai 1,7 juta metrik ton atau menyumbang 48,48 persen pada 2022. Indonesia juga memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sebanyak 21 juta metrik ton dan menyumbang 21 persen total cadangan nikel global pada tahun lalu.
Pius Ginting, Koordinator Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat, menekankan perlunya perusahaan pertambangan memperhatikan dampaknya pada masyarakat. Dia mengingatkan pentingnya dialog secara baik dengan pendekatan yang menghormati warga terdampak. Dia juga menambahkan bahwa hak atas lingkungan hidup itu diakui undang-undang dan semua warga berhak untuk hidup baik dan sehat.
“Saya rasa warga juga rasional, ingin pembangunan yang baik. Kalau dirasa oleh warga manfaatnya banyak tentu mendukung. Jika berdampak pada ekonomi mereka dan tidak tergantikan dengan tambang yang masuk, pilihan mereka harus kita hormati,” ujarnya.
Namun begitu, Sjamsul Kadar, Kepala Bappeda Kabupaten Kolaka, menekankan bahwa pertambangan merupakan sebuah investasi di Kolaka dan membuat pertumbuhan ekonomi bergerak sangat cepat. Pertambangan juga tidak berbenturan dengan sektor pertanian dan perikanan, namun saling membutuhkan dan saling menghidupi sehingga keseimbangan antar sektor tetap terjaga. Ditambah lagi, Ceria sudah menyerap tenaga kerja lokal di ring 1 sampai dengan ring 4 hampir sekitar 75% dan tentunya berkontribusi terhadap pembangunan di wilayah Kolaka. Terutama daerah ring 1 dengan lokasi desa-desa yang sangat dekat dengan daerah IUP Ceria.
“Nelayan ini tidak lagi bisa di pesisir. Jadi difasilitasi untuk kapal mesin dan alat tangkap, sehingga ada rasa nyaman terhadap nelayan karena hidup berdampingan dengan pertambangan. Untuk petani minimal ada penyediaan pupuk dan sarana pertanian supaya petani bisa nyaman bertani, pertambangan tetap jalan, petani dan nelayan juga jalan,” imbuhnya.
Berada di lingkar tambang Ceria, para nelayan menyambut baik dan sangat terbantu dengan tambahan kapal untuk nelayan dari Ceria yang diorganisir secara kelompok untuk penggunaan bergantian. Tak hanya itu, para petani juga mendapat perhatian khusus dari Ceria, dimana Ceria memberikan bantuan berupa hand traktor untuk memudahkan para petani dalam proses pertanian.
Samarun, Ketua Gapoktan Usaha Bersama Wolo, menekankan pentingnya modernisasi pertanian melalui edukasi dan pelatihan, khususnya untuk petani milenial yang diharapkan berkontribusi pada industri pertanian. “Kami menjaga generasi petani milenial, karena diharapkan berkontribusi pada industri pertanian,” kata dia.
Sjamsul Kadar juga menegaskan pentingnya dukungan dan kedamaian antara masyarakat dan perusahaan pertambangan. Meskipun mengakui pertumbuhan ekonomi yang cepat di sektor tambang, dia menekankan bahwa sektor pertambangan, pertanian, dan perikanan seharusnya tidak dianggap bertentangan, melainkan sebagai elemen yang saling mendukung dan menghidupi satu sama lain di wilayah Kolaka.
“Pertambangan tetap jalan, menambang ya menambang, petani ya petani, yang nelayan ya nelayan. Jadi jangan dianggap satu sama lain berbenturan, tapi saling membutuhkan dan saling menghidupi. Kalau ini terjadi, aman dunia ini lah,” tutup Sjamsul.
Video Dokumenter Demi Sesama bisa anda saksikan di youtube channel tempodotco https://www.youtube.com/watch?v=_-XuV-XcT1U&t=179s
(*)