Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anak Muda Melihat Perubahan Indonesia

Dua travel blogger menjadi saksi perubahan saat menjelajah berbagai daerah di Indonesia. Mereka mengungkap apa-apa saja yang dulu kurang apik, sekarang sudah jauh lebih baik. Ternyata, ada andil pembangunan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) di sana.

1 Maret 2023 | 20.25 WIB

Anak Muda Melihat Perubahan Indonesia
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - Kadek Arini sangat bersyukur perjalanannya ke Bali menggunakan kendaraan pribadi hanya membutuhkan waktu selama 14 jam. Padahal beberapa tahun lalu, dia merasa kelelahan karena durasi perjalanan Jakarta ke Bali selama 24 jam. Keberadaan Jalan Tol Trans Jawa sangat membantu kegiatan travelling-nya. “Jalannya mulus banget,” ujar travel blogger dengan akun Instagram @kadekarini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Senada dengan Arini, Kenny Santana yang juga berprofesi sebagai travel blogger menceritakan berbagai perubahan di sejumlah daerah yang dia kunjungi. Misalnya di Pulau Padar, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, kini sudah tersedia tangga di punggung bukit yang memudahkan wisatawan mencapai puncak untuk melihat pemandangan yang memukau di sekelilingnya. “Dulu belum ada step (anak tangga) untuk naik ke atas. Sekarang sudah ada, jadi lebih mudah,” ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka menceritakan berbagai pembangunan di sejumlah daerah dengan antusias kepada Tiffani Angelica, host Podcast NGOPI (Ngobrol Pembangunan Indonesia) yang tayang di akun YouTube PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) dan Tempodotco. Podcast tersebut membahas tentang “Anak Muda Membangun Indonesia Berkelanjutan” dan bagaimana PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) hadir untuk membangun daerah.

Menurut Kenny, kesenjangan yang dia saksikan beberapa tahun lalu di daerah terjadi karena anggaran pemerintah setempat terbatas, sehingga harus menetapkan prioritas dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Akibat dana yang terbatas tersebut, hanya sebagian wilayah yang dapat tersentuh pembangunan.

Chief Economist PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), I Kadek Dian Sutrisna setuju dengan pendapat Kenny. Penyebab pertama kesenjangan pembangunan, Kadek menjelaskan, terjadi karena pembangunan infrastruktur membutuhkan pembiayaan yang besar dan penganggaran yang lebih dari satu tahun siklus APBD, sedangkan penganggaran APBD dilakukan setiap satu tahun. Selain itu, terdapat kebutuhan lain yang harus dialokasikan oleh APBD, misalnya untuk gaji pegawai dan kebutuhan rutin lainnya.

Agar tantangan pembiayaan pembangunan daerah dapat teratasi dan meminimalisir kesenjangan, PT SMI sebagai Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan terjun langsung mengatasi ketimpangan tersebut. “Kami memberikan pinjaman kepada korporasi dan pemerintah daerah. Contoh saat pandemi Covid-19, karena pariwisata terganggu, maka pendapatan daerah berkurang. Nah, PT SMI masuk untuk memberikan pinjaman,” tutur Kadek.

Ramona Harimurti, Head of Corporate Secretary PT SMI menjelaskan bahwa pembiayaan kepada pemerintah daerah merupakan perluasan mandat yang telah diberikan oleh Kementerian Keuangan sejak 2015 dengan dialihkannya peran dan aset Pusat Investasi Pemerintah kepada PT SMI. Pada pandemi Covid-19, mandat ini semakin diperkuat melalui penugasan program pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) kepada pemda.

“Kondisi Pandemi Covid-19 yang luar biasa itu mendorong PT SMI untuk berperan aktif mendukung pemerintah daerah dalam program PEN,” ujar Ramona. “Mandat dari Kementerian Keuangan semakin memperkuat peran PT SMI sebagai perusahaan pembiayaan pembangunan nasional.”

Mona melanjutkan, PT SMI dibentuk oleh Kementerian Keuangan pada 2009 sebagai katalis percepatan pembangunan infrastruktur nasional. Dalam menjalankan fungsi tersebut, PT SMI memiliki tiga pilar bisnis, yakni pembiayaan dan investasi, jasa konsultasi, serta pengembangan proyek.

Untuk pilar pembiayaan dan investasi, selain kepada korporasi, PT SMI juga memberikan pinjaman kepada pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan infrastruktur di wilayah masing-masing. “Pembiayaan ini tidak hanya konvensional, tetapi juga dalam skema syariah,” ucap Mona.

Sedangkan pilar kedua, jasa konsultasi, berarti memberi jasa konsultasi kepada investor dalam negeri maupun luar negeri yang tertarik berinvestasi di bidang infrastruktur, terutama untuk strategi pembiayaan pembangunan yang tepat.

Adapun pilar ketiga, pengembangan proyek, PT SMI menjadi pendamping pemilik proyek agar pelaksanaan pembangunan yang sedang dikerjakan selesai tepat waktu, berkualitas, dan sesuai perencanaan.

Mungkin akan muncul pertanyaan, bukankah bank juga bisa memberi pinjaman? Mengapa harus ke PT SMI? Menjawab ini, Mona menegaskan bahwa PT SMI bukan competitor bank, melainkan sebagai partner.

Prinsip kehati-hatian bank dan lembaga keuangan dalam memberikan pinjaman untuk sebuah proyek infrastruktur serta limitasi penyaluran pembiayaan yang diatur oleh Bank Indonesia kepada bank, merupakan tantangan yang dihadapi oleh pembiayaan infrastruktur yang memiliki tenor panjang, jumlah dana yang besar, dan berisiko tinggi. Artinya, PT SMI menjadi solusi karena memiliki inovasi produk pembiayaan infrastruktur yang berbeda dari produk perbankan.

“Bank juga memiliki manajemen risiko terutama untuk membiayai proyek yang belum dimulai atau masih berupa tanah kosong,” kata Mona. Dia mencontohkan proyek jalan tol, di mana bank pada umumnya akan tertarik membiayai pembangunannya apabila sudah mulai beroperasi. Sementara dengan kondisi seperti itu, berarti proyek tidak bisa dimulai.

Artinya, Mona melanjutkan, ada gap pembiayaan yang harus diisi agar proyek bisa jalan. “Nah, di sini PT SMI hadir untuk mengisi gap tersebut. Kami yang membiayai di awal tetap dengan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik. Nanti setelah proyek berjalan dan bank dapat masuk, kita bisa bekerja sama,” tutur Mona.

14 Tahun Perjalanan PT SMI

Dalam perjalanan PT SMI selama 14 tahun, begitu banyak proyek pembangunan yang telah dibantu dan memberi manfaat sosial dan ekonomi. “Misalnya pada RSUD di Sulawesi Utara, Pasar Jelojok di Lombok, dan Proyek Strategis Nasional Tol Trans Sumatera,” kata Mona.

Kadek menambahkan, PT SMI juga telah menghitung dampak sebuah pembangunan proyek. Pada Tol Trans Sumatera misalnya, dengan akan terkoneksinya Lampung sampai Aceh, tentunya akan mengurangi waktu tempuh yang berimbas pada pengurangan biaya distribusi. Setiap provinsi yang dilewati jalan tol tersebut juga menikmati dampak positif. “Kami menghitung pembangunan tol ini bisa meningkatkan pembangunan daerah sebesar 2,2 persen dari bagian perekonomian secara keseluruhan di Pulau Sumatera per tahun,” tuturnya.

Sementara terkait Pasar Jelojok di Lombok berhasil mendapat penghargaan sebagai Pasar Tersehat se-Nusa Tenggara Barat setelah direnovasi pada November 2020. Kadek mengatakan, PT SMI juga menghitung social economic impact pembiayaan pembangunan proyek Pasar Jelojok. Setelah melakukan survei, kami menemukan bahwa kepuasan pelanggan yang sebelumnya biasa berbelanja di pasar tersebut meningkat. Fasilitas pasar juga dapat menampung lebih banyak pedagang sehingga mereka tidak berjualan di luar pasar yang mengakibatkan pasar tersebut tampak kumuh.

Mona menambahkan, PT SMI bukan sekadar menghitung aspek ekonomi, tetapi juga dampak lingkungan. Contoh, Tol Trans Sumatera memiliki terowongan khusus untuk jalur gajah. PT SMI memang memiliki divisi yang melakukan evaluasi terhadap dampak lingkungan dan sosial pembangunan proyek infrastruktur. Jadi, setiap proses pemberian pembiayaan untuk pemerintah daerah maupun pihak lain, divisi ini akan mempelajari kondisi masyarakat lokal, masyarakat adat, dan lingkungan.

Keseriusan PT SMI mengawal pembangunan hijau yang berkelanjutan membuat perusahaan ini memperoleh mandat pada Presidensi Indonesia G20 yang dilaksanakan di Bali tahun lalu. PT SMI menjadi Country Platform Manager terkait kerangka pendanaan dan pembiayaan transisi energi.

“Apa yang di-manage PT SMI? Kami bertugas untuk mengkoordinasikan dana-dana komersil maupun non-komersil, seperti dari donor, multilateral, filantropi, bank, dan lainnya, untuk di-manage dan disalurkan kepada pihak-pihak yang menjalankan peran menurunkan emisi gas rumah kaca pada sektor energi,” tutur Mona.

Mendengar penjelasan ini, Arini dan Kenny mengucapkan terima kasih atas seluruh upaya dan kerja nyata PT SMI. Ketersediaan rumah sakit hingga pasar di daerah, menurut Arini, sangat penting. Musababnya, sebelum berangkat ke daerah yang dituju, traveller akan melakukan riset atas berbagai fasilitas yang tersedia di tempat tujuan. “Kita pasti lihat dulu, aksesnya bagaimana, beli makanan susah enggak? belanja di pasar susah enggak?” ucapnya.

Arini mengajak anak muda terlibat aktif menceritakan kepada dunia tentang perubahan yang lebih baik di Indonesia. “Kita bisa mendukung pembangunan nasional dengan menyampaikan konten-konten positif tentang pembangunan di daerah,” ujar Arini. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus