Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bamsoet Apresiasi Peresmian Pabrik Amunisi Swasta Pertama dalam Negeri di Turen Malang

Bamsoet mengapresiasi peresmian PT Sapta Inti Perkasa sebagai perusahaan swasta pertama yang memproduksi amunisi atau peluru untuk kebutuhan olahraga maupun TNI-Polri

28 Mei 2024 | 19.33 WIB

Bamsoet Apresiasi Peresmian Pabrik Amunisi Swasta Pertama dalam Negeri di Turen Malang
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum Perkumpulan Pemilik Izin Khusus Senjata Api Beladiri Indonesia (PERIKHSA), Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengapresiasi peresmian PT Sapta Inti Perkasa sebagai perusahaan swasta pertama yang memproduksi amunisi atau peluru untuk kebutuhan olahraga maupun TNI-Polri agar kebutuhan amunisi bisa diperoleh dari industri dalam negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kebutuhan amunisi nasional diperkirakan mencapai lebih dari 1 miliar butir per tahun. Sedangkan kapasitas produksi PT Pindad baru mencapai 300 hingga 500 juta butir per tahun. Sehingga butuh dukungan dari pelaku usaha swasta agar kita tidak terus menerus bergantung kepada impor,” ujarnya dalam peresmian Pabrik Amunisi PT Sapta Inti Perkasa di Turen Malang, secara virtual dari Jakarta, pada Selasa 28 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan data BPS di pertengahan tahun 2023, Indonesia mengimpor senjata dan amunisi serta bagiannya sebesar 102,39 juta US$ atau setara Rp 1,56 triliun.

“Jika nilai tersebut bisa dialihkan ke dalam negeri, akan memberikan multiplier effect economy yang besar bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat," katanya.

Bamsoet menjelaskan, masuknya peran swasta dalam industri pertahanan dan keamanan nasional telah memiliki landasan hukum melalui UU No.6/2023 tentang Penetapan Perppu No.2/Tahun 2022 menjadi Undang-Undang. Bamsoet berharap keterlibatan swasta bisa mengurangi beban pengeluaran negara dalam membangun jaringan pasokan komponen industri pertahanan dan keamanan nasional.

"Sekaligus mewujudkan kedaulatan Indonesia dalam bidang industri pertahanan agar tidak bergantung impor, serta menciptakan nilai tambah ekonomi yang besar bagi masyarakat Indonesia. Sehingga cita-cita founding fathers, Presiden Soekarno, agar Indonesia bisa menjadi bangsa yang Berdikari atau 'Berdiri di atas Kaki Sendiri' juga bisa terwujud. Kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau bukan kita kapan lagi," kata Bamsoet.

Ia menerangkan, tidak ada salahnya jika Indonesia belajar dari Turki yang dalam dua dekade terakhir telah mampu melepaskan sekitar 70 persen ketergantungan atas suplai impor alat pertahanan. Beberapa industri pertahanan milik swasta di Turki bahkan telah masuk 100 besar dunia, seperti Alsesan, Turkish Aerospace Industry, dan Roketsan.

Menurutnya, pencapaian tersebut tidak lepas dari komitmen pemerintah Turki yang membuka pintu masuknya sektor swasta di industri pertahanan mereka.

“Di sisi lain, pelaku usaha dalam industri pertahanan juga harus bisa meningkatkan kualitas untuk menghadapi persaingan dari pelaku usaha luar negeri. Mengingat terkadang alat pertahanan dan keamanan dari luar negeri bisa lebih murah dan kualitasnya lebih baik. Ini menjadi tantangan tersendiri yang harus dijawab oleh para pelaku usaha," kata dia. (*)

Bestari Saniya Rakhmi

Bestari Saniya Rakhmi

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus