Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Dalam era globalisasi yang semakin terbuka, kohesi sosial menjadi tantangan penting bagi bangsa Indonesia yang kaya akan keragaman agama dan budaya. Pengaruh informasi yang deras dan tak terbatas sering kali memunculkan ketegangan akibat perbedaan pandangan. Dalam situasi ini, dialog lintas agama menjadi langkah strategis untuk memperkuat daya tahan masyarakat menghadapi radikalisme yang berpotensi memecah belah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bhante Nyanakaruno, seorang tokoh agama Buddha, menekankan pentingnya dialog lintas agama sebagai ruang untuk membangun inspirasi dan menyatukan visi di antara pemuka agama. “Dialog lintas agama ini memberikan peluang kepada kita untuk saling memberikan inspirasi komunikasi antar umat beragama sehingga dapat menjalin dan meningkatkan kerukunan umat beragama,” ujarnya dalam Dialog Kebangsaan yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu, 11 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dialog ini juga membahas pentingnya memahami empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, yang sejatinya telah tertanam dalam ajaran setiap agama. Pemahaman mendalam terhadap empat pilar ini diyakini mampu mengeratkan hubungan antar umat beragama dan meminimalkan konflik yang sering timbul akibat ketidaktahuan atau salah persepsi.
“Empat pilar kebangsaan ini sebenarnya sudah tertanam dalam masing-masing agama, sehingga dapat makin memperkuat sinergi kita antar tokoh penganut agama atau umat beragama,” tambah Bhante.
Bhante juga menggarisbawahi bahwa radikalisme sering kali muncul dari perbedaan ideologi dan kurangnya pemahaman antar kelompok. Melalui dialog lintas agama, wawasan masyarakat akan pentingnya toleransi dan persatuan dapat diperluas, tidak hanya di kalangan tokoh agama, tetapi juga di seluruh lapisan masyarakat.
“Dengan cara dialog seperti ini, wawasan akan pentingnya kebersamaan dan persatuan bisa semakin tertanam,” katanya.
BNPT sebagai fasilitator memiliki peran sentral dalam menjaga harmoni dan mencegah potensi perpecahan. Kepala BNPT, Komjen Pol Eddy Hartono, menggarisbawahi bahwa seluruh komponen bangsa harus menjaga kearifan lokal sebagai pilar penting dalam membangun toleransi dan persatuan.
“Kearifan lokal termasuk kehidupan beragama harus terus dipelihara untuk menciptakan suasana toleransi beragama sehingga nilai-nilai budaya Indonesia dan ideologi Pancasila tetap menjadi rujukan,” ujar Eddy.
Upaya mencegah ideologi radikal tidak dapat dilakukan sendirian. Semua pihak diharapkan dapat bekerja sama secara kolaboratif untuk menciptakan iklim yang aman, harmonis, dan penuh toleransi. Eddy menambahkan, “Semua pihak harus mendukung BNPT dengan semangat kolaboratif dalam penanggulangan terorisme yang tercerahkan dalam keikhlasan.” (*)