Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL – Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,1 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada 2025. Angka ini menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan pertumbuhan 4,9 persen yang tercatat pada kuartal III 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami memperkirakan PDB Indonesia tahun depan akan tumbuh 5,1 persen. Meski pertumbuhan di beberapa negara lain cenderung melambat, Indonesia masih menunjukkan tren positif,” ujar Pranjul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, laju pertumbuhan ekonomi pada 2024 sedikit melemah, dengan proyeksi rata-rata sekitar 5 persen. Hal ini terlihat dari indeks PMI Manufaktur Indonesia yang mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut. Meski pertumbuhan kredit masih kuat, ada sedikit pelemahan dalam beberapa bulan terakhir.
Pranjul optimistis kondisi ekonomi pada 2025 akan membaik. Salah satu faktor pendukungnya adalah pemulihan sektor manufaktur yang mulai terlihat sejak Desember 2024. Selain itu, ekspor juga menunjukkan peningkatan dalam beberapa bulan terakhir. “Beberapa indikator sudah mengarah ke tren positif, terutama dalam sektor ekspor,” ujarnya.
Dari sisi kebijakan fiskal, HSBC memperkirakan defisit fiskal Indonesia pada 2025 akan lebih besar dibandingkan 2024, seiring dengan pelaksanaan program makan bergizi gratis yang baru dimulai awal tahun. Kendati demikian, defisit tersebut diperkirakan tetap terkendali di bawah 3 persen dari PDB.
Di sektor moneter, Bank Indonesia (BI) diprediksi akan menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebanyak tiga kali pada 2025. Penurunan pertama sebesar 35 basis poin (bps) diperkirakan terjadi pada kuartal I, disusul pemangkasan 50 bps di kuartal II. Dengan demikian, BI-Rate diprediksi turun dari level 6 persen menjadi 5,25 persen pada Juni 2025.
Sementara itu, inflasi diproyeksikan tetap terkendali di bawah target tengah Bank Indonesia, yakni 2,5 persen. Pada Desember 2024, inflasi tercatat sebesar 1,57 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan Desember 2023 yang mencapai 2,61 persen.
Pranjul menilai upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan, termasuk koordinasi antar-kementerian dan distribusi bahan pangan yang lebih cepat ke berbagai wilayah, berkontribusi pada terkendalinya inflasi.
Kendati prospek pertumbuhan ekonomi cukup positif, Pranjul menyoroti tantangan dalam menarik investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang masih belum terlalu kuat. Menurutnya, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara berkembang lainnya.
“Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2025 diperkirakan lebih baik. Stabilitas makro sebagian besar tetap terkendali, tetapi kita tetap perlu waspada terhadap ketidakpastian ekonomi global,” katanya.
Secara global, HSBC memproyeksikan The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga secara bertahap sebesar 25 bps pada Maret, Juni, dan September 2025, sehingga suku bunga acuan AS diperkirakan berada di kisaran 3,50–3,75 persen pada September.
Adapun pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan tetap di kisaran 2,7 persen, sementara kawasan Asia (di luar Jepang) diperkirakan tumbuh 4,4 persen. Untuk enam negara besar di ASEAN (ASEAN-6), pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan mencapai 4,8 persen. (*)