Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Empat ribu orang tumpah-ruah di luar terminal kedatangan Bandara Internasional Suvarnabhumi, Kamis pagi pekan lalu. Gendang ditabuh, tubuh digoyang, spanduk dan poster pun direntangkan. Tertulis dalam bahasa Thai maupun Inggris: ”Selamat Datang Thaksin”, ”Kami Cinta Thaksin”. Lagu mars Partai Thai Rak Thai, partai yang telah dibubarkan pengadilan, pun berkumandang. Saat terdengar pengumuman dari pengeras suara bahwa pesawat Thai Airways dari Hong Kong telah mendarat, koor teriakan pun membahana: ”Thaksin, Thaksin!” Kepolisian Bangkok mengerahkan 1.000 anggotanya mengamankan keriuhan itu.
Bekas perdana menteri Thaksin Shinawatra, 59 tahun, yang dinanti kedatangannya oleh kerumunan itu, setelah 17 bulan ia mengasingkan diri di Inggris dan Hong Kong. Ia didepak dari kekuasaan lewat kudeta militer tak berdarah pada September 2006. Istri Thaksin, Khunying Pojaman, dan anak perempuannya, Paethongtan, menyambut kedatangan Thaksin di ruang VIP Nomor 3 yang disiapkan atas perintah langsung Menteri Transportasi Santi Prompat. ”Saya begitu bergairah dan bahagia ia kembali,” ujar Pojaman.
Thaksin kembali ke Thailand setelah Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang didirikan pendukungnya menang dalam pemilu 23 Desember tahun lalu dan membentuk pemerintah koalisi yang dipimpin Perdana Menteri Samak Sundaravej. Di sela-sela pendukung Thaksin tampak lima menteri kabinet hadir. ”Kami berjanji akan membawa Thaksin pulang dengan penuh hormat,” ujar Chalerm Yoobambrung, Menteri Dalam Negeri. Menurut Chalerm, dia datang sebagai kawan lama Thaksin.
Matanya berkaca-kaca saat berhadapan dengan pendukungnya. Ia bersimpuh dan menyentuh lantai dengan kedua telapak tangannya, dan memberi hormat kepada pendukungnya dengan sikap tangan menyembah dengan mengucapkan salam khas Thailand pada pendukungnya: ”Wai.” ”Saya sangat mencintainya,” ujar Wilai Scott, 65 tahun, penduduk Bangkok.
Polisi Thailand segera menahan politisi kaya-raya ini dan membawanya ke pengadilan. Toh, Thaksin hanya satu jam di pengadilan dan segera bebas dengan membayar jaminan US$ 267 ribu (Rp 2,4 miliar), dan akan menghadiri sidang pada 12 Maret dengan tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan dengan ancaman 15 tahun penjara. Ia juga membayar jaminan sebesar US$ 33.530 (Rp 300 juta) untuk tuduhan menyembunyikan kekayaan.
Uang jaminan sebanyak itu bukan apa-apa bagi Thaksin. Kekayaannya yang diakui milik keluarganya dalam rekening bank yang dibekukan junta militer di Thailand sebesar US$ 2 miliar. ”Orang ini (Thaksin) dapat menyantap emas untuk makan malam, berlian untuk sarapan. Ia punya banyak uang dan ia tak peduli tentang uang,” ujar Roga Kantapura, pemilik dealer mobil di Bangkok.
Kekayaan Thaksin dan keluarganya itulah yang dibidik Panitia Pemeriksa Kekayaan (AEC) yang dibentuk junta militer untuk menangani kasus korupsi Thaksin. Salah satu tuduhan itu: saat Thaksin menjabat perdana menteri pada 2003, Pojaman membeli lahan di Jalan Ratchadaphisek di Bangkok dari lembaga pemerintah dengan harga miring untuk dijadikan perumahan. ”Saya dapat membuktikan saya tak bersalah. Tuduhan itu kosong,” kata Thaksin. Menurut dia, tuduhan itu dibuat oleh lawan politiknya.
Nanti, saat Thaksin bertempur di pengadilan, ia bakal tinggal di Hotel Peninsula yang terletak di tepi sungai di Kota Bangkok dengan tingkat keamanan paling baik. Thaksin memborong 11 ruangan dari lantai 33 hingga lantai 35 dengan biaya satu kamar Bt 106 ribu per hari (sekitar Rp 3 juta). Hotel itu memiliki landasan helikopter, sehingga jika terjadi hal terburuk Thaksin segera bisa diungsikan.
Kelompok anti-Thaksin mengancam akan memobilisasi gerakan protes jika pemerintah campur tangan dalam proses hukum terhadap Thaksin. ”Kami tak akan tinggal diam,” ancam Suriyasai Katasila, juru bicara Aliansi Rakyat untuk Demokrasi, kelompok anti-Thaksin. Perdana Menteri Samak Sundaravej juga telah berjanji bahwa pemerintah tak akan campur tangan.
Militer Thailand pada dasarnya tak suka Thaksin kembali. Hal itu akan menyulut kembali konflik konglomerat itu dengan militer dan kerabat kerajaan yang memang tak suka ia berkuasa. ”Thaksin akan menceburkan negeri ini ke dalam krisis yang lebih besar yang tak bisa lagi ditoleransi rakyat lebih lama,” ujar Chamlong Srimuang, bekas Gubernur Bangkok dan pernah menjadi mentor politik Thaksin.
Rakyat yang disebut Chamlong adalah rakyat kelas menengah kota. Sebaliknya, Thaksin dipuja penduduk miskin kota dan pedesaan karena kebijakan populisnya. Dukungan rakyat jelata terhadap Thaksin kembali terbukti lewat pemilu Desember tahun lalu yang membuat PPP nyaris menang dengan suara mayoritas. Mereka ingin Thaksin kembali berkuasa. ”Dia harus menjadi perdana menteri lagi. Kondisi kami sangat buruk. Tak ada pekerjaan, kriminalitas semakin banyak. Tak ada yang baik dari kudeta (militer),” ujar Suwan Chaisang, 43 tahun, petani dari Nakhom Pathom, desa di utara kota Bangkok. Ia menanti Thaksin sebelum fajar merekah.
Apa kata Thaksin? ”Saya pasti tak akan terlibat dalam politik. Saya sudah selesai,” ujarnya. Menurut dia, kepulangannya ke Thailand untuk membuktikan dirinya tak bersalah atas tuduhan korupsi. Satu-satunya yang ingin ia lakukan adalah menjalani hidup sebagai rakyat biasa. ”Saya sudah berusia 59 tahun. Saya hanya ingin menikmati tahap terakhir hidup saya dengan keluarga. Saya akan meninggal di tanah Thailand,” katanya. Menurut Thaksin, ia akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan sosial, pembangunan olahraga dan pendidikan Thailand.
Pernyataan itu berbeda dengan yang muncul di situs web pribadinya. Dalam situs itu muncul foto bekas perdana menteri ini dengan pose jari tangan kanannya membentuk huruf ”V” dengan latar belakang bandara dan kembang api. Situs itu meminta pendukung Thaksin menyambutnya di bandara pada Kamis pekan lalu pukul sembilan pagi. ”Selamat datang Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, orang yang kita cintai, rindukan…,” tulis situs itu dalam bahasa Thai.
Tak mengherankan, para pengamat curiga Thaksin akan kembali bermain dalam politik mengendalikan pemerintah lewat pintu belakang. Buktinya, hanya satu jam setelah kedatangan Thaksin, Wakil Perdana Menteri yang merangkap Menteri Keuangan Surapong Suebwonglee, mengatakan pemerintah akan meminta Thaksin menjadi penasihat ekonomi. ”Kami tak bisa menunjuknya untuk posisi resmi, tapi kami akan memintanya memberi nasihat tentang ekonomi,” ujar Surapong.
Menurut Surapong, peran Thaksin itu tak bertentangan dengan konstitusi karena ini bukan jabatan politik. Sedangkan bagi pengamat, cara ini justru dianggap sebagai jalan yang aman bagi Thaksin kembali ke kursi perdana menteri sembari menanti upaya partai pemerintah PPP menganulir hukuman larangan berpolitik bagi 111 pengurus Partai Thai Rak Thai, termasuk Thaksin. ”Kami akan memiliki dua perdana menteri yang bekerja pada saat yang sama. Satu orang secara resmi, dan satu orang lagi secara tak resmi,” ujar Thitinan Pongsudhirak, analis politik Universitas Chulalongkorn.
Ini dibantah Perdana Menteri Samak Sundaravej. ”Apa pun yang terjadi, dia (Thaksin) tak akan menjadi perdana menteri,” ujar Samak. Belakangan, memang muncul spekulasi bahwa Samak tak sepenuhnya mewakili kepentingan politik Thaksin. Bahkan Samak mengaku tak pernah menelepon Thaksin selama berada di pengasingan. ”Saya tak punya nomor teleponnya,” ujar Samak. Ia juga jengah dengan susunan kabinet yang sebagian besar ditentukan orang dekat Thaksin di tubuh PPP. Bahkan Samak meminta agar tak semua menteri dalam kabinetnya ke Bandara Suvarnabhumi menyambut Thaksin. ”Adakah ini tanda ada celah antara keduanya (Samak dan Thaksin)?” tulis koran The Nation di Bangkok.
Raihul Fadjri (Bangkok Post, The Nation, Reuters, AFP, AP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo