Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font color=#FF0000>Sepotong Cendera Mata </font>di Wajah Berlusconi

Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi babak-belur diserang lelaki sakit jiwa. Mengapa sebagian warga Italia membencinya?

21 Desember 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LELAKI gempal berjaket abu-abu itu berdiri di tengah-tengah kerumunan ribuan warga Italia yang menyesaki Piazza del Duomo, lapangan luas tepat di muka Katedral Milan, Ahad dua pekan lalu. Perlahan-lahan tubuhnya bergerak mendekati Perdana Menteri Silvio Berlusconi yang baru selesai menyampaikan pidato­ politiknya. Ketika jarak­nya tinggal be­be­rapa langkah, secepat kilat tangannya melemparkan sesuatu ke wa­jah pemimpin Italia berusia 73 tahun itu.

Berlusconi, yang sibuk melayani permintaan tanda tangan dari pendukung fanatiknya, seketika terhu­yung. Darah segar mengucur dari hidung, mulut, dan bagian bawah mata kirinya.

Peristiwa penyerangan di tengah rapat akbar yang dihadiri mayoritas anggota Partai Kebebasan Rakyat—partai pendukung Berlusconi—segera menyedot perhatian warga Italia. Wajah Berlusconi yang babak-belur dengan ekspresi muka terkejut dan ketakutan mendominasi halaman muka semua surat kabar di Italia. Berulang kali detik demi detik penyerangan itu disiarkan di televisi.

Dari gambar yang tertangkap kamera terlihat sang perdana menteri langsung digiring ke mobilnya. Dia sempat keluar sejenak tapi dicegah oleh para pengawalnya. Berlusconi sempat melambaikan tangan ke arah pendukungnya dari balik jendela mobil yang membawanya ke Rumah Sakit San Raffaele, Milan.

Juru bicara perdana menteri, Paolo Baonaiuti, mengatakan Berlusconi menderita retak ringan pada hidung. Dua giginya rontok dan bibirnya sedikit sobek. Presiden klub sepak bola AC Milan itu terpaksa dirawat di rumah sakit tersebut selama tiga hari. ”Dia amat terguncang dan tak meng­erti apa yang sebenarnya terjadi pa­danya,” ujar Baonaiuti.

Dibutuhkan waktu sekitar tiga pekan untuk proses pemulihan. Demi penyembuhan, Berlusconi juga dimin­ta membatalkan semua pertemuan publik hingga akhir tahun, termasuk rencana kepergiannya ke Kopenhagen untuk mengikuti konferensi tingkat tinggi perubahan iklim.

Menteri Pertahanan Italia Ignazio La Russa mengungkapkan serangan tak terduga itu dilakukan lelaki Italia bernama Massimo Tartaglia. ”Dia ber­usaha kabur tapi dapat ditangkap polisi,” kata La Russa, yang berdiri di dekat Berlusconi tatkala penyerangan itu terjadi. Polisi juga mengamankan sebuah patung kecil berbahan perunggu, re­plika bangunan katedral simbol Kota Milan yang kerap dijadikan cendera mata oleh para pelancong.

Polisi antiteror menyatakan, insiden itu bukan bentuk kegagalan mereka mengamankan sang pejabat, karena mereka telah membangun pos-pos pemeriksaan di lokasi Berlusconi berorasi. Tartaglia pun sempat diperiksa di pos pertama. Seorang pe­jabat dari polisi mengatakan, pemuda itu lolos karena tak membawa senjata dan mengaku pendukung Berlusconi.

Presiden Italia Giorgio Napolitano mengecam serangan terhadap Berlusconi yang, menurut dia, parah dan tidak biasa. Berulang kali dia mengimbau agar perbedaan politik disampaikan dengan cara bertanggung jawab. Para pengikut Berlusconi geram atas kejadian tersebut. ”Ini hari buruk bagi Italia. Sudah jadi kewajiban bagi semua kekuatan politik untuk memastikan bahwa Italia tidak kembali ke masa-masa kekerasan,” kata Gianfranco Fini, sekutu utama Berlusconi. Bahkan koran-koran Italia yang biasanya gemar menentang perdana menteri dari kubu konservatif tersebut mengutuk kejadian itu. ”Kawan dan lawan, pendukung dan penentang harus memperlihatkan solidaritas bagi Berlusconi,” tulis koran sayap kiri, La Repubblica.

Belum diketahui pasti motif penye­rangan tersebut. Lelaki 42 tahun itu sebelumnya tak pernah melakukan tindakan kriminal. Tapi, dari hasil penyelidikan polisi, diketahui bahwa Massimo Tartaglia, yang kini mendekam di sel isolasi penjara San Vittore, Milan, pernah menjalani pengobatan karena sakit jiwa. Tartaglia sendiri menyesali perbuatannya. Lewat surat yang dikirimkan kepada Berlusconi, dia meminta maaf dan menilai aksinya sebagai suatu tindakan seorang pengecut yang tidak terkendali. ”Aku tidak mengenali diriku,” katanya seperti dikutip kantor berita Italia, ANSA.

Tak sedikit pula warga Italia yang memuji perbuatan nekat Tartaglia. Beberapa jam setelah serangan terjadi, beberapa orang membuat grup di Facebook untuk mendukung pria tersebut. Bahkan pengikut Tartaglia di situs jejaring sosial itu dalam beberapa jam sudah lebih dari 60 ribu orang. Fenomena ini membuat gerah pemerintah Italia. Menteri Dalam Negeri Roberto Maroni berharap Facebook segera memblokir forum tersebut. Ini adalah kedua kalinya pemerintah Italia meminta Facebook menghapus grup yang berani menentang Berlusconi. Oktober lalu, sebuah grup bernama Let’s Kill Berlusconi juga diminta ditutup.

Massimo Tartaglia bukan satu-satunya orang yang berani menyerang Berlusconi. Bos perusahaan media raksasa Italia, Mediaset, itu pernah menjadi korban penyerangan yang sama di Roma pada 2004. Saat itu seorang pria menghantamkan tripod kamera ke arahnya. Akibatnya, dahinya sobek dan berdarah. Tapi, berbeda dengan kejadian li­ma tahun silam, peristiwa penyerang­an kali ini diduga memberikan keuntungan politis baginya, mengingat beberapa bulan terakhir dia menghadapi banyak persoalan, antara lain skandal seks, praktek korupsi, dan pelanggaran hukum lainnya.

Pemilik kerajaan bisnis media, real estate, dan olahraga itu antara lain dituduh melakukan pemalsuan pajak dan akuntansi dalam akuisisi hak-hak TV oleh imperium televisi Mediaset miliknya. Belum lama ini Gaspare Spatuzza, anggota mafia yang ”membelot”, dalam sebuah sidang pengadilan di Turin mengaku diberi tahu bahwa Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi membuat sebuah persetujuan politik dengan Cosa Nostra, kelompok mafia Italia, pada 1990-an. Akibatnya, pada 5 Desember lalu, puluhan ribu warga Italia tumpah-ruah di jalan-jalan utama Milan, melakukan aksi damai menuntut pengundur­an diri Berlusconi.

Berlusconi menolak mentah-mentah semua tuduhan itu. Dia bahkan menuduh para jaksa dan hakim melakukan persekongkolan dan mengatakan dirinya menjadi korban sebuah peradilan politik.

Tekanan publik terhadap Berlusconi bergulir sejak Mei 2009, ketika istri keduanya yang mantan model, Ve­ronica Lario, menggugat cerai. Gugat­an Lario itu dilayangkan bersamaan dengan dipublikasikannya serangkai­an skandal seks pribadi Berlusconi dengan sejumlah gadis remaja. Bahkan akhir November lalu seorang pe­rempuan penghibur yang pernah menjadi teman kencan Berlusconi, Patri­zia D’Addario, menerbitkan buku berjudul Gradisca, Presidente atau Take Your Pleasure, yang isinya me­ngupas habis pengalamannya bercinta dengan­ sang perdana menteri dalam sebuah pesta seks di kediamannya yang mewah di Roma.

Gara-gara peristiwa berdarah itu, rakyat Italia berbalik arah. Simpati­­ mengalir deras kepada Berlusconi yang terkenal flamboyan itu. Selama dia dirawat, di dinding luar Rumah Sakit San Raffaele, Milan, terbentang spanduk yang isinya mengharapkan Berlusconi cepat sembuh: ”Perdana Menteri Berlusconi, semoga lekas sembuh. Rakyat Italia yang sebenarnya selalu bersama Anda”.

Orang terkaya ketiga di Italia versi majalah Forbes pada 2008 itu tampaknya tak menyia-nyiakan momen tersebut. Dalam pesan pertamanya kepada publik seusai penyerangan, Berlusconi menyerukan agar semua pihak tetap tenang dan percaya diri. ”Cinta akan selalu menang atas kecemburuan dan kebencian,” kata Berlusconi dalam pesan kepada pendukungnya di situs pribadinya.

Kasus ini diduga akan membantu dia memperkuat koalisi kanan tengah yang dipimpinnya, sekaligus meredakan perselisihan dengan sekutu­nya, Giafranco Fini, yang akhir-akhir ini melontarkan kritik tajam terhadap Berlusconi. Ketika meninggalkan rumah sakit pada Rabu pekan lalu, dia berulang kali berkata, ”Saya baik-baik saja.”

Nunuy Nurhayati (BBC, Reuters, CNN, Der Spiegel)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus