Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suara Cindy Corrie yang tenang berubah tersendat saat mengatakan "ketika Rachel tewas". Pada 16 Maret 2003, putri bungsunya, Rachel Corrie, 23 tahun, ditabrak buldoser buatan Amerika. Rachel menghalangi buldoser itu yang hendak meratakan rumah orang Palestina di Tepi Barat, untuk dibangun permukiman Yahudi.
Cindy sedih kehilangan Rachel. Tapi, tak lama, dia segera bangkit. Untuk mendapatkan keadilan bagi putrinya, dia melobi senator, anggota Kongres, dan pemerintah Amerika. Wakil Presiden Joe Biden sudah meminta penasihatnya, Toni Blenkin, melobi pejabat Israel untuk menuntaskan kasus ini. Toh, hasilnya tetap nihil. "Pemerintah Israel tak serius," ujar Cindy kepada Dini Djalal dari Tempo, yang mewawancarainya di Amerika Serikat sebulan lalu. Padahal ini menyangkut nyawa warga Amerika.
Di tengah kegundahannya, Cindy mendirikan Yayasan Rachel Corrie. Dia mendapat dukungan besar dari masyarakat Amerika untuk menuntaskan pencarian keadilan untuk putrinya. Berkat Rachel, Cindy yang tadinya tak paham pada isu Palestina akhirnya menjadi aktivis pembela keadilan. "Ini kekayaan tak ternilai bagi pengalaman saya."
Bagaimana jalannya pengadilan tewasnya Rachel Corrie di Haifa?
Saya merasa mendapat keistimewaan karena bisa mengejar tanggung jawab pemerintah Israel lewat sistem hukum Israel. Ini langka. Sangat banyak hambatan bagi yang ingin meminta pertanggungjawaban Israel. Setelah tujuh tahun, kami bertemu dengan orang-orang yang terlibat pada saat Rachel tewas. Saya mendengar mereka bersaksi di bawah sumpah atas apa yang terjadi.
Anda juga didukung warga Israel?
Ya. Ketika Rachel tewas, kami baru memahami isu Palestina. Kami tak punya ikatan dengan Palestina maupun orang-orangnya. Ada orang Palestina di Olimpia-kota di Washington State-tapi kami tak tahu mereka. Ada iklan di koran Haaretz dari orang Israel. Dia memahami dan bersimpati atas apa yang diperbuat Rachel. Sekarang sudah tujuh tahun. Kami masih berhubungan dengan kawan-kawan Israel kami. Mereka selalu siap untuk kami, menjelaskan sistem hukum, dan mendengarkan keluh-kesah kami.
Apa bentuk bantuan mereka?
Sebagai contoh, penerjemahan. Itu hal besar. Semuanya harus diterjemahkan dalam bahasa resmi, Ibrani. Teman kami dari Israel, yang berbahasa Ibrani dan Inggris, menjamin temannya mau membantu kami, menjadi penerjemah sepanjang pengadilan berlangsung. Ada juga orang-orang Israel di luar pengadilan yang menunjukkan solidaritasnya. Mereka yang berada di dalam pengadilan datang menunjukkan simpatinya kepada kami.
Anda yakin bisa menang di pengadilan?
Yang saya yakin, apa yang sudah kami ketahui, kami dengar, di pengadilan terkonfirmasi oleh para saksi. Saya yakin, akan lebih banyak informasi. Di pengadilan mana pun, tentu ada ketidakpastian, karena kami masih berurusan dengan pemerintah dan militer Israel.
Anda selalu datang ke pengadilan?
Hakim menetapkan pengadilan berikutnya tanggal 5 dan 9 September. Kami ingin ada di sana. Tantangan bagi kami bolak-balik ke sana. Pengacara kami minta waktu ditetapkan untuk beberapa sidang berikutnya. Sehingga kami bisa hadir di waktu yang tertentu, tanpa mesti bolak-balik dalam waktu singkat.
Ada perasaan takut pengadilan berpihak pada pemerintah Israel?
Ada, karena tak ada juri di Israel, sepenuhnya di tangan hakim. Berbeda dengan sidang di Amerika. Di sini mirip pengadilan banding Amerika, di gedung besar. Hakimnya lebih vokal. Kami sebulan di sana. Saya melihat hakim-hakimnya sangat kuat argumentasinya. Dia cermat mendengar kami. Penerjemahan sangat jelek awalnya. Tapi hakim memberi kami waktu. Saya lihat mereka ingin menggelar pengadilan yang adil. Tapi bagaimana hakim mengkaji yang dia dengar, saya tak bisa berkomentar.
Adakah dukungan dari pemerintah Amerika?
Kami ke pengadilan karena melalui pemerintah tak ada kemajuan. Bukan artinya mereka tak berusaha membantu, terutama dari Kementerian Luar Negeri. Juga anggota Kongres kami, Brian Baird. Dia lantang sejak awal, ke Gaza tiga kali. Sejak Operasi Cast Lead (pertempuran Israel dengan Hamas pada 2006-2008), ini pertama kalinya kunjungan seorang anggota Kongres. Ada pernyataan di situsnya tentang Gaza dengan cara yang biasa ditulis Rachel. Dia berempati pada orang Palestina, meski awalnya mendukung Israel. Kedutaan Amerika di Israel juga sangat membantu kami. Mereka menggelar pertemuan tertutup dengan penasihat Wakil Presiden Joe Biden urusan keamanan, Toni Blenkin.
Bagaimana dengan pemerintah Bush dulu?
Presiden Bush (George Walker Bush) berjanji akan ada penyelidikan yang kredibel dan transparan tentang kasus Rachel. Israel akan melapor kepada pemerintah Amerika. Tapi Kepala Staf Collin Powell (Menteri Pertahanan masa Bush) mengirim surat pada 2004 bahwa laporan dari Israel dengan penyelidikannya tak kredibel dan transparan. Mereka bertanya terus kepada Israel, tapi tak digubris. Joe Biden wanti-wanti minta duta besar sekarang melakukan apa pun, termasuk melobi pejabat tinggi Israel tentang kasus ini.
Tapi gagal juga?
Saya menyimpulkan, mereka tak mau atau tak mampu menekan Israel untuk serius. Saya pikir pemerintah Amerika biasanya efektif kalau ada warganya yang tewas di negara lain. Semestinya Amerika bisa menyetop bantuan buat Israel.
Anda sudah bertemu dengan Joe Biden?
Saya tak pernah bertemu dengan dia, tapi keluarga saya pernah bicara dengan dia di Iowa, ketika ia masih kandidat wakil presiden. Mereka mendesak supaya Biden tahu soal ini. Saya bertemu dengan Presiden Obama di Iowa. Jadi dia juga sudah tahu soal Rachel.
Bagaimana Anda melihat kasus Gaza Flotilla?
Penyerbuan itu saran orang yang "sakit". Menurut hukum internasional, mereka ada di perairan internasional. Pembunuhan yang sia-sia, apalagi dilakukan saat gelap. Jumlah korbannya tak masuk akal. Semoga desakan dunia untuk penyelidikan tak surut. Dunia terbangun oleh apa yang terjadi di Israel. Ini upaya kemanusiaan. Mereka mau ke Gaza. Kami kenal dengan beberapa orang di kapal itu. Saya tahu bagaimana mereka berusaha keras menyiapkan diri untuk ke sana. Saya pikir tadinya itu adalah ide gila, tak mungkin terlaksana. Tapi mereka luar biasa, merealisasinya. Saya menonton live stream dari kapal Mavi Marmara, semuanya musnah begitu saja.
Menurut Anda, bagaimana menangani kasus itu?
Perlu investigasi yang independen. Kami sudah melobi Dewan Keamanan PBB. Seperti pengalaman kami, menginvestigasi kematian Rachel selama tujuh tahun. Kami terus mengejar transparansi mereka, lewat pemerintah Amerika Serikat menuju pengadilan di Israel. Apa pun alasannya, pemerintah kami tak memaksa orang-orang Israel transparan atas kematian Rachel. Rachel warga Amerika, dibunuh dengan alat yang disediakan pemerintah Amerika. Buldoser ini, Caterpillar D9R, didanai dan dibuat di sini, di Amerika!
Anda tahu ada kapal kemanusiaan dengan nama Rachel Corrie?
Ya. Kami diberi tahu aktivis Irlandia segera setelah kapal itu dinamakan. Mereka sangat ngotot untuk ke Gaza, dan saya pikir mereka terinspirasi semangat Rachel. Saya berharap Rachel juga ada di kapal itu. Saya dengar, ada fotografer yang mendampingi kapal itu, dan menjaga jarak dengan kapal itu, mengantisipasi aksi militer Israel. Karena, pastinya, pemerintah Israel tak senang ada nama itu lagi di sana.
Apa pendapat Anda tentang dukungan Amerika terhadap Israel?
Sangat merusak citra Amerika, juga bertentangan dengan nilai-nilai di Amerika. Mengapa kami tak ingin hak asasi manusia dan kebebasan, kebijakan untuk keadilan di Palestina? Orang-orang di Kementerian Luar Negeri sangat membantu, meski menghadapi tantangan karena Kongres dan pemerintahan tak berbuat apa pun dalam soal ini. Pemerintah malah terus memberikan dana untuk membangun permukiman.
Selama berjuang, ada ancaman dari kelompok pro-Israel?
Ya, lewat blog-blog kami, telepon, semua bernada memusuhi kami. Tak terlalu sering, memang. Awalnya, saya kesal dengan cara mereka. Tapi lama-lama saya pikir itu hak mereka. Beberapa media juga memberitakan dengan distorsi. Ya, tak usah digubrislah. Kami punya banyak pekerjaan lain, tak ada waktu meladeni hal seperti itu.
Bagaimana perlakuan Israel kepada warga Amerika?
Ada saksi mata kami, warga Amerika, yang berkunjung ke Gaza menemui ibunya yang sakit. Dia ingin ke luar Gaza, pada September, bersama kami, tapi ditolak Israel. Dia baru bisa ke luar Gaza ketika pintu perbatasan di Mesir dibuka. Padahal dia warga Amerika, punya keluarga di California Selatan dan punya masalah kesehatan. Tetap saja Israel memperlakukannya begitu, dan pemerintah Amerika tak berbuat apa pun. Kami melobi para anggota Kongres selama ini, dengan perubahan yang sedikit sekali.
Bagaimana hubungan keluarga Anda dengan komunitas Yahudi?
Rachel memiliki keluarga besar dengan semua agama. Pamannya Yahudi, dan kerabat kami ada yang Hindu dan muslim. Sejauh ini hubungan kami dengan komunitas Yahudi bisa dibilang variatif, karena tak ada satu suara Yahudi untuk kasus ini. Di Amerika, banyak tekanan untuk tak bicara soal ini, karena melawan kebijakan yang pro-Israel.
Kami dengar banyak yang menentang Anda di Festival Film Yahudi?
Banyak yang tak suka film Rachel, dokumenter tentang Rachel Corrie. Tapi mereka mengajak diskusi, dan saya jawab pertanyaan mereka. Bioskopnya penuh, kebanyakan Yahudi. Dan mereka, di luar perkiraan, mendukung aksi saya. Yang mereka tentang bukan saya, tapi soal percakapan yang berkembang di Amerika soal blokade Gaza.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo