Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perselisihan itu meletup gara-gara listrik yang mati di sebagian wilayah Jalur Gaza. Hamas yang menguasai Gaza dan Fatah yang bermarkas di Ramallah, Tepi Barat, saling tuding menjadi penyebab gelap-gulitanya sebagian Gaza selama dua pekan terakhir.
Selama ini sebagian besar bahan bakar untuk kebutuhan listrik di Palestina dipasok oleh Israel. Sebagian lagi dikirim dari Mesir. Otoritas Palestina di Ramallah, yang diketuai Salam Fayyad, mengeluarkan dana untuk membayar bahan bakar itu, termasuk untuk pembangkit listrik di Gaza.
Kali ini Fayyad ingin Hamas ikut patungan membeli bahan bakar tersebut, tapi Hamas menolak. Akibatnya, Fayyad mengurangi kiriman bahan bakar ke Gaza. Namun Hamas justru ingin memanfaatkan situasi itu sebagai kesempatan kelompoknya menyalahkan Fatah dan Israel di depan rakyat Palestina.
Kepala Otoritas Energi Gaza Kanan Obeid menuding Ramallah tak membayar Israel untuk bahan bakar industri, sehingga pembangkit listrik di Gaza stop beroperasi. Ramallah cuma membayar US$ 3 juta dari total biaya US$ 13 juta. ”Ini salah Mahmud Abbas.”
Sebaliknya, Omar Katan, Kepala Komisi Energi Otoritas Palestina, membela bosnya. ”Sudah berbulan-bulan mereka tak membayar untuk bahan bakar.” Dia mendesak Otoritas Gaza agar menarik pajak rakyat di sana guna membayar bahan bakar untuk listrik. Namun Hamas tetap menolak.
Pasokan bahan bakar yang tersendat itu membuat cuma 137 megawatt dari 300 megawatt setrum yang dibutuhkan Gaza bisa disediakan. Warga Gaza yang tak memiliki generator sendiri cuma bisa mendapat listrik delapan jam sehari. Setrum dialirkan selama delapan jam, kemudian diputus selama 12 jam, lalu dialirkan lagi.
Akibatnya, rakyat Gaza menderita. Alat pemurnian air minum tak dapat bekerja sempurna. Pembuangan kotoran penduduk Gaza pun terganggu, dan kotoran tak terurai sempurna. Ironisnya, rumah sakit di Gaza tak mampu lagi menampung pasien karena tak tersedia cukup listrik untuk mengobati pasien.
Saat Fatah dan Hamas bertengkar, Uni Eropa masih menyumbang 2.200 liter bahan bakar buat Gaza selama empat tahun sejak blokade Israel. Tapi sumbangan itu semakin dikurangi, menjelang pembukaan blokade Israel.
Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Palestina (United Nations Relief and Works Agency) tak bisa berbuat apa pun selain mengimbau kedua kelompok itu segera menyelesaikan perselisihan di antara mereka. ”Ini tragedi, dari semua masalah di Gaza, kok bisa ada krisis listrik di sini,” kata John Ging, Direktur UNRWA. ”Ini masalah orang Palestina, dibuat orang Palestina, dan membuat orang Palestina menderita.”
Yophiandi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo