Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Abu Rida bekerja nyaris tanpa bicara. Di bengkelnya yang sempit dan temaram di Beirut, Libanon, dia memasang popor buatan tangan ke sepucuk senapan serbu Avtomat Kalashnikova 1947 butut. Dua pemuda memeriksa senjata yang baru mereka beli: dua pucuk AK-47, sepucuk M16, roket peluncur granat, dan tiga pistol. ”Penjualan senjata meningkat gila-gilaan,” kata Abu Rida. ”Saya susah mencari barang untuk memenuhi permintaan.”
Di Mqaible, desa terpencil di perbatasan utara Libanon, dua pria muda mengikat beberapa pucuk senapan dan sekantong magasin pada bagian belakang sepeda motor. Perbatasan ini ditandai oleh Sungai Kabir, sebuah kanal sempit yang mudah diseberangi. Beberapa menit kemudian, sepeda motor itu kembali tanpa muatan. Pengendaranya telah menyerahkan senjata pesanan kepada pelanggan mereka di Suriah.
Gejolak politik di Suriah membawa angin segar bagi Abu Rida dan pedagang senjata di pasar gelap Libanon. Penduduk Suriah berbondong-bondong mencari senjata dan amunisi ilegal ke negara tetangga. Sebagian dipakai untuk melawan pasukan Presiden Bashar al-Assad. Sisanya sekadar untuk melindungi diri. ”Harga melonjak tiga kali lipat dalam waktu dua bulan,” kata Wael, bukan nama sebenarnya, penjual senjata setempat.
Jenis senjata yang paling dicari adalah senapan serbu AK-47 dan berbagai modifikasi M16. Harga sepucuk AK-47—di Libanon disebut ”Circle 11”—menembus US$ 1.600, naik US$ 400 dalam sebulan. Varian AK-47 yang ringan, disebut ”Bin Ladin”, dijual seharga US$ 3.750, naik 20 persen dari bulan lalu. Kini seorang pembeli harus merogoh kocek US$ 2.500 demi sepucuk M16, dua kali lipat dari harga resmi. Harga Karabin M4, versi pendek dan ringan dari M16, menembus US$ 15 ribu di pasar gelap Beirut.
Menurut para pedagang senjata ini, ribuan pucuk senjata juga membanjir ke Suriah dari Irak. Bulan lalu, sebuah truk berpendingin berisi senjata otomatis, peluncur granat, senapan runduk, kacamata malam, dan amunisi ditahan petugas perbatasan Suriah. Menurut kantor berita SANA di Suriah, sopir truk mengaku telah dibayar US$ 20 ribu oleh seseorang di Irak untuk menyelundupkan kontainer senjata itu ke Suriah.
Sejak perang saudara meletus di Libanon pada 1990, bisnis senjata gelap meroket tajam. Menurut Brahim, seorang agen, pasar dikendalikan partai politik yang memakai kekuatan dan jaringan untuk melindungi penyelundup.
Rifaat Eid, pemimpin komunitas Alawi di Libanon Utara, mengatakan dalam sepuluh hari terakhir sejumlah besar senjata dan roket tiba di pelabuhan. Senjata itu dibagikan kepada kaum Sunni di wilayah Akkar, yang berbatasan dengan Suriah. ”Ketika senjata dikirim, itu berarti seseorang sedang mempersiapkan perang,” kata Eid. ”Ada negara yang ingin bermain-main memakai senjata dengan kami.”
Tapi Eid dan kawan-kawan juga diduga mengedarkan senjata. Ratusan pucuk AK-47 buatan Iran dikirim Hizbullah untuk politikus Sunni di Libanon Utara. Alasannya semata-mata uang. Keuntungan menjual senjata ke Suriah sangat menggiurkan. Entah bagaimana raut wajah tentara Suriah bila menemukan AK-47 buatan Iran—sekutu mereka—ada di tangan para pemberontak.
Senjata dan amunisi ilegal juga masuk Libya. Wartawan The New York Times melaporkan satu kapal ikan penuh muatan bersandar di pelabuhan Benghazi bulan lalu. Seorang agen senjata di Benghazi, Alaadin Alsharkas, menyatakan kapal itu memuat setidaknya 20 pucuk Kalashnikov, tujuh pucuk Fusil Automatique Léger (FN FAL), dan empat DSHK 1938 atau artileri berat antipesawat udara beserta amunisinya.
Senjata yang umum dipakai pemberontak melawan tentara Muammar Qadhafi adalah FN FAL atau senapan otomatis ringan dan berbagai varian Kalashnikov. Sebagian senjata ini diduga berasal dari Tunisia dan Qatar. Seorang penyelundup Libya mengatakan kepada BBC bahwa puluhan pucuk AK-47 dan peluncur granat dibawa melintasi perbatasan dalam paket kecil, tapi sering.
Selama situasi politik Timur Tengah tetap panas, bisnis senjata ilegal di sana tampaknya akan terus berdenyut.
Ninin Damayanti (Al-Jazeera, TIME.com, Reuters, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo