Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Empat perwira polisi Afganistan itu tergeletak bersimbah darah. Bom yang ditanam di pinggir jalan meledak tepat ketika kendaraan mereka melaju menuju Provinsi Ghazni Qarabagh, sekitar 120 kilometer barat daya Kabul, Rabu pekan lalu. Milisi Taliban mengklaim bertanggung jawab atas pengeboman itu.
Ledakan di dekat pos polisi itu dapat terjadi lantaran ada bantuan orang dalam. Mereka memberikan akses bagi gerilyawan Taliban untuk melakukan aksinya. ”Mungkin salah satu petugas polisi telah bersepakat dengan para pemberontak dan memberi fasilitas untuk peledakan tersebut,” kata Deputi Gubernur Ghazni Mohammad Ali Ahmadi.
Serangan itu terjadi hanya beberapa jam sebelum Presiden Amerika Barack Obama mengumumkan rencana penarikan 10 ribu serdadunya dari medan tempur yang telah berlangsung hampir 10 tahun. Sebelumnya, Taliban pernah melakukan serangan serupa terhadap tiga perwira polisi di markas besar kepolisian di Kabul.
Penarikan pasukan Amerika dari Afganistan merupakan bagian dari proses asimilasi dan pengalihan pengamanan dari pasukan Amerika dan NATO kepada pasukan keamanan Afganistan. Namun, pada kenyataannya, situasi di Afganistan lebih buruk daripada yang diberitakan selama ini.
Banyak gerilyawan Taliban menyusup ke jajaran pasukan keamanan tanpa bisa diidentifikasi oleh NATO ataupun aparat Afganistan. Dalam beberapa kejadian, seseorang berpakaian polisi atau militer melakukan serangan bom bunuh diri atau menembak pasukan keamanan Afganistan dan NATO.
Sejumlah kolaborator—baik dari pasukan keamanan maupun kepolisian—lebih bersedia membantu kelompok gerilyawan Taliban ketimbang pasukan keamanan Afganistan sendiri. Salah satu yang menyimpulkan keadaan itu adalah mantan jenderal angkatan darat yang saat ini menjadi anggota parlemen Afganistan, Noor al-Hal Olumi.
”Mereka telah memasuki setiap bagian dari pemerintah. Mereka ada di mana-mana, apakah itu lembaga pemerintah atau desa,” ujar Olumi. ”Bahkan mereka telah menyusup ke pasukan keamanan Afganistan dan kepolisian.” Menurut Olumi, mereka sudah bekerja sama dan saling percaya bertahun-tahun sebelumnya. ”Mereka dapat melakukan serangan kapan pun mereka mau. Saya yakin tahun ini akan ada banyak serangan yang lebih besar,” dia menambahkan.
Sulitnya mengidentifikasi anggota pasukan yang bersimpati kepada kelompok Taliban membuat pemerintah menunda perekrutan gerilyawan Taliban sebagai bagian dari pasukan keamanan. Pejabat Amerika dan Afganistan mengaku kehilangan kesempatan mengambil keuntungan dari gerilyawan berpangkat rendah di Taliban setelah kematian pemimpin Al-Qaidah, Usamah bin Ladin.
Di Provinsi Kandahar, yang merupakan pusat aktivitas Taliban, Gubernur Tooryalai Wesa bahkan telah mengambil suatu keputusan yang mencengangkan. Sang gubernur sudah memberi sinyal kepada para gerilyawan Taliban agar tidak menyerah dan bergabung dengan pasukan keamanan dalam waktu dekat.
”Kami tidak dipersiapkan sebagaimana kami seharusnya dipersiapkan,” Tooryalai Wesa beralasan. Rupanya, dalam beberapa waktu terakhir, Wesa telah didekati sejumlah pemimpin menengah Taliban. ”Kami memberi tahu mereka (gerilyawan Taliban) untuk menunggu beberapa saat (sebelum menyerah),” ujarnya.
Kegagalan proses asimilasi antara gerilyawan Taliban dan pasukan keamanan Afganistan membuat khawatir sejumlah pejabat tinggi dan diplomat Amerika Serikat. Mereka khawatir kegagalan ini akan merusak upaya pemerintah Obama mencapai rekonsiliasi politik dengan para pemimpin Taliban.
”Kematian Bin Ladin dan pembunuhan sejumlah komandan Taliban selama satu tahun terakhir telah membuka peluang bagi kami,” kata seorang mantan pejabat Amerika yang menolak menyebut namanya karena terlibat dalam reintegrasi Afganistan. ”Tapi penundaan itu simbol dari betapa tak siapnya kami untuk sebuah akhir,” dia mengomentari jeda perekrutan sejumlah gerilyawan Taliban ke dalam pasukan keamanan Afganistan.
Cheta Nilawaty (Al-Jazeera, Washington Post, Daily Outlook Afghanistan, guardian.co.uk)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo