Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Duterte Tiba-tiba Sakit Saat Penerbangan ke Den Haag, Pesawat Berhenti di Dubai

Eks Presiden Filipina Rodrigo Duterte menjalani perawatan medis dalam penerbangan ke Den Haag. Pesawat tiba-tiba berhenti di Dubai.

12 Maret 2025 | 17.00 WIB

Mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte berada di Pangkalan Udara Villamor, Metro Manila, Filipina, 11 Maret 2025. Duterte ditangkap berdasarkan surat perintah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), atas kejahatan kemanusiaan selama perang melawan narkoba. Veronica Duterte via Instagram via Reuters
Perbesar
Mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte berada di Pangkalan Udara Villamor, Metro Manila, Filipina, 11 Maret 2025. Duterte ditangkap berdasarkan surat perintah Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), atas kejahatan kemanusiaan selama perang melawan narkoba. Veronica Duterte via Instagram via Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat yang membawa Rodrigo Duterte ke Mahkamah Kriminal Internasional atau ICC di Den Haag berhenti di Dubai. Layanan pelacakan Flightradar 24 menunjukkan pada Rabu, 12 Maret 202, pesawat terlihat belum melanjutkan perjalanan ke Belanda, setelah bekas presiden Filipina itu ditangkap di Manila.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Reuters, pesawat itu awalnya dijadwalkan mendarat di bandara Rotterdam sekitar pukul 06.00. Namun layanan pelacakan Flightradar 24 menunjukkan pesawat berada di Dubai dan akan tiba di Belanda telat. Belum jelas kapan pesawat akan melanjutkan penerbangan ke Belanda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Rodrigo Duterte, mantan wali kota dan mantan jaksa yang memimpin Filipina dari 2016 hingga 2022, ditangkap pada Selasa pagi, 11 Maret 2025. Penangkapan Duterte menandai langkah terbesar dalam penyelidikan ICC terhadap dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan selama tindakan keras antinarkoba. Perang melawan narkoba oleh Duterte ini telah menewaskan ribuan orang dan menuai kecaman di seluruh dunia.

Putrinya, Sara Duterte, wakil presiden Filipina, menyusul ayahnya ke Belanda. Ia menaiki penerbangan pagi ke Amsterdam, menurut kantor wakil presiden dalam sebuah pernyataan. Tak disebutkan apa yang dilakukan Sara Duterte di sana.

Selama singgah di Dubai, Rodrigo Duterte tengah menerima perawatan medis, menurut penyiar ABS-CBN News. ABS-CBN menayangkan di situs webnya gambar-gambar yang diklaim adalah foto-foto dokter polisi yang sedang memeriksa Duterte saat ia berbaring di ranjang pesawat.

Kantor pers ICC menolak berkomentar. Salah satu pengacara Duterte tidak segera menanggapi permintaan komentar. Pejabat di Dubai juga tidak segera menanggapi permintaan komentar. Duterte, 79, bisa menjadi mantan kepala negara Asia pertama yang diadili di ICC.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengatakan dalam konferensi pers pada Selasa bahwa pesawat yang membawa Duterte sedang dalam perjalanan ke Den Haag. Ia mengatakan bahwa hal itu akan memungkinkan mantan presiden tersebut menghadapi tuntutan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait perang berdarahnya melawan narkoba.

Perang melawan narkoba merupakan program kampanye andalan yang mengantarkan Rodrigo Duterte ke tampuk kekuasaan pada 2016. Selama enam tahun masa jabatannya, menurut hitungan polisi, 6.200 tersangka tewas dalam operasi antinarkoba.

Namun para aktivis mengatakan jumlah korban sebenarnya bisa jauh lebih besar. Ribuan pengguna narkoba di daerah kumuh yang ditembak mati berada dalam keadaan misterius. Beberapa di antaranya masuk dalam daftar pantauan masyarakat setelah mereka mendaftar untuk menjalani perawatan.

Silvestre Bello, mantan menteri tenaga kerja dan salah satu pengacara mantan presiden, mengatakan tim hukum akan bertemu untuk menyusun langkah yang akan diambil. Mereka juga akan mencari kejelasan tentang ke mana Duterte akan dibawa dan apakah mereka akan diberikan akses kepada Duterte. 

Putri bungsu Duterte, Veronica, berencana mengajukan permintaan habeas corpus ke Mahkamah Agung Filipina untuk memaksa pemerintah memulangkannya, kata Salvador Panelo, mantan kepala penasihat hukumnya.

Duterte secara sepihak telah menarik Filipina keluar dari perjanjian pendirian ICC pada 2019 saat negara itu mulai menyelidiki perang narkoba. Namun pengadilan mengatakan mereka memiliki yurisdiksi untuk menyelidiki dugaan kejahatan yang terjadi saat suatu negara menjadi anggota.

"Penangkapan dan pemindahan mantan Presiden Duterte ke Den Haag merupakan kemenangan yang telah lama ditunggu-tunggu melawan impunitas yang dapat membawa para korban dan keluarga mereka selangkah lebih dekat ke keadilan," kata Bryony Lau, wakil direktur Asia di Human Rights Watch.

"Peristiwa penting ini mengirimkan pesan kepada para pelanggar hak asasi manusia di mana pun bahwa suatu hari mereka dapat dimintai pertanggungjawaban," ujar Lau.

Pilihan editor: Kejatuhan Rodrigo Duterte, The Punisher dari Filipina

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus