Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font face=vedana size=1>Malaysia</font><br />Kabinet Pemikat Hati

Badawi mengangkat tokoh kritis dalam kabinet barunya. Belum seimbang kursi menteri buat Sabah dan Sarawak.

24 Maret 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEJUTAN itu muncul dari kawasan bisnis top di Kuala Lumpur. Berkantor di salah satu lantai di gedung Menara Milenium, Pusat Bandar Damansara, Kuala Lumpur, Zaid Ibrahim melontarkan kritik tajam buat Barisan Nasional pada Rabu dua pekan lalu. ”Koalisi partai itu terlalu arogan,” ujar Zaid, 57 tahun. Dia menanggapi jatuhnya suara Barisan Nasional, koalisi 14 partai pimpinan United Malays National Organization (UMNO), yang berkuasa di Malaysia dengan mayoritas dua pertiga suara sejak 1974.

Zaid adalah pengacara ternama Malaysia. Selain di Kuala Lumpur, kantornya ada di Singapura, Jakarta, dan Bangkok. Dia anggota UMNO. Pada 2004-2008, Zaid adalah anggota parlemen nasional mewakili Kota Bharu. Entah karena dia suka bicara apa adanya, pejabat partai tak begitu senang. Pada pemilu lalu, dia tak lagi kebagian kursi di parlemen. ”Mereka tak suka saya bicara terang-terangan,” ujarnya.

Rajin menulis komentar kritis, dia kerap merefleksikan kembali politik rasial, hukum, dan situasi hak asasi manusia di Malaysia. ”Patronase politik di UMNO harus diakhiri,” ujarnya memberikan komentar atas anjloknya suara Barisan Nasional pada pemilu lalu. Di UMNO, pandangan Zaid adalah minoritas. Bahkan dia sudah dianggap kartu mati.

Tapi ”kartu mati” itu mendadak hidup lagi pekan lalu. Perdana Menteri Abdullah Badawi secara mengejutkan menunjuk Zaid sebagai Menteri Urusan Hukum dan Reformasi Peradilan di Kantor Perdana Menteri. Dulu, dia tak dibolehkan ikut dalam pemilu oleh UMNO. Kini partai itu terpaksa mengangkat dia menjadi anggota parlemen di Dewan Negara. Dengan begitu, jalan Zaid masuk kabinet pun jadi lempeng.

Setelah terjepit oleh menguatnya suara oposisi—82 kursi di parlemen nasional—Badawi tampaknya mau memberikan citra baru bagi pemerintahannya. Dia mengganti menteri yang sudah menjabat terlalu lama dan menarik sejumlah muka baru. Kabinet kali ini terdiri atas 70 menteri beserta wakilnya. Badawi meringkas sejumlah posisi, yang pada kabinet sebelumnya mencapai 90 menteri. Kini ada 32 menteri dan 37 wakil menteri serta satu penasihat khusus setara menteri.

Bekas Menteri Dalam Negeri Radzi Sheikh Ahmad, yang tak mendapat jabatan lagi pada kabinet ini, mundur dari posisinya di partai UMNO dan Barisan Nasional. Di sana, Radzi menjabat sebagai sekretaris jenderal. Tapi pengunduran diri itu justru merebakkan isu bahwa Radzi tak senang dengan keputusan Badawi. Bahkan ada yang menduga UMNO pecah menyusul dua orang muda yang menolak ditaruh sebagai menteri. ”Saya kira bukan begitu,” ujar Radzi. Dia menyatakan tak ada faksi di dalam partai. Dan dia tak ikut faksi mana pun kalau ada.

Dalam susunan ini, Wakil Perdana Menteri Najib Tun Abdul Razak masih tetap menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Bekas Menteri Luar Negeri Syed Hamid Albar kini mengambil alih kementerian yang dulu dipegang Radzi. Tentang kabinet barunya, Badawi memberikan wanti-wanti. ”Kabinet ini harus tegas menolak korupsi,” ujarnya saat pelantikan kabinet itu pada Rabu pekan lalu.

Memasang wajah baru tampaknya menjadi upaya Badawi bertahan dari serangan sesudah pemilu. Berkurangnya suara Barisan Nasional membuat dia terjepit luar-dalam. Dari luar, Badawi repot menghadapi oposisi yang makin garang. Pemimpin de facto kelompok oposisi, Datuk Seri Anwar Ibrahim, telah mengirim gertakan. Dia bilang akan menjatuhkan Barisan Nasional dengan menarik sejumlah anggotanya ke kubu oposisi. Terutama yang dari Sabah dan Sarawak. ”Dia (Anwar) boleh bicara apa saja, tapi pemerintahan Barisan terlalu kuat untuk dijatuhkan,” ujar Badawi.

Dari dalam, Badawi sempat diserang bekas perdana menteri Mahathir Mohamad, atasannya dulu. Putra Mahathir yang juga anggota UMNO, Mukhriz Mahathir, ikut mengeja kembali kata-kata ayahnya. Belum lagi Razaleigh Hamzah, tokoh partai Melayu yang pernah menjabat Menteri Keuangan. Dia meminta kongres luar biasa partai segera digelar. Dia sesumbar siap melawan Badawi jika anggota lain mendukung. Jika tidak, perlawanan akan dihunus pada kongres partai Agustus nanti.

Maka Badawi pun berupaya sekuat tenaga menggaet simpati publik: sejumlah menteri bermasalah dan tak lolos dalam pemilu kemarin pun masuk kotak; para pejabatnya diminta membuka daftar harta pribadi mereka. Ada satu menteri yang tampaknya rawan incaran publik. Dia Menteri Pembangunan Kawasan dan Pedesaan Tan Sri Muhammad Muhd. Thaib.

Tak jelas mengapa Badawi masih memakai Thaib. Dia mundur dari jabatan Menteri Besar Selangor pada 1997, setelah ditahan di Bandara Brisbane, Australia. Saat itu, Thaib tak melapor ke Bea-Cukai bahwa dia membawa satu koper uang. Akhirnya, dia memang dibebaskan pengadilan Australia dan Malaysia. Tapi menempatkan Thaib dalam kabinet terasa kurang pas dengan pencitraan kabinet bersih yang menjadi tujuan Perdana Menteri.

Di luar itu, Badawi mengganti mereka yang sudah terlalu lama menjabat. Rafidah Aziz, Menteri Perdagangan selama 17 tahun, dipensiunkan. ”Saya kira dia harus memberikan kesempatan kepada orang baru,” kata Badawi. Beberapa menteri lain terpaksa meninggalkan kursinya karena tak terpilih lagi dalam pemilu kemarin. Sistem politik di Malaysia mengharuskan menteri dipilih dari anggota parlemen, baik di Dewan Rakyat maupun di Dewan Negara.

Misalnya Samy Vellu, pemimpin Malaysian Indian Congress. Samy, yang sudah 30 tahun menjabat Menteri Pekerjaan Umum, gagal menggaet kembali simpati warga India, yang belakangan merasa dipinggirkan oleh pemerintahan Barisan Nasional. Lalu tokoh partai Malaysian Chinese Association, Ong Ka Ting, juga harus melipat kursinya. Keduanya kalah bertanding dengan oposisi dalam pemilu lalu. Meski begitu, Badawi mengangkat empat tokoh dari etnik Cina dan satu lagi dari etnik India.

Wajah baru yang muncul adalah Datuk Shahrir Samad, tokoh UMNO yang dikenal punya gagasan reformis. Dia ditunjuk Badawi sebagai Menteri Perdagangan Domestik dan Konsumen. Kata Shahrir, kabinet sekarang tak punya beban kepentingan politik lama. ”Kami akan membuat pendekatan yang berbeda,” ujarnya kepada Tempo pada Kamis pekan lalu. Dia akan mengkaji kembali mekanisme harga barang-barang kebutuhan dasar. Misalnya, harga beras kini dilaporkan naik sampai 20 sen per kilogram.

Kaum oposisi tampaknya menghargai upaya Badawi membangun kabinet berwajah baru. Lim Kit Siang, tokoh senior dan penasihat Democratic Action Party, menilai Badawi mulai mendengarkan suara rakyat. Terutama karena mengangkat Zaid sebagai Menteri Urusan Hukum. Tapi kabinet kali ini bukanlah kabinet bulan madu. Soalnya, rakyat ingin segera ada perubahan nyata.

Di bidang hukum, Lim berharap ada peninjauan ”hukum super”, misalnya Internal Security Act. Dengan undang-undang itu, pemerintah bisa menangkap dan menahan siapa saja tanpa proses pengadilan. Lim juga menyarankan reformasi di sektor kepolisian. ”Agar kita punya polisi bersih,” ujarnya. Isu korupsi di kepolisian memang cukup gencar. Itu sebabnya, di Malaysia, hampir semua petugas polisi kini memakai pin di dada kirinya: ”Saya Anti Rasuah (suap)”.

Di luar masalah komposisi, keterwakilan negeri di kabinet tampaknya belum begitu seimbang. Misalnya Sabah dan Sarawak. Dua negeri itu adalah lumbung suara bagi Barisan, dan keduanya total menyumbangkan 54 kursi di parlemen nasional. Sarawak punya 30 kursi, Sabah 24 kursi. Tapi Sarawak hanya punya dua menteri. ”Padahal Sabah punya tiga menteri, Johor bahkan lebih,” ujar Abdullah Ariffin Zakki, salah satu pedagang di Sarawak.

Kalau mengikuti logika suara, kata Zakki, mestinya Sarawak mendapat sedikitnya empat posisi menteri. Saat ini, dua menteri dari Sarawak adalah Datuk Douglas Unggah dari Partai Pesaka Bumiputera Bersatu, sebagai Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan, serta Datuk Peter Chin Fah Kui dari Sarawak United People’s Party. Peter tetap menempati posisi sebelumnya, yaitu Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas.

Nezar Patria (NST, The Star)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus