Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AHAD pagi pekan lalu, beberapa sa at sebelum bertemu Perdana Men teri Shinzo Abe, ia membuat per nyataan penting. ”Saya mengundurkan diri dari kabinet,” ucapnya lugas.
Ia, Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang Takehiko Endo, menyebut skandal yang perlahan-lahan membengkak, juga ketidakpercayaan masyarakat. Maka Endo pun tercatat sebagai menteri dengan masa jabatan terpendek dalam sejarah Jepang modern: tujuh hari.
Mundurnya Endo menambah panjang corengan di wajah Abe, yang pada September ini baru genap setahun berkuasa. Dialah korban ketiga dalam 100 hari terakhir. Sebelum Endo diangkat sum pah, pendahulunya, Norihiko Akagi, juga mengalami hal yang sama: mundur setelah terkuaknya skandal pembukuan di kantor Menteri Pertanian. Dan sebelum itu, 28 Mei, Toshikatsu Matsuoka, Menteri Pertanian yang digantikan Aka gi, malah melakukan harakiri.
”Sangat memalukan menyaksikan skandal demi skandal tampil ke permu kaan,” kecam Akihiro Ota, pemimpin Komeito Baru yang menjadi koalisi pemerintahan Abe, dalam wawancara yang ditayangkan kanal NHK.
Endo disumpah sebagai Menteri Pertanian pada Senin dua pekan lalu, sebagai bagian dari paket perombakan kabinet untuk mendongkrak popularitas sang perdana menteri yang anjlok drastis. Berbagai survei yang dilansir media cetak menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap Abe hanya tinggal 45-47 persen. Saat itu Ketua Sekretaris Kabinet Kaoru Yosano mengumumkan bahwa para menteri baru disaring dengan sangat cermat.
”Cara seleksi kali ini adalah yang paling ekstensif dalam sejarah Jepang pasca-perang,” ujar Yosano. ”Kami meme riksa semua dokumen yang bisa kami akses.”
Namun, tak lama setelah Endo menjalankan tugas, sebuah kabar tak sedap beredar: bos sebuah kelompok per usahaan industri pertanian itu pernah menggelembungkan nilai kerugian panen pada 1999. Waktu itu pemerintah memberikan ganti rugi kepada setiap kelompok yang mengaku gagal panen. Saking santernya kabar itu, pada hari keenam ia menjalankan tugas di kantor Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Endo terpaksa muncul dalam satu konferensi pers. Ia mengaku telah mendongkrak angka kerugian per usahaannya. Jumlahnya 1,1 juta yen, atau sekitar… Rp 90 juta! ”Awalnya saya tak berpikir hal itu tak akan berakibat fatal,” tutur Endo. ”Karena itu saya tak melaporkan kepada Perdana Menteri ketika ditawari pos kementerian itu.”
Sebetulnya, menyusul pengakuan Endo, akan diadakan dengar pendapat di parlemen Jepang (Diet) pada 10 September, untuk memetakan lebih pas porsi kesalahannya pada masa silam. Apalagi, menurut laporan media massa, dana haram itu sudah dikembalikan kelompok perusahaan Endo di Jepang utara. Tapi tampaknya Endo sadar, upaya menunggu waktu untuk dengar pendapat hanya akan menambah amunisi bagi yang ingin mempercepat rontoknya pemerintahan Abe. Apalagi pamor Partai Demokrat Liberal (LDP) yang dinakhodai Abe juga sedang anjlok di majelis tinggi yang dikuasai partai oposisi.
Maka pilihan kilat pun diambil Pak Menteri untuk menyelamatkan muka partainya. Kini posisi Endo diisi oleh Masatoshi Wakabayashi, mantan Menteri Lingkungan Hidup, yang sudah dua kali menjadi bumper di kabinet Abe ketika kursi itu kosong ditinggalkan pemiliknya: Akagi dan Matsuoka. Belum jelas apakah kali ini Wakabayashi akan ditetapkan permanen sebagai menteri baru atau tetap sebagai cadangan sampai nama lain terpilih.
Akmal Nasery Basral (BBC, Yomiuri Shimbun)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo