Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Senin silam, sekitar 7 pagi waktu Maryland, Amerika Serikat. Sepagi itu pria yang biasa dipanggil Doktor Sein Win ini sudah sangat sibuk.
Perkembangan yang terjadi di negerinya, Burma, membuat perdana menteri di Koalisi Pemerintahan Nasional Uni Burma (National Coalition Government of the Union of Burma/NCGUB) sibuk berkoordinasi dengan para ”menteri” yang tersebar di Amerika, Thailand, dan India. Juga para aktivis di pengasingan. Telepon rumah dan telepon genggam terus berdering.
Sein Win kabur dari keluarga dan negerinya pada 1990. Kekisruhan setelah kemenangan Liga Nasional Demokrasi pimpinan sepupunya, Aung San Suu Kyi, membuatnya terpaksa meninggalkan istrinya yang tengah hamil.
Dari Ibu Kota Rangoon, dia sembunyi-sembunyi menuju Burma selatan, kemudian menunggu hari gelap, dan naik perahu kecil. ”Kami harus membisu semalaman,” ujarnya.
Sampai di daratan, lulusan Matematika Universitas Hamburg di Vancouver, Kanada, ini harus berjalan kaki lima hari, menyusuri belantara. Akhirnya dia mencapai Manerplaw di Thailand. Di sinilah dia terpilih menjadi ”perdana menteri di pengasingan”, sebelum rekan-rekan seperjuangannya berserakan.
Kini pria 64 tahun ini tinggal di Maryland, Amerika. Dia pun mengkoordinasi para menteri dan aktivis Burma di pengasingan yang berserakan. Mereka sibuk melobi dan berkampanye untuk membuka mata dunia, masih ada penindasan sebuah rezim di Burma.
Untuk itu pula, dia menerima telepon wartawan Tempo Purwani Diyah Prabandari untuk wawancara singkat. Berikut petikannya:
Bagaimana Anda melihat situasi terakhir di Burma, seolah antiklimaks dari hari-hari sebelumnya, tatkala puluhan ribu orang bersemangat di jalanan?
Situasi di sana sangat tegang, seperti tidak ada solusi. Orang ketakutan. Namun sekarang ini utusan khusus PBB untuk Burma, Ibrahim Gambari, sedang di sana. Dia berhasil bertemu dengan Aung San Suu Kyi, dan sepertinya dia akan bertemu dengan Jenderal Than Shwe (pemimpin junta militer). Semoga ada hasil yang baik.
Anda terkejut, bagaimana puluhan ribu biksu turun ke jalan, dan diikuti warga?
Ya. Terus terang, saya memang terkejut. Tetapi yang dilakukan para biksu itu benar-benar untuk rakyat, bukan untuk mereka sendiri. Mereka mengetahui masalah yang dihadapi rakyat Burma. Mereka mengerti keseharian rakyat. Mereka miskin. Mereka takut. Dan Burma adalah negeri Buddha. Rakyat akan mengikuti langkah para biksu.
Namun, setelah korban berjatuhan lagi, Anda masih optimistis akan ada perubahan?
Ya.… Sebenarnya, kalau kita melihat semua ini, jelas bagaimana negara ini bermasalah dengan rakyat. Para jenderal memindahkan markasnya ke kota baru, jauh dari Rangoon. Mereka (junta) takut. Dan itulah mengapa semua harus di bawah kontrol mereka. Tak hanya yang ada di dalam Burma.
Menurut Anda, akan ada demo besar lagi?
Akan ada demo lagi. Tetapi Anda tahu, junta militer mengatur para biksu. Dan tentang rakyat, meski tak di jalanan, junta tak menguasai mereka. Junta tidak mengurus negara dan tak mengurus rakyat.
Bagaimana Anda dan NCGUB membantu gerakan mereka?
Kita tak bisa berbuat banyak. Mereka (junta) sangat berkuasa. Mereka tidak menciptakan kesejahteraan bagi rakyat. Mereka juga selalu mengawasi rakyat.
Bagaimana dengan masyarakat internasional?
Kita mendapat dukungan besar dari Uni Eropa dan Amerika. Juga negara-negara lain.
ASEAN?
ASEAN (Asosiasi Negara Asia Tenggara) seharusnya melakukan sesuatu yang lebih. Burma berada di kawasan mereka. Jadi, ASEAN seharusnya bisa berbuat lebih banyak.
Ada yang mengusulkan Burma dikeluarkan dari ASEAN?
Ada banyak cara untuk menekan militer. Tidak hanya dengan cara seperti itu.
Bagaimana dengan sanksi ekonomi? Banyak yang menganggap bahwa sanksi ini justru kian menyengsarakan rakyat.
Rakyat Burma menderita bukan karena sanksi. Mereka hidup sangat miskin. Rezim militer yang menyebabkannya. Rezim tidak menggunakan sedikit uang pun dari luar untuk mereka. Mereka tidak menyediakan sarana kesehatan yang baik. Para jenderal kian kaya dan terus kaya. Sedangkan rakyat kian miskin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo