Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NURUL Izzah suka betul kue keju. Setiap kali ayahnya, Anwar Ibrahim, berulang tahun, Izzah sibuk mengadon kue keju dan menghidangkannya kepada tetamu. ”Wah, tradisi menyuguhkan kek keju diteruskan oleh pewarisnya,” kata seorang tamu.
Cerita kue keju itu dituturkan Izzah dalam blog pribadinya ketika merayakan ulang tahun sang ayah tahun lalu. Ia juga berkisah tentang teman-teman Anwar, sahabat-sahabat Indonesianya, hingga kekagumannya pada ekonom Jeffrey Sachs. ”Sach mengajak kita menyebarkan weapons of mass salvation, senjata untuk menyelamatkan orang ramai,” tulis Izzah.
Sudah sebulan ini Izzah, 27 tahun, yang di blognya menyebut diri ”Putri Reformasi”, tak banyak bertutur di ranah maya. Blognya justru lebih banyak diisi tanggal, jam, dan agenda ketat. Pagi hari ia sibuk ikut konvoi, siangnya mengisi seminar, petang berkampanye, malam berceramah.
Begitulah, Izzah memang sedang berlomba merebut kursi politik dengan kereta Partai Keadilan Rakyat yang dipimpin ibunya, Wan Azizah Wan Ismail. ”Saya menawarkan diri ke rakyat Lembah Pantai,” kata ibu satu anak itu, mengacu daerah pemilihannya di jantung Kuala Lumpur. Ia menantang kandidat perempuan lain yang sekarang menjabat Menteri Urusan Perempuan, Keluarga dan Pembangunan Masyarakat, Shahrizat Abdul Jalil.
Di depan lebih dari seribu orang India yang berkumpul di Brickfield, Kuala Lumpur, awal Maret lalu, ia berbicara tentang keadilan, tingginya angka kriminalitas, hingga gagasan kosong wisata ke ruang angkasa yang didengungkan Barisan Nasional, koalisi partai lawan politiknya. Komunitas India itu menyambut setiap ucapan Izzah dengan tabuhan drum dan pekik ”Makkal Sakthi, Makkal Sakthi!” (hidup reformasi).
Bukan cuma Izzah yang menguntit tapak politik ayahnya. Mukhriz Mahathir, 44 tahun, juga masuk gelanggang. Anak bungsu Mahathir ini mencoba menarik simpati rakyat di wilayah kampung halaman ayahnya di Kedah. Ada pula Khairy Jamaluddin dan Lim Guang Eng.
Khairy adalah menantu Perdana Menteri Abdullah Badawi. Ia mengadu untung di Negeri Sembilan untuk UMNO. Adapun Guang Eng, 48 tahun, anak tokoh oposisi dari Partai Aksi Demokratik (DAP) Lim Kit Siang, berebut untuk kursi Dewan Utusan Negara (semacam DPRD) di Malaka.
Anak pemimpin DAP Karpal Singh, Gobind Deo Singh, 35 tahun, juga bergabung di ”klub” anak-anak politikus yang berebut kursi. Ada pula anak mantan Presiden Partai Islam se-Malaysia Yusuf Rawe, Mujahid.
Apakah mereka sekadar mengekor ayah atau mertua? Mahathir menolak adanya ”Dinasti Mahathir” dalam politik negerinya. ”Saya tak ingin orang bilang saya membentuk sebuah dinasti,” katanya. ”Tak seharusnya ada dinasti dalam kehidupan politik kita.”
Dr M—demikian dia kerap disebut—mengatakan, sewaktu berkuasa dulu ia melarang anak-anaknya terlibat dalam dunia politik. Mukhriz terjun ke politik setelah Mahathir lengser, dan itu, kata sang ayah, ”Lebih kerana anak saya kuat dan cerdas.”
Khairy juga disebut mertuanya telah terbukti memiliki kemampuan memimpin sayap pemuda UMNO. Seorang politikus yang tak bersedia disebut namanya mengatakan, Khairy bahkan ”lebih tampak seperti anak politik Tun Mahathir daripada Mukhriz”.
Pujian terhadap Khairy ini segera dikecam kelompok oposisi. Mereka mengingatkan berbagai tuduhan miring, dari soal bisnis hingga kehidupan keluarga Khairy yang telah mewarnai halaman-halaman media tahun lalu.
Bagi Malaysia, estafet politik bagi anak-anak petinggi politik ini bukanlah hal baru. Deputi Perdana Menteri Najib Razak, misalnya, merupakan anak perdana menteri kedua Malaysia, Razak Hussein. Sedangkan Menteri Pendidikan Hishamuddin adalah anak perdana menteri ketiga Malaysia, Hussein On.
Ketika ditanya apakah ia terjun ke politik untuk menyelamatkan pamor ayahnya, Nurul Izzah menyangkal. Ia kerap mendengar tuduhan lawan politik yang mengatakan ia akan menyerahkan kursinya kepada sang ayah begitu Anwar diperbolehkan berpolitik. ”Kalau mereka memilih, mereka memilih saya,” ujarnya dengan nada tinggi.
Purwani Diyah Prabandari (Turkish Weekly, Bernama, My Paper, The New Straits Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo