Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jarang terjadi hal mengejutkan di Singapura, sampai-sampai orang menjuluki negara itu ”Singabore” alias membosankan, hingga pada pekan lalu pendiri negara Singapura, Lee Kuan Yew, membuat pernyataan mengagetkan: pensiun dari kancah politik setelah 50 tahun berkuasa.
”Waktunya bagi generasi muda untuk mengambil alih Singapura pada situasi yang lebih sulit dan kompleks,” kata Lee dalam pernyataan bersama dengan sesama bekas perdana menteri Goh Chok Tong di Singapura pekan lalu.
”Setelah pemilihan umum 7 Mei lalu, kami memutuskan meninggalkan kabinet. Sebaiknya negara ini memiliki tim kementerian yang lebih muda agar bisa mewakili aspirasi generasi muda sekarang,” Lee menambahkan.
Lee memimpin negara itu dari 1959 hingga 1990, yang menjadi perdana menteri terlama sepanjang sejarah negara persemakmuran dan kepala pemerintahan terlama di Asia. Pria 87 tahun ini tetap berada di kabinet sejak mengundurkan diri sebagai perdana menteri. Pertama, menjabat menteri senior pada 1990-2004, kemudian pada 2004-2011 sebagai penasihat menteri. Posisi terakhir ini dibuat anaknya, Lee Hsien Loong, perdana menteri sekarang.
Keputusan Lee mundur tak lepas dari respons rakyat terhadapnya pada pemilu lalu. Partai Aksi Rakyat, yang selama ini berkuasa, mendapat perolehan suara pada level terendah selama ini, yaitu 60 persen. Hal itu mencerminkan adanya ketidakpuasan terhadap pemerintah.
Generasi tua sebetulnya masih menghormati Lee karena kebijakannya yang tidak omong kosong. Tapi generasi muda ternyata tidak mempunyai kesan yang sama. Kritik muncul dari kaum muda 20-an tahun, lewat media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Selama pemilu berlangsung, kedua media sosial itu riuh membicarakan tingginya biaya hidup Singapura, upah yang rendah, dan undang-undang imigrasi.
Lee tua juga menyerahkan jabatan sebagai orang nomor satu di Government of Singapore Investment Corporation (GIC) kepada anaknya. Tapi Lee Hsien Loong tetap menempatkan ayahnya dalam struktur. ”Lee Kuan Yew akan menjadi penasihat senior GIC,” kata Lee Hsien Loong. Lee tua juga masih menjadi anggota parlemen dari Tanjong Pagar.
Rakyat Singapura ragu apakah Lee tua benar-benar bisa menjauh dari kancah politik. Pada 1988, dia pernah membuat pernyataan, ”Meskipun saya terbaring sakit di ranjang, bahkan jika orang menurunkan saya ke kubur, kalau saya merasakan sesuatu yang tidak beres, saya akan bangkit.” Dia melanjutkan, ”Mereka yang percaya saya akan pensiun permanen harus benar-benar memeriksakan kepalanya.”
Mundurnya Lee diikuti tiga menteri kabinet, yaitu Wong Kan Seng, Mah Bow Tan, dan Raymond Lim. Namun ketiganya masih akan menjadi anggota parlemen. Wong sebelumnya bertugas di Kementerian Dalam Negeri dan Menteri Koordinasi Keamanan Nasional. Mah Bow Tan adalah Menteri Pembangunan Nasional, sedangkan Raymond Lim bertugas di Kementerian Perhubungan. Ketiga orang ini selama kampanye pemilu menerima banyak kritik karena kasus penyelamatan Mas Selamat, tingginya biaya perumahan, dan kemacetan di jaringan transportasi umum.
”Mereka sudah selayaknya mundur karena bertanggung jawab atas isu-isu perumahan, transportasi, dan kasus Mas Selamat,” kata Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Nasional, Goh Meng Seng.
Thomas Tan, 60 tahun, pengusaha, mengatakan mundurnya ketiga menteri ini menunjukkan perdana menteri punya keinginan mendengarkan masyarakat. ”Baguslah kalau mereka pensiun. Artinya Perdana Menteri Lee bisa membaca keinginan rakyat dan bertindak tepat,” ujarnya.
Namun, Hisham Omar, 24 tahun, berpendapat seharusnya ketiga orang itu pensiun lebih awal. ”Saya pikir seharusnya mereka melakukannya sebelum pemilu. Apa gunanya mundur setelah mereka terpilih?”
Nieke Indrietta (The Guardian, SingaporeScene, AFP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo