Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jangan Lupakan Nakba

Rakyat Palestina memperingati nakba, masa yang penuh derai air mata, dengan berunjuk rasa. Kaum muda tak melupakan sejarah mereka.

23 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ribuan warga Palestina itu bergerak melewati jalan berdebu menuju Qalandia, Ramallah, dua pekan lalu. Di sana terdapat pos pemeriksaan Israel. Anak-anak muda, laki-laki dan perempuan, berjajar di depan. Sebagian mengi­barkan bendera Palestina. Sebagian mengenakan kafiyeh, kain penutup kepala khas Palestina.

”Kami akan berjuang hingga Israel meninggalkan tanah ini,” teriak seorang bocah. ”Tanah ini milik kami, dan kami akan membebaskannya.”

Dua pekan lalu ribuan warga Palestina menggelar aksi peringatan nakba atau malapetaka yang menimpa bangsa itu. Tepat 63 tahun silam, sekitar 700 ribu warga di kawasan Palestina terusir. Dan sebuah negara baru dibentuk di bekas tanah mereka, yakni Israel.

Aksi peringatan dua pekan lalu itu merupakan peringatan nakba terbesar sepanjang sejarah konflik Palestina-Israel. Unjuk rasa tak hanya digelar di tanah pendudukan, Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur, tapi juga di tanah pengungsian, seperti di Libanon serta Suriah.

Di Dataran Tinggi Golan, tepatnya di Maroun al-Ras dekat Libanon Selatan, ribuan pengungsi Palestina berjalan bersama rakyat Libanon. Mereka mendaki gunung untuk menggelar peringatan nakba di sekitar perbatasan Libanon-Israel.

Bus-bus dan mobil yang mengangkut ribuan orang tersebut—kebanyakan pengungsi Palestina—diparkir di sebuah desa di mana Israel bisa terlihat dari situ. Mereka meneriakkan soal hak pengungsi untuk kembali ke tanahnya. Isu ini menjadi salah satu ganjalan utama dalam setiap perundingan damai Palestina-Israel selain isu Yerusalem Timur.

”Tahun ini berbeda,” kata Mustapha Barghouti, politikus independen Palestina. Ada persatuan dari beragam kalangan di semua aksi, baik yang berdemo di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yerusalem, Libanon, maupun Suriah. Semua kelompok, yang sangat religius, sekuler, anak muda, orang tua, juga anak-anak, berkumpul jadi satu. ”Kami menuntut kemerdekaan kami.”

Sejak pendirian negara Israel, jutaan warga Palestina kehilangan kebebasan dan hak-hak lainnya. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat total pengungsi Palestina sekarang ini sekitar lima juta orang. Sedangkan sekitar empat juta warga Palestina hidup tertekan di tanah pendudukan di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Dan satu juta orang lainnya hidup dengan beragam pembatasan di negara Israel.

Sebuah media Israel mencatat, selama peristiwa nakba, di empat dari lima desa di perbatasan negeri baru terjadi pembersihan kelompok etnis, yang kebanyakan dengan kekerasan. Sekitar 95 persen komunitas Yahudi baru yang dibangun selama 1948-1953 didirikan di tanah rakyat Palestina yang terusir.

Selain itu, Israel memiliki peraturan yang membolehkan akuisisi tanah untuk kepentingan publik, yang digunakan sejak Inggris masih memegang mandat di kawasan tersebut. Peraturan ini masih terus dipakai hingga sekarang, meski telah ada beberapa amendemen. Dalam pelaksanaannya, banyak terjadi tanah yang diambil alih dengan alasan untuk kepentingan publik ternyata penggunaannya tidak sesuai dengan rencana awal.

Penyingkiran juga dialami warga Badui Palestina. Mereka hanya bisa menyaksikan rumah mereka dihancurkan untuk pembuatan jalan menuju permukiman Yahudi ataupun hutan.

Baru-baru ini Otoritas Palestina menyeru Israel mengembalikan hak 140 ribu warga Palestina di Tepi Barat yang kehilangan status kependudukannya karena melakukan perjalanan ke luar negeri.

Data HaMoked, kelompok hak asasi manusia Israel, menunjukkan praktek penghilangan status kependudukan tersebut dijalankan Israel seusai perang enam hari pada 1967, dan masih terus terjadi hingga Perjanjian Oslo pada 1994.

”Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi untuk memindahkan sebanyak mungkin orang Palestina, dan memasukkan warga Israel ke tanah kami,” kata juru bicara pemerintah Palestina, Ghassan Khatib.

Selama 27 tahun, prosedur militer mensyaratkan penduduk Tepi Barat yang akan ke luar negeri menyimpan kartu identitasnya di Jembatan Allenby untuk menyeberang ke Yordania. Mereka kemudian diberi izin keluar, yang berlaku tiga tahun. Mereka yang tidak kembali sesuai dengan jadwal dianggap sudah pindah ke luar negeri.

Sedangkan di pengungsian di luar negeri, nasib banyak warga Palestina tidak jauh lebih baik. Di Libanon, para pengungsi Palestina tak mampu hidup bebas. Banyak kamp pengungsi dikelilingi pagar dengan kawat berduri dan pos-pos pemeriksaan.

Perdana Menteri Israel pertama, David Ben-Gurion, pernah menyatakan keyakinannya masalah pengungsi ini akan hilang seiring dengan berjalannya waktu. ”Yang tua akan mati, dan yang muda akan lupa.”

Tapi ternyata warga muda Palestina tak pernah lupa. Nakba justru menjadi fondasi utama bagi aktivis Palestina dan para pendukung serta simpatisan di berbagai belahan dunia untuk memperjuangkan cita-cita kemerdekaan dan kembali ke tanah tumpah darah.

Rintangan dan kekerasan yang harus dihadapi tak menyurutkan langkah meneriakkan keinginan mereka, seperti saat peringatan nakba lalu. Di Golan, pasukan Israel dan Libanon membubarkan unjuk rasa.

Di bawah bukit, pasukan Libanon menghentikan orang-orang yang akan bergabung di atas bukit. Sedangkan yang di atas harus menghadapi kekerasan, baik oleh pasukan Libanon maupun Israel. Ketika orasi baru saja dimulai, demonstran bubar dan berlarian menuju sisi lain bukit tempat aksi.

Melewati tanah yang ditanami ranjau darat oleh Israel, mereka berlarian menuju pagar perbatasan. Mereka meneriakkan hak kembali ke tanah Palestina. Sebagian memanjat pagar dan menaruh bendera negerinya. Beberapa orang melempar batu.

Tentara Libanon dan Israel yang semula tak terlihat mulai menembak serta melontarkan kaleng-kaleng gas air mata. Sekitar 10 orang tewas dan ratusan lainnya terluka, termasuk tentara Libanon.

Di kawasan pendudukan juga terjadi kekerasan. Tentara Israel yang tidak mengenakan seragam bahkan menyusup di antara demonstran untuk menangkapi para pemimpinnya. Total korban tewas dalam aksi peringatan nakba tersebut lebih dari 12 orang. Masyarakat internasional pun memprotes kekerasan yang kembali terjadi.

Israel tegas menyatakan perbatasannya tak bisa dilanggar. ”Kami bertekad mempertahankan perbatasan dan kedaulatan kami,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Negeri Yahudi ini belakangan risau atas perkembangan situasi kawasan Timur Tengah sehingga meningkatkan kewaspadaan. Bersatunya dua faksi utama Palestina, Fatah dan Hamas, sangat mengejutkan mereka. Bahkan Tel Aviv sempat menunda penyerahan uang pajak untuk Otoritas Palestina.

Perkembangan di Mesir, dengan tersingkirnya Husni Mubarak, yang dianggap tetangga dan kawan yang menguntungkan, juga tak kalah mencemaskan bagi Israel. Kini konflik internal antara warga muslim dan Kristen Koptik beberapa kali meledak. ”Israel khawatir,” kata Husam Zomlot, pejabat senior faksi Fatah Palestina. Gerakan perlawanan terhadap rezim penguasa kini juga memanas di negara tetangga lainnya, yaitu Suriah.

September tahun lalu, Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas, yang frustrasi oleh mandeknya pembicaraan damai yang disponsori Amerika Serikat, mengancam akan membawa hal itu ke PBB. Dia berupaya memperoleh pengakuan resmi sebagai negara Palestina dengan wilayah berdasarkan perbatasan 1967.

Menghadapi taktik Abbas, Amerika dan Israel sudah bersiap. Bulan ini Presiden Barack Obama dan Perdana Menteri Netanyahu direncanakan berpidato mengenai kelanjutan proses perdamaian yang mandek ini.

Tapi rakyat Palestina tak mudah percaya begitu saja. Gerakan perlawanan akan terus digulirkan. ”Akhir pekan ini kami memiliki nakba. Juni nanti akan ada naksa,” kata Zomlot.

Naksa adalah peringatan perang Arab-Israel 1967. Lewat perang itu, Israel mencaplok Tepi Barat, jalur Gaza, Yerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan, yang hingga kini masih diduduki.

David Ben-Gurion terbukti salah. Kaum muda Palestina tak pernah melupakan sejarah mereka.

Purwani Diyah Prabandari BBC, The Guardian, Al-Jazeera, Haaretz)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus