Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AMERIKA Serikat juga menjalankan strategi baru di Afganistan. Dua pekan lalu, Presiden Barack Obama meneken undang-undang pertahanan, termasuk menggelontorkan dolar untuk membayar pejuang Taliban yang meletakkan senjata.
Obama meneken undang-undang itu satu jam sebelum menghadiri upacara khidmat: menerima bendera yang menyelimuti peti mati 18 tentara Amerika di Afganistan di Pangkalan Angkatan Udara Dover di Delaware, Rabu pekan lalu.
”Program ini untuk memisahkan pejuang Taliban lokal dari pemimpin mereka,” kata Senator Carl Levin, ketua komite urusan militer Senat. Keputusan ini ditegaskan kembali oleh Menteri Luar Negeri Hillary Clinton. ”Pemerintah sedang mencari kesepakatan dengan kelompok militan Taliban yang ingin berpisah dengan Al-Qaidah,” katanya.
Ini bukan pertama kalinya Amerika menyogok musuh yang mulai lelah berperang dan ingin hidup damai. Cara ini sudah dilakukan Amerika di bawah rezim Presiden Bush di Irak lewat program ”Anak-anak Irak”. ”Ada 90 ribu gerilyawan Irak (anti-Amerika) yang berubah haluan dan kini ikut melindungi kota mereka dari serangan dan kekerasan,” kata Levin.
Undang-undang itu membolehkan penggunaan uang dari program yang sudah ada. Gedung Putih tidak menjelaskan secara detail jumlah dolar yang akan disodorkan kepada setiap anggota Taliban yang ikut program reintegrasi ini. Tapi undang-undang itu meloloskan dana US$ 1,3 miliar untuk program sogokan itu dari US$ 680 miliar dana pertahanan tahun fiskal 2010.
Keputusan itu diambil Obama di tengah perdebatan tentang usul Jenderal Stanley McChrystal mengenai pengiriman 40 ribu anggota pasukan paling lambat akhir tahun ini.
Saat ini sudah ada 68 ribu anggota pasukan Amerika di Afganistan. Obama mendiskusikan masalah itu dengan Admiral Mike Mullen, ketua komandan gabungan, dan pemimpin militer lainnya. ”Pertemuan itu mungkin akan menuju proses pembuatan keputusan akhir Presiden Obama,” ujar juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs.
Tapi kubu garis keras Partai Republik memperingatkan: jika Obama tidak memenuhi permintaan McChrystal, artinya Obama gagal memberikan semua yang dibutuhkan untuk mengamankan kepentingan Amerika di Afganistan. Bahkan bekas wakil presiden Dick Cheney memperingatkan Obama agar menghentikan keraguannya, sementara pasukan Amerika dalam bahaya. ”Ini waktunya bagi Presiden Obama melakukan apa yang harus dilakukan untuk memenangi perang,” ujar Cheney.
Obama diduga baru akan memutuskan tindakannya setelah pemilihan Presiden Afganistan putaran kedua pada 7 November. Tapi diduga ia hanya akan meloloskan sejumlah kecil anggota pasukan dari yang diminta Jenderal McChrystal. Sebab, menurut Senator Carl Levin yang berasal dari Partai Demokrat, setiap komitmen penempatan pasukan baru berisiko bahwa Amerika akan dilihat sebagai pasukan pendudukan. Sebab, kata dia, perluasan kehadiran pasukan tempur Amerika dapat menjadi amunisi mesin propaganda Taliban.
”Taliban bisa menggambarkan kehadiran pasukan Amerika bukan untuk menghambat kembalinya rezim Taliban, tapi sebagai pendudukan (pasukan) asing,” kata Levin. Artinya, kubu Demokrat dan Presiden Obama lebih menyukai program merayu kelompok militan Taliban tinimbang mengabulkan permintaan Jenderal McChrystal, yang dinilai Senator John Kerry sebagai tindakan yang terlalu jauh dan terlalu cepat.
Tapi sejumlah pengamat percaya program menyogok pejuang Taliban agar keluar dari organisasi kelompok militan itu hanya membeli loyalitas untuk sementara. ”Pepatah tua Afganistan yang mengatakan, ’Anda dapat menyewa seorang Afganistan, tapi Anda tak dapat membelinya’, akan terbukti,” ujar Nicholas Schmidle, pengamat Afganistan dari lembaga nonpartisan Yayasan Amerika Baru.
Raihul Fadjri (Reuters, BBC, UPI)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo