Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=1 color=#FF9900>IRAN</font><br />Pesan dengan Bom Bunuh Diri

Bom bunuh diri mengguncang Iran. Mirip bom yang digunakan kelompok Sunni militan, Jundallah. Telunjuk Ahmadinejad masih mengarah ke Amerika.

26 Oktober 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AHAD pagi, dua pekan lalu, pukul 08.00. Konferensi para pemimpin Syiah-Sunni di Distrik Pisin, Provinsi Sistan-Baluchistan, baru saja berakhir. Matahari pagi menghambur masuk ke ruang pertemuan di gedung olahraga setempat. Perjanjian damai Syiah-Sunni disepakati.

Semua, termasuk para pejabat Garda Revolusi, tersenyum senang—sampai akhirnya seorang lelaki berjubah putih tiba-tiba menarik sesuatu dari lengannya. Sedetik kemudian, sejumlah orang yang sedang berkerumun di luar gedung olahraga itu roboh, bersimbah darah, bergelimpangan. Ledakan besar itu menewaskan para pemimpin Sunni dan Syiah, juga pemimpin Garda Revolusi. Termasuk Jenderal Noor Ali Shooshtari, Wakil Panglima Garda Revolusi Iran; dan Rajab Ali Mohammadzadeh, panglima militer di provinsi itu. Tercatat, 30 orang tewas dan lusinan warga luka-luka dalam kejadian nista itu.

Ini bukan satu-satunya bom bunuh diri di wilayah Sistan. Mei lalu, sebuah masjid di Zahedan, ibu kota Provinsi Sistan, luluh-lantak akibat bom yang sama. Kelompok Jundallah (Tentara Tuhan) pimpinan Abdulmalek Rigi memastikan, mereka berada di belakang teror yang menewaskan 25 warga sipil itu.

Kelompok Jundallah memang punya rekor kekerasan panjang. Mereka juga menyatakan bertanggung jawab ketika aksi bom yang sama menghantam Saravan, kota di tenggara Iran, akhir tahun lalu. Malah pengebom bunuh diri saat itu adalah adik Abdulmalek Rigi sendiri, Abdol-Ghafoor Rigi. Si pelaku menyampaikan pesan: hentikan diskriminasi di wilayah Sunni. Sunni merupakan kelompok minoritas di Iran, yang mayoritas masyarakatnya memeluk Islam Syiah.

Namun ledakan Minggu pagi itu berbeda. Karena tak ada kelompok yang menyatakan diri bertanggung jawab, Presiden Ahmadinejad sempat menuding Amerika Serikat dan Inggris. Bahkan Ketua Parlemen Iran Ali Larijani langsung berujar, ”Kami yakin ini aksi Amerika.” Dalam perkembangannya, Ahmadinejad mengoreksi pendapat itu, lalu menuding beberapa pejabat keamanan Pakistan. ”Kami dengar mereka bekerja sama dengan para teroris,” kata Ahmadinejad setelah menerima laporan hasil pertemuan menteri luar negeri dengan duta besar Pakistan.

Apa pun, yang terang, tiga orang telah ditangkap. Mereka ditengarai anggota Jundallah, kelompok yang menyerukan perlawanan terhadap pemerintah Iran. Pemerintah Iran yakin Jundallah punya hubungan istimewa dengan kelompok Al-Qaidah dan Taliban di Afganistan. Apalagi mereka beroperasi di daerah tenggara Iran yang berbatasan dengan Pakistan dan Afganistan.

Daerah Sistan selalu menjadi sorotan dunia lantaran tak cuma berpotensi konflik, tapi juga merupakan lahan kriminalitas yang subur. Perdagangan manusia dan penyelundupan obat terlarang daerah bulan sabit emas—Pakistan, Afganistan, Iran—sering terjadi di sana.

Pisin, daerah termiskin di Iran, merupakan basis kelompok Sunni. Selama ini, kelompok Sunni menganggap kelompok Syiah yang menguasai pemerintahan berlaku diskriminatif dalam segala hal. Dan inilah akar pertikaian antara warga Syiah dan Sunni di daerah tersebut. Pertemuan di gedung olahraga di atas berangkat dari gagasan Noor Ali, Wakil Panglima Garda Revolusi. Pertemuan tersebut membicarakan perdamaian dan perbaikan ekonomi di wilayah itu.

Meski bukti-bukti yang menunjukkan keterlibatan Jundallah mulai muncul, tudingan atas adanya elemen asing bermain di situ belum juga berakhir. Dugaan keterlibatan Amerika juga ditegaskan oleh Abdulhamid, salah seorang saudara Rigi yang diwawancarai televisi pemerintah Iran, Press TV. Ia menyitir pertemuan Rigi dengan pelaksana operasi intelijen Amerika, dan Rigi menerima US$ 100 ribu sebagai dana perjuangan.

Amerika, Inggris, dan Pakistan sudah menyatakan tak bertanggung jawab atas serangan tersebut. Malah Presiden Pakistan Asif Ali Zardari berjanji akan memberantas Jundallah di wilayahnya. ”Mereka juga melakukan kejahatan di sini (Pakistan), dan kami sedang memberantas mereka,” kata Ali Zardari.

Tuduhan pemerintah Iran tentang instabilitas di perbatasan sebelah tenggara itu sebetulnya sudah dilancarkan selama lima tahun terakhir. Hal ini terjadi di tengah kecaman negara Barat—dimotori Amerika dan Inggris—terhadap pengembangan nuklir Iran. Iran dituduh sedang mengembangkan nuklir untuk senjata, meski Iran mengatakan nuklirnya untuk pengembangan ekonomi negara.

Yophiandi (LA Times, Press TV, Time, Guardian)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus