Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=1 color=#FF9900>BRASIL</font><br />Tawuran di Bukit Kera

Perang antargeng kembali pecah di Rio de Janeiro. Pemerintah optimistis peristiwa berdarah itu tak bakal mempengaruhi rencana perhelatan Olimpiade 2016.

26 Oktober 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA mencekam menyelimuti daerah Morro dos Macacos, Rio de Janeiro. Ribuan polisi bersenjata laras panjang menyebar ke berbagai sudut perkampungan kumuh di ibu kota Brasil itu. Ditemani anjing pelacak, mereka menggeledah gubuk-gubuk yang diduga sebagai tempat persembunyian para anggota geng jaringan bisnis narkoba yang selama ini menguasai metropolitan itu.

Sudah lebih dari sepekan keamanan di Morro dos Macacos—artinya bukit kera—dijaga superketat. Pemerintah kota Rio de Janeiro tak mau peristiwa berdarah Sabtu dua pekan lalu terulang. Saat itu dua geng narkoba yang berseteru baku tembak untuk menguasai kawasan kumuh tersebut. Di tengah kontak senjata itu, sebuah helikopter polisi ditembak jatuh anggota geng.

Dua perwira polisi tewas, tiga lainnya berhasil menyelamatkan diri setelah heli terjatuh di sebuah lapangan sepak bola dan terbakar. Salah satu dari dua perwira yang mengalami luka bakar adalah kepala kepolisian negara bagian Rio, Mario Sergio Duarte. Hingga kini aparat kemanan masih belum bisa memastikan apakah heli tersebut memang merupakan sasaran tembak para anggota geng atau terkena peluru nyasar.

Kepala urusan keamanan Rio, Jose Mariano, mengatakan helikopter itu ditembak dengan senjata api otomatis berkaliber 38 atau 50. ”Para bandit itu sekarang sudah memiliki senjata yang makin canggih. Inilah pertama kalinya di Rio dan Brasil mereka menjatuhkan helikopter,” katanya. Peristiwa itu membuat polisi geram dan langsung menabuh genderang perang terhadap para anggota geng. Tak kurang dari 17 anggota geng tewas dalam peristiwa itu.

Perang antargeng bukan sekali ini terjadi di Rio. Di kota ini bercokol tiga geng besar: Amigos dos Amigos, Comando Vermelho, dan Terceiro Comando Puro. Mereka kerap berseteru memperebutkan wilayah bisnis penjualan narkoba. ”Perang antargeng sudah berlangsung sejak 20 tahun lalu dan entah kapan berakhir. Kami tidak tahu kapan kami mendapat kedamaian,” tutur Mario Velso, salah seorang warga.

Namun tragedi di wilayah perbukitan bagian utara Rio itu dipandang sebagai perseteruan bersenjata terbesar yang pernah terjadi. ”Kami sangat bingung. Anak-anak berteriak menangis ingin ke luar rumah di tengah kontak senjata, tapi situasi makin memburuk,” kata Cristina Soares, 17 tahun, salah seorang warga yang terpaksa mengungsi ke rumah kerabatnya.

Kecemasan tak cuma datang dari kawasan perkampungan kumuh, tapi juga seluruh warga, karena Rio de Janeiro baru saja terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade 2016. Pesta samba menyambut kemenangan bahkan baru digelar di Pantai Copacabana, Rio de Janeiro, dua minggu sebelum pertempuran itu meletus. ”Semua pihak telah memahami bahwa kami mampu mengendalikan keamanan dan mencegah terjadinya kejahatan,” ungkap Menteri Kehakiman Tarso Genro kepada kantor berita Agencia, Brasil, seraya menenangkan kekhawatiran sejumlah pihak yang meragukan keamanan penyelenggaraan pesta olahraga terbesar di dunia pada 2016.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva berjanji akan mengambil kebijakan apa pun untuk menghentikan peperangan antargeng narkoba yang semakin tidak terkendali itu. ”Kami akan membersihkan orang-orang yang berusaha mengotori Brasil,” dia menegaskan kepada wartawan di Sao Paulo. Pemimpin Brasil ini juga bakal mengucurkan dana tambahan US$ 58 juta atau sekitar Rp 544 miliar untuk program perang melawan geng narkoba, termasuk melengkapi polisi dengan helikopter antipeluru.

Gubernur Rio de Janeiro Sergio Cabral menyatakan pihaknya telah memperoleh bantuan tambahan 4.500 polisi dari kawasan sekitarnya untuk memperkuat operasi pengamanan di wilayah yang dikuasai jaringan narkoba. ”Kami telah mengatakan kepada Komite Olimpiade Internasional bahwa tidak akan mudah menyelesaikan masalah keamanan, dan mereka paham,” katanya optimistis.

Nunuy Nurhayati (BBC, Reuters, Guardian, NYTimes)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus