Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Asap hitam membubung di atas 250 mobil keluaran terbaru yang terbakar di Pelabuhan Qasr Ahmed, Rabu pekan lalu. Lelehan metal dan pecahan kaca masih memenuhi jalan-jalan di Misrata. Empat hari berturut-turut sebelumnya, pasukan loyalis Qadhafi membombardir pasukan gerilyawan dengan sengit.
Beberapa warga mengatakan pasukan loyalis Qadhafi menembaki Kota Misrata secara brutal. Mereka juga menyerang suku Berber, yang berada di pegunungan barat Libya. ”Mereka menembakkan mortir secara intensif di daerah Abu Rouia,” ujar warga bernama Safieddin.
Sekitar 20 roket Grad juga ditembakkan pasukan loyalis Qadhafi sejauh 12 kilometer ke sebelah timur Misrata. Tembakan roket itu mengenai kapal Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), yang sedang menepi untuk memberikan bantuan sekaligus mengangkut pengungsi. Roket ganas itu juga menghancurkan sebuah rumah sakit.
Sebelum dibombardir pasukan loyalis Qadhafi, Misrata adalah pusat kehidupan warga sipil, gerilyawan, juga para pekerja migran. Di sanalah bantuan kemanusiaan, senjata, dan amunisi dari Benghazi, yang merupakan markas pasukan oposisi, ditampung.
Namun kini kota ketiga terbesar di Libya itu hancur lebur. Empat hari berturut-turut pasukan Qadhafi menghujani Misrata dengan mortir dan peluru saat matahari terbenam. ”Mereka melakukannya secara agresif,” ujar Abdurrahman,23 tahun, warga setempat.
Misrata memiliki deretan gedung pencakar langit yang sama banyaknya dengan Tripoli. Menurut CNN, siapa yang bisa menguasai gedung-gedung itu dianggap menguasai Misrata. Tak aneh, loyalis Qadhafi dan gerilyawan Misrata memperebutkannya.
Selongsong peluru kini bertebaran di jalan dan di dalam gedung yang dindingnya bolong. Sepanjang jalan utama Misrata tertutup puing material bangunan dan debu tebal. Tak ada bangunan yang selamat. Semua terbakar, dipenuhi lubang, atau hancur rata dengan tanah. CNN menyebut pertempuran empat hari di Misrata sebagai pertempuran paling mengerikan di Libya.
Alhasil, Misrata seperti kota hantu. Hanya sebagian wilayah yang masih mendapat pasokan listrik dan air bersih. Keadaan kota gelap-gulita. Pilar-pilar penyangga Pelabuhan Qasr Ahmed menghitam karena terbakar.
Sebuah bom, menurut Abdurrahman, sengaja diledakkan di samping perkemahan pengungsi yang sedang menunggu kapal kemanusiaan. Akibatnya, tiga nyawa melayang dan 20 orang mengalami luka berat. ”Kebanyakan laki-laki karena perempuan dan anak-anak sudah mengungsi,” ujarnya.
Beberapa keluarga yang tidak terangkut kapal kemanusiaan memilih bersembunyi di dalam rumah mereka yang rusak. Risiko itu diambil warga setelah melihat banyak keluarga terkena peluru nyasar saat dalam perjalanan mengungsi.
Seorang sukarelawan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan pengungsi (UNHCR) menyatakan masih banyak warga yang terperangkap di rumah masing-masing selama dua bulan. Mereka tidak bisa keluar akibat pertempuran yang terus memanas selama tujuh pekan ini.
Kendati pertempuran sengit terjadi di pelabuhan, pusat Kota Misrata cenderung tenang. Begitu pula jalan yang menghubungkan Misrata dengan Tripoli. Tidak ada pertempuran yang pecah di jalur itu. Keadaan tersebut diklaim gerilyawan Misrata sebagai keberhasilan mereka memukul balik pasukan loyalis ke Tripoli.
Markas oposisi di Benghazi ragu akan klaim keberhasilan itu. ”Situasi di Misrata tetap seperti kuburan,” kata juru bicara pemerintahan transisi, Jalal al-Gallal. ”Kaum revolusioner memang memegang kendali, tapi mereka dikelilingi dan dibom pasukan loyalis pemerintah,” dia menambahkan.
Cheta Nilawaty (AFP, BBC, CNN, Reuters, Teheran Times, VOA)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo