Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bentrokan berdarah di Monumen Demokrasi yang menewaskan 23 orang tak pelak menyudutkan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva. Pemerintahnya dituduh tak profesional karena melepaskan tembakan menghadapi pengunjuk rasa. Melalui juru bicaranya, Panitan Wattanayagorn, Abhisit membantah tudingan itu. ”Ada orang tak dikenal melepas tembakan di antara demonstran,” ujarnya.
Tumpahnya darah memantik kemarahan pemimpin demonstran Kaus Merah. Mereka bersumpah akan menjatuhkan Abhisit dan mengusirnya ke luar negeri. Memburuknya situasi politik di dalam negeri membuat Panitan bekerja lebih keras. ”Ini situasi yang sulit,” kata Panitan, yang direkrut Abhisit dari posisinya sebagai dosen keamanan internasional di Universitas Chula longkorn. Dia bahkan harus menginap di barak militer Resimen Infanteri 11, yang menjadi kantor pemerintah Abhisit saat ini.
Publik menyalahkan pemerintah Thailand atas peristiwa Sabtu lalu….
Saya pikir semua orang berbeda pandangan tentang ini. Kami sudah memulai investigasi. Kami yakin kami tak salah.
Kenapa mesti ada yang tewas?
Tahun lalu, dengan Internal Security Act, kami berhasil mengatasi keadaan. Sekarang kondisinya lebih sulit. Mereka menguasai pusat bisnis dan pemerintahan. Semua kejadian Sabtu itu sudah dalam proses penyidikan.
Apa hasilnya?
Ada orang bersenjata di antara para demonstran. Itu dari video footage Al-Jazeera. Mereka berjalan santai di antara pengunjuk rasa dan menembak dengan leluasa. Kami yakin mereka menembak tentara dan me ngenai teman sendiri.
Dari hasil otopsi kan terlihat peluru itu milik siapa?
Indikasinya peluru dari senjata otomatis. Tentara memilikinya untuk mempertahankan diri. Tapi senjata otomatis dicuri sehari sebelumnya, saat demonstran menyerbu Stasiun Satelit Bumi.
Berapa banyak senjata yang hilang?
Ya, itu adalah obyek vital. Tentara sedang memeriksa berapa banyak yang hilang. Yang jelas lebih dari sepuluh dan itu belum dikembalikan.
Bagaimana Anda tahu mereka yang mengambil?
Ada di televisi. Senjata dengan amunisinya.
Partai Demokrat kan sudah dibubarkan Komisi Pemilihan karena tuduhan korupsi?
Komisi Pemilihan menuduh Partai Demokrat tiga tahun lalu. Tuduhannya sama, dan kami menang di Mahkamah Konstitusi. Partai Thai Rak Thai kalah. Karena itu, mereka bubar.
Ini gerakan Thaksin untuk kembali berkuasa di Thailand?
Sayangnya, pemerintah tak bisa berspekulasi. Tapi orang memang bisa merasakan ada unsur Thaksin. Kami percaya dia salah satu pemimpinnya, dan jelas dia pemimpin tertingginya.
Pengunjuk rasa berkeras minta proses pemilu yang demokratis?
Perdana Menteri sudah menyanggupi ada pemilu ulang, tapi ada kondisi yang mesti dituju. Perbaikan ekonomi dan situasi politik juga mesti mendukung. Artinya, tak boleh ada kampanye kekerasan dalam pemilu. Konstitusi juga mesti meng amanatkan itu.
Bukankah aturan itu sudah ada di konstitusi?
Tapi partai-partai beda interpretasi atas konstitusi. Karena itu, kita mesti duduk bersama, merumuskan seperti apa kata konstitusi. Setelah itu, tak cuma Perdana Menteri yang memutuskan pemilu. Ada anggota partai lain. Dan sudah dikatakan paling lama bisa dilakukan akhir tahun ini.
Jadi bagaimana solusinya?
Solusinya jelas. Perlu ke adilan, kami sedang menyelidiki kasus ini. Kedua, kami sedang berusaha menangkap para pemimpin Kaus Merah.
Kapan penangkapan dilakukan? Sepertinya belum ada upaya?
Sedang dilakukan. Demonstrasi mesti dibubarkan. Baru kita bisa berbicara dan berunding.
Kalau sama-sama ngotot, bagaimana bisa berunding?
Tak ada yang bisa menang 100 persen. Kami paham itu sejak awal.
Bagaimana pendapat Raja? Tetap mendukung pemerintahan ini?
Di Thailand, raja kami tak biasa ikut campur dalam politik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo