Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kegiatan politiknya dimulai dengan menjadi aktivis mahasiswa semasa kuliah di Universitas Thammasat, Bangkok. Selanjutnya, Veera (baca Wira) Musikapong menjadi pengacara dan kemudian politikus. Saat Jenderal Prem Tinsulanonda berkuasa di Thailand, karier politiknya melesat cemerlang. Dia menjadi Deputi Menteri Dalam Negeri, hingga menjadi Menteri Perindustrian. Namun, lantaran pernah dianggap menghina keluarga Raja, dia dihukum empat tahun kerja sosial dan sebulan penjara.
Veera juga pernah menjadi anggota Partai Demokrat pimpinan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva. Pada 2007, dia berbalik menjadi dekat dengan Thaksin Shinawatra dan membuat program televisi Truth Today, yang kini menjadi simbol Kaus Merah.
Sekarang, bersama Jatuporn Prompan dan Nathawut Saikua, pria kelahiran Songkhla 62 tahun lalu itu menjadi tokoh utama Kaus Merah. Saat ditemui Tempo, ayah dua putra itu sedang santai memperhatikan rekannya berpidato di atas panggung. Dengan gaya berapi-api, sesekali diselingi tawa, Veera menjelaskan aksi menentang Abhi sit. ”Kami cuma ingin demokrasi, apa salahnya?”
Anda ingin menjungkalkan Abhisit?
Sebelum kejadian Sabtu, kami ingin parlemen bubar dan pemilu digelar segera. Tapi sekarang, setelah banyak penduduk tewas, Perdana Menteri mesti keluar dari Thailand.
Mengapa dia tak diadili? Bukankah ada hukum di sini?
Itu jalan politiknya. Tapi, kalau hukumnya jelas bisa dijalankan, ya dia mesti diadili. Bila betul dihukum, terserah dia setelah menjalani hukuman, mau ada di Thailand atau keluar dari negeri ini.
Anda pernah menjadi anggota Partai Demokrat….
Ya, dan demokrasi dijatuhkan saat itu. Kami menjadi korban pemerintah. Kini kami berjuang mendapatkan kembali demokrasi yang pernah muncul dulu (di masa Thaksin).
Peristiwa Sabtu dua pekan lalu bisa terjadi lagi?
Ya, bisa saja. Tapi, kalau mereka mau begitu, akan ada bentrokan lagi.
Polisi tak berusaha menangkap Anda?
Mereka ada kok di sekitar sini, menyamar memakai kaus merah. Tapi mereka tak bisa masuk karena ada banyak orang di sini. Mereka masih berusaha menangkap saya, bahkan malam ini. Banyak intel di sini.
Dari mana Anda tahu?
Kami punya teman-teman di tentara dan polisi yang bersimpati kepada kami. Ada sumber-sumber di organisasi kami yang mendukung kami.
Mengapa Anda sangat membela Thaksin dengan Kaus Merah ini?
Tak betul itu. Yang betul, Thaksin adalah salah satu pendukung Kaus Merah dan dia punya banyak fan di sini.
Benarkah Thaksin menyumbangkan uangnya buat gerakan ini?
Kami punya banyak sumbangan dari berbagai sumber. Penduduk Thailand sangat banyak. Di sana (sambil menunjuk gerbang masuk Ratchaprasong), ada kantong sumbangan. Kalau semua orang menyumbang, kami tak perlu Thaksin. Kami punya banyak teman, tak perlu Tuan Thaksin. Anda lihat kami bisa memberikan makanan dan minuman gratis buat pendukung demokrasi.
Bagaimana Anda menjadi pemimpin mereka?
Kami tak punya satu pemimpin. Kami berkelompok. Tiap kelompok punya pemimpin masing-masing.
Orang mengira ini gerakan kaum tani dan nelayan, tapi Anda ternyata bukan keduanya….
Saya lahir di selatan, meski besar di Bangkok. Bukan cuma saya politikus di sini, dan bukan cuma saya pemimpinnya. Kami punya banyak pemimpin.
Apa yang Anda inginkan dari Raja untuk mengatasi ini?
Tak ada. Raja di Thailand di atas politik. Ini tak ada urusannya dengan Raja.
Sejumlah orang berpendapat Kerajaan mendukung Kaus Kuning yang pro-Abhisit?
Saya tak bisa berbicara soal ini.
Kenapa Anda tak merun dingkan penyelesaian politik? Anda berharap Abhisit akan turun?
Ya, dia akan turun, tak lama lagi. Tunggu saja, tak lebih dari lima hari (sampai Ahad). Percayalah, saya masih punya insting politik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo