Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih dari 20 tahun setelah Jean Claude ”Baby Doc” Duvalier meninggalkan istana kepresidenan dengan jet sewaan, Haiti kini punya kesempatan mendapatkan kembali jutaan dolar yang dibawa lari sang tiran. Awal bulan ini, pemerintah Swiss memberlakukan Return of Illicit Assets Act (RIAA).
”Begitu undang undang ini berlaku awal bulan ini, aset Duvalier US$ 5,8 juta langsung dibekukan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Swiss, Jenny Piaget, menjawab pertanyaan Tempo pekan lalu.
Setelah ayahnya meninggal pada 1971, Duvalier memimpin Haiti, mengangkat diri sebagai presiden seumur hidup. Dia mengorupsi jutaan dolar uang negara, termasuk dana bantuan lembaga lembaga donor internasional, hingga melarikan diri karena ancaman kudeta pada 1986.
Sejak itu negara berpenduduk sekitar 10 juta jiwa tersebut terus berusaha menyita aset Duvalier dari berbagai tempat. Di Swiss, dengan dukungan Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa Bangsa, mereka berupaya melalui skema mutual legal assistance alias MLA. Namun belum sesen pun dapat ditarik pulang. Kendalanya jelas, Haiti belum mengadili Duvalier, padahal putusan pengadilan kriminal merupakan syarat mutlak dalam skema MLA.
Kabar baik tersiar Oktober lalu, 10 bulan setelah negeri di Karibia itu dilanda gempa dahsyat: parlemen Swiss meloloskan rancangan RIAA. Undang undang baru ini memungkinkan pemerintah membekukan dan mengembalikan aset yang diduga hasil korupsi ke negara asal, meski si koruptor belum divonis bersalah. Dan bagi pemilik aset, untuk mempertahankan hartanya, dia harus bisa membuktikan bahwa kekayaan tersebut diperoleh secara legal.
”Aturan ini seharusnya membuat para koruptor berpikir berkali kali lipat sebelum memutuskan menyimpan aset ilegal mereka di Swiss,” kata Pierre Yves Morier, anggota staf Direktorat Hukum Internasional Departemen Luar Negeri Federal Swiss, saat Tempo berkunjung ke Bern, beberapa waktu lalu.
Meski dikenal sebagai negara favorit bagi para pencuci uang, 10 tahun terakhir Swiss telah mengembalikan sekitar US$ 1,7 miliar simpanan para politikus bermasalah, alias politically exposed person, ke negara asal. Antara lain: US$ 684 juta simpanan Ferdinand Marcos dikembalikan ke Filipina pada 2003 dan Nigeria mendapatkan aset Sani Abacha US$ 700 juta pada 2005. Dengan pengembalian itu, Swiss merupakan salah satu yang terdepan dalam hal restitusi aset bermasalah.
”Ada kepentingan bersama di negara ini untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat internasional bahwa era James Bond sudah berakhir,” kata Enrico Monfrini, pengacara di Jenewa, yang sukses membantu pemerintah Nigeria mendapatkan kembali aset mantan presiden Abacha. Dalam film, agen 007 sering digambarkan keluar masuk bank Swiss membawa uang dalam koper. ”If you can’t trust a Swiss banker, what’s the world come to?” kata Bond dalam sebuah percakapannya di film The World Is Not Enough yang dirilis pada 1999.
Berbeda dengan cerita film Bond, kini orang tak bisa lagi memiliki sebuah tabungan tanpa nama di bank Swiss. Hukum keuangan dan perbankan di negeri dingin itu banyak berubah dalam 25 tahun terakhir. RIAA merupakan produk paling anyar.
Tapi bagi Indonesia, yang tengah berjibaku untuk mendapatkan deposito US$ 155 juta atas nama Telltop Holding Ltd—perusahaan milik mantan pemegang saham mayoritas Century, Rafat Ali Rizvi—di Bank Dresdner, Swiss, beleid itu belum jadi kabar gembira. RIAA sementara hanya berlaku bagi negara dengan kategori failed state. ”Indonesia jelas tak masuk kategori ini,” kata Direktur Eksekutif Basel Institute on Governance Swiss Daniel Thelesklaf—lembaga yang khusus mendalami strategi pengembalian aset curian.
Toh, menurut Thelesklaf, pemerintah Indonesia tak perlu pesimistis. Skema MLA bisa diandalkan, asalkan pelaku kejahatan keuangannya sudah divonis bersalah. ”Semakin cepat pelakunya diadili, semakin cepat aset kembali,” katanya.
Ini dibenarkan Monfrini, yang punya pengalaman panjang dengan proses MLA. Dia malah mengusulkan Bank Century mendaftarkan tuntutan kriminal di Zurich. ”Dari berita media tampaknya ada kecurigaan telah terjadi kejahatan pada bank yang di bailed out itu. Sebuah investigasi kriminal oleh pihak Swiss akan sangat membantu,” katanya.
Philipus Parera (Bern, Jenewa)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo