MENTERI Luar Negeri Pilipina, Romulo, menamakannya "lelucon
April". Tapi kejadian yang sebenarnya bagi yang bersangkutan
bukan lelucon. Bekas Presiden Pilipina, Diosdalo Marcapagal,
66 tahun, akhir Maret kemarin telah minta suaka kepada
kedutaan besar Amerika Serikat di Manila. Alasan : untuk tidak
ditangkap, karena Marcapagal telah membagi-bagikan bukunya
(216 halaman) yang berjudul The Restoration of Democracy, As
Soon As Possible (Pemulihan Demokrasi, secepat mungkin)
Isi buku : mengecam keras pemerintahan Ferdinand Marcos. Dia
berpendapat bahwa UU Darurat Perang (sejak 1972) adalah untuk
kepentingan Marcos sendiri, yang sebenarnya harus sudah
mengakhiri masa jabatannya di tahun 1973. UU tersebut lebih baik
dihapus saja, dan adakanlah pemilu yang bebas dan demokratis,
begitu anjuran Marcapagal. Sebelum kembali ke tangsi, hendaknya
Angkatan Bersenjata Pilipina mengambil alih kekuasaan Marcos
yang semakin otoriter.
Pihak kedutaan AS yang terus repot segera mengirim
kawat ke Washington. Sebelum ada jawaban ya atau ditolak
permintaan suaka ini, Macapagal tetap berdiam di kedutaan. Tapi
dari Washington ada kabar: menolak permintaan tersebut. Setelah
ada jaminan bahwa di tidak akan ditangkap, Macapagal baru mau
meninggalkan gedung kedutaan AS. Ia mengeluarkan pernyataan:
"Setelah kedutaan AS menerima pesan dari seorang pejabat
Pilipina, bahwa saya tidak akan diapa-apakan. Juga setelah
mendapat jaminan saya bisa meninggalkan negeri saya, kapan saja
saya mau". Sebelumnya, dalam siaran pers tertulis Macapagal ada
menyatakan bahwa dirinya sudah siap menjalani tahanan atau
apapun yang lebih buruk demi rakyat Pilipina. Tapi kini ia punya
dalih: "Minta suaka saya pada kedutaan Amerika, karena saya
anggap lebih baik dari pada ditangkap oleh pemerintah yang tidak
sah".
Tapi sebelum itu, pertengahan Maret telah keluar pernyataan dari
Dewan Rakyat Makati, agar Imelda Marcos. 6 tahun, diangkat
jadi Wakil Presiden. Supaya kalau ada apa-apa terjadi dengan
Presiden Ferdinand Marcos, 59 tahun, negara tidak jadi kosong
akan kursi kepresidenan .
Setelah jadi duta keliling tidak resmi, ditambah lagi dengan
diangkatnya Imelda sebagai Gubernur Manila Desember kemarin:
hembusan sang nyonya Presiden akan jali pengganti Ferdinand
Marcos semakin santer. Pernyataan secara aklamasi dari Dewan
Rakyat di Makati sampai sekarang belum ditanggapi secara resmi
oleh pihak istana Malacanang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini