DARI Azerbaidzhan di tepi Laut Kaspia, Gaidar Aliyev tiba-tiba
menemukan jalan pintas ke Moskow, tepatnya ke Kremlin. Sesudah
13 tahun mendekam sebagai Sekretaris I PKUS di Baku, lewat
sebuah maklumat yang disiarkan Sek-Jen Yuri V. Andropov, pekan
silam Aliyev resmi menjadi anggota penuh Politbiro, satu posisi
tertinggi dalam struktur partai. Bersarnaan dengan itu Kirilenko
digusur dari keanggotaan Politbiro, padahal sebelumnya ia sering
disebut-sebut sebagai salah satu calon kuat pengganti Brezhnev.
Maka tamat sudah riwayat politik Kirilenko.
Tapi Geidar Aliyev yang sama sekali tidak dikenal itu memperoleh
bukan hanya satu tapi dua durian runtuh sekaligus. Juga pekan
silam, dia resmi dipilih sebagai Deputi I Perdana Menteri, dan
ini berarti ia menempati urutan kedua sesudah PM Nikolai A.
Tikhonov.
Pemilihan itu terjadi di hari kedua dan terakhir sidang Soviet
Tertinggi (Parlemen Soviet). Dan apa yang diramalkan banyak
orang bahwa di sidang itu Andropou akan terpilih sebagai
presiden Uni Soviet justru tidak terjadi. Bahkan dalam agenda
sidang, acara pemilihan presiden tidak percantum. Mengapa7
Para diplomat di Moskow cenderung menilai Andropov sengaja
menghindar dari kursi kepresidenan. Ia tidak mau dicurigai
partai sebagai pemimpin yang gila kuasa. Jika ini benar, nampak
bagaimana Andropov berhati-hati menjalankan bidaknya, meski
pengorbitan Aliyev jelas tergesa. Agaknya seorang teman saja,
dalam hal ini sang Ketua, KGB Vitaly Fedorchuk tidak memadai
untuk Andropov. Perlu diperkuat oleh Aliyev yang pernah menjabat
ketua KGB Adzerbaidzhandi tahun 1960-an. Lagi pula menjelang
sidang Soviet Tertinggi akhir Desembcr mendatang, Andropov masih
punya cukup waktu untuk mengukuhkan rentang kendali wewenangnya,
sebelum terpilih sebagai presiden.
Andaikata hal ini terjadi, Andropov merupakan satu-satunya
pemimpin yang dalam waktu amat singkat berhasil sekaligus
menjabat 2 posisi tertinggi--Sek-Jen dan presiden -- dalarn
struktur kepartaian dan pemerintahan di Uni Soviet. Brezhnev
baru dapat menempati 2 posisi itu sesudah 13 tahun berkuasa.
Di hadapan sidang Komite Sentral pekan silam Andropov menyatakan
adanya masa depan gemilang untuk hubungan Timur-Barat. "PKUS
tidak menghendaki bentrokan gagasan meruncing jadi pertentangan
antar-negara. Juga tidak menghendaki persenjataan dan
penggunaannya menjadi tongkat pengatur sistem sosial," demikian
Andropov yang tidak lupa menghimbau persahabatan dengan RRC.
Dalam garis besarnya pidato Andropov ini dinilai sebagai
sambutan baik bagi pidato Presiden Reagan yang sebelumnya
menghimbau Uni Soviet.
Tapi suasana berbaik-baik ini segera usai. Sesudah gayung
bersambut dan kata berjawab itu lewat 4 hari, Pravda, organ
resmi partai dalam tajuk rencananya Jumat pekan silam
menyesalkan pemerintah Reagan. Dinilainya AS dari segi mana pun
tidak berkeinginan mengusahakan persetujuan yang bisa diterima
Uni Soviet. Ini merupakan isyarat keberatan Kremlin terhadap
pemasangan peluru kendali mutakhir Amerika, MX yang dalam waktu
dekat akan ditempatkan di Wyoming, sebanyak 100 buah. Tuan
Reagan semestinya menyadari Uni Soviet tidak akan mentoleransi
hal-hal serupa yang amat menentukan dalam hal keamanan."
Tajuk rencana Pravda yang membawa suara Kremlin itu selanjutnya
menyatakan implementasi MX bertentangan dengan isi SALT I dan II
(yang terakhir tidak disetujui AS) seraya menuding gagasan
(Reagan) zero option untuk pembatasan persenjataan nuklir jarak
menengah di Eropa sebagai sia-sia tidak masuk akal. Usul
pemasangan hotline Washington-Moskow toh dinilai positif, tapi
"jika untuk 100 rudal MX kita tambah kan 10 saluran telepon
penghubung Washington-Moskow, yang merah ataupun yang biru,
apakah ini berarti rudal itu jadi kurang berbahaya?"
Reagan menyatakan bahwa "perlu 2 orang untuk menari tango", satu
sindiran yang mengingatkan Moskow bahwa untuk hubungan baik
harus ada prakarsa dari kedua pihak. Pravda membalas dengan
komentar yang tidak kurang bijaknya. "Sekedar meminjam analogi
Paduka Presiden," demikian koran partai itu menangkis,
"seharusnya diperhatikan bahwa kita mengajak seseorang menari
bukanlah karena dia baru saja menukar guntingan rambutnya, apa
pula pikirannya. Kita memilih partner sebagaimana dia adanya."
Walaupun tetap dalam gaya kiasan, garis politik luar negeri
Andropov di situ kelihatan jelas: tawaran kerjasama terbuka,
namun Kremlin bersiap berkonfrontasi bila saja Reagan
melanjutkan pelipatgandaan persenjataan Amerika, khususnya rudal
antar-benua seperti MX.
PRESIDEN Francois Mitterand dalam suatu wawancara surat kabar
terkemuka Prancis Le Monde menyatakan pasti ada perubahan di
bawah Andropov tapi tidak perlu dibesar-besarkan, terutama
karena sistem yang berlaku tetap sama. Mitterand khusus
mengharapkan adanya pendekatan baru dalam masalah Afghanistan,
tepatnya penarikan tentara Soviet dari negari itu.
Persenjataan nuklir Soviet, menurut Mitterand, bisa menciptakan
ketidakseimbangan di daratan Eropa. Namun Presiden Prancis itu
yakin Moskow tetap akan memilih jalan damai.
Sebaliknya Zbigniew Brzezinsky, bekas penasihat keamanan
nasional Presiden Jimmy Carter, dalam sebuah ceramahnya
baru-baru ini mengkhawatirkan hubungan Amerika-Soviet terbentur
jalan buntu dan secara potensial bisa berbahaya. "Keadaan
cenderung genting karena AS menggariskan politik luar negerinya
secara amat menyolok dan mendesak justru pada saat-saat sesudah
meninggalnya Brezhnev."
Pendapat yang sama juga sudah dikemukakan kalangan pers Barat.
Brzezinsky akhirnya menandaskan ancaman yang dihadapi Amerika,
dan justru sulit dirumuskan, ialah meningkatnya perpecahan
global, yang bersumber pada anarki global. Jadi bukanlah ancaman
yang bersumber pada Pax Sovietica yang global, seperti
dikhawatirkan Reagan dan banyak pemimpin dunia Barat pada
umumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini