RUANG kerja Menteri Pertambangan dan Energi, Pro Dr. Subroto,
kelibatan sesak. Banyak berkas teronggok di lingkungannya
hari-hari ini Ketika Abdullab Alamudi, dari TEMPO bertanya dalam
suatu wawancara, Meneeri Subroto bisa segera menemukan data,
bila diperlukannya, di antara sekian banyak kertas itu. Soal
subsidi BBM, produksi minyak dan harganya di pasaran dunia? Wab,
dia bampir selalu memejamkan matanya, tapi berikut ini petikan
dari keterangannya
KONSUMSI
Pemakaian BBM (Bahan Bakar Minyak) cenderung menurun. Dalam
periode Januari-Oktober tahun ini, misalnya, baru terpakai
sebanyak 19 juta kiloliter. Semula, kita memperkirakan sebanyak
26, 9 juta kiloliter yang akan terpakai dalam tahun anggaran
1982-1983, tapi mungkin akhirnya hanya 24 juta kiloliter -lebih
sedikit. Akan ad penghemaun sekitar 2,5 juta kiloliter yang
oleh beberapa kawan diuksir bernilai Rp 311,7 milyar.
Penghematan ini mungkin terjadi akibat kenaikan harga BBM
Januari lalu sehingga masyarakat menjad lebih hati-hati.
Mungkin juga akibat berkurangnya aktivitas ekonomi tahun ini
dibanding dengan masa sebelumnya. Atau akibat dari gabungan
keduanya. Saya lebih cenderung pada pendapat van terakhir itu.
Dalam Pelita II, konsumsi BBM kita meningkat rata-rata dengan
13% setahun. Dalam Pelita III, kita bermaksud membuat tingkat
kenaikannya hanya 11 % setahun.
Dan kita harapkan pada uhun 1986/1987 sebagian besar dari
kebutuhan dalam negeri kita akan BBM dapat terpenuhi tanpa
mengimpornya lagi. Dalam menjalankan kebijaksanaan penghematan
energi, pemerintah akan meningkatkan harga BBM tetapi tetap
memenuhi kebutuhan masyarakat dengan sebaik-baiknya.
SUBSIDI
Dari seluruh pengeluaran (Rp 15. 607,3 milyar) dalam tahun
anggaran 1982/1983 subsidi untuk BBM dianggarkan sebanyak Rp 924
milyar. Jumlah ini mungkin akan dilampaui, antara lain akibat
kenaikan nilai dollar (untuk keperluan impor) dari Rp 625 ketika
anggaran disusun menjadi lebih dari Rp 680 dewasa ini. Sementara
pemerintah masih harus mengimpor sebagian kebutuhan Indonesia
akan BBM.
Dari seluruh rencana penggunaan BBM (26,9 juta kiloliter) untuk
tahun anggaran 1982/1983 itu, hampir 9,4 juu kiloliter adalah
minyak unah (kerosin). Harga pokok rata-rata BBM sewaktu
anggaran disusun adalah Rp 132,69 seliter. Sedang minyak tanah
kita jual dengan harga Rp 60 seliter. Jadi subsidi pemerintah
untuk seliter minyak tanah saja adalah (Rp 132,69-Rp 60) Rp
72,69.
PRODUKSI DAN HARGA
Sebelum adanya pembatasan produksi minyak oleh OPEC (6 Maret)
produksi minyak kita adalah 1,6 juta barrel sehari. Sekarang
hanya 1,3 juta barrel sehari. Akibatnya, berkurang pula
pendapatan pemerintah berupa minyak pro rata, yang harganya
(dari kontraktor minyak asing kepada Pertamina) lebih rendah,
untuk kilang-kilang kita. Pemerintah terpaksa menggunakan minyak
in kind yang harganya sama dengan harga internasional.
Kita belum mengetahui berapa besar pengaruh permintaan akan
minyak kita akibat penyesuaian harga 11 November lalu, ketika
harga Minas kita turunkan menjadi US$ 34,53 dari US$ 35 per
barrel, dan harga Arjuna dikurangi dengan US$ 1,25 dari US$
36,50 per barrel.
INVESTASI
Dari jumlah 40 cekungan yang sekarang dikeuhui mengandung
minyak, baru sebagian saja yang sudah diekplorasi dengan cukup.
Minat kontraktor asing untuk mengusahakan minyak di Indonesia
terus meningkat dari tahun ke tahun dan cukup besar. Seluruhnya
68 kontrak sudah diundatangani, di antaranya 11 kontrak pada
tahun 1980, 12 tahun lalu, dan 13 sampai Oktober tahun ini.
Tahun ini tidak kurang dari US$ 3 milyar yang akan mereka tanam.
Mereka optimistis bahwa harga minyak akan naik lagi sesudah
resesi ekonomi dewasa ini. Mereka masih melihat kemungkinan
akanmemperoleh keuntungan yang cukup wajar. Maka besar harapan
kita masih akan tetap menjadi eksportir minyak untuk jangka
waktu lama.
ENERGI PENGGANTI
Kita mempunyai bermacam-macam sumber energi. Kebijaksanaan
pemerintah di bidang ini baru dilaksanakan mulai Pelita III.
Hasilnya baru akan terasa dalam Pelita IV dan V.
Batu bara yang digunakan dewasa ini, misalnya, baru merupakan
0,51% dari pemakaian energi kita. Dengan pengembangan tambang
batu bara di Bukit Asam dan Ombilin di Sumatera dan di
Kalimantan Timur, angka tadi bisa meningkat menjadi 11,2% pada
tahun 1990. Tenaga air sekarang baru 2,9% dari konsumsi energi
kita. Tahun 1990 ini akan menjadi 6,5%. Gas bumi sekarang baru
16 2% dari konsumsi energi kita tapi akan menjadi 20% pada tahun
1990. Pada waktunya nanti kita juga akan memanfaatkan tenaga
nuklir, biomas dan biogas.
Baru 12% dari listrik yang tersedia sekarang dibangkitkan oleh
PLT non-minyak, yaitu PLTA. Kita merencanakan dalam Pelita IV
untuk menghasilkan listrik sebanyak 6.000 MW di antaranya dari
tenaga air 34,7%. PLTU dengan batu bara ditingkatkan dengan
31,7%. Dan untuk pertama kalinya dalam tahun 1983 kita akan
menggunakan PLTP (panas bumi) yang akan menambah tenaga listrik
dengan 4%.
Menurut rencana, pada akhir Pelita III ini tenaga listrik yang
terpasang akan berjumlah 4.800 MW dengan jumlah yang dikonsumsi
sekiur 11,6 milyar KWH. Sekarang kita mempunyai sekitar 3.500 MW
dengan jumlah yang dikonsumsi sebanyak 10 milyar KWH. Konsumsi
listrik per kapita masyarakat kita baru sekitar 62,5 KWH per
tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini