BELUM sampai berusia setahun, pemerintahan koalisi Kampuchea
yang dipimpin Pangeran Norodom Sihanouk sudah terancam retak.
"Saya merencanakan keluar dari koalisi itu," ujar Sihanouk di
depan sejumlah wartawan di kediamannya di Beijing, pekan lalu.
Mengapa? "Koalisi ini sudah kehilangan kredibilitasnya akibat
ulah kelompok Son Sann," ujar Sihanouk. "Ia selalu memandang
saya dengan sikap benci, permusuhan, dan penghinaan." Sang
pangeran menuduh Son Sann dalam kunjungannya ke Australia, Mei
kemarin, memburuk-burukkan namanya.
Ini adalah jumpa pers yang kedua di kediaman Sihanouk selama
minggu lampau. Sebelumnya ia cuma mengundang wartawan Kantor
Berita AFP dan harian Le Monde. Kepada mereka Sihanouk
melontarkan gagasannya tentang "koalisi empat" bagi pemecahan
masalah Kampuchea.
Menurut Sihanouk, satu-satunya jalan keluar mengatasi kemacetan
perundingan tentang Kampuchea adalah melebarkan sayap koalisi
dengan mengikutsertakan kelompok Heng Samrin -- yang kini
memerintah di Phnom Penh. Ia menganggap rezim yang didukung
Vietnam itu patut diberi kesempatan. "Sebagai manuver politis
dan psikologis untuk menarik simpati internasional," kata
Sihanouk yang tetap menyebut Heng Samrin dengan embel-embel
"pengkhianat". Kekuatan yang berkoalisi sebelumnya adalah
kelompok Sihanouk, Son Sann, dan Khieu Samphan.
Di samping berbicara tentang "kerukunan nasional", Sihanouk juga
menyebut koalisi empat sebagai "jalan terbaik untuk
menyingkirkan Heng Samrin." Skenario yang disusunnya adalah
setelah koalisi dibentuk pemilihan umum diselenggarakan. Setelah
itu koalisi mengundurkan diri seraya menanti hasil pemilu.
"Pasti Heng Samrin kalah dalam pemungutan suara," Sihanouk
yakin. "Ia tak populer di Kampuchea."
Tapi bekas kepala negara Kampuchea itu tidak mengelakkan
kenyataan bahwa gagasannya akan disambut dingin oleh RRC. Ia
mengungkapkan desakan Beijing untuk "terus berjuang" dengan
anJi kemenangan sekitar 4-5 tahun lagi. "Namun saya tidak
diberi tahu bagaimana kemenangan itu bisa dicapai," ucap
Sihanouk.
Dari negara-negara ASEAN, baru Malaysia yang melihat hangat
gagasan itu. "Usul menarik yang patut dipertimbangkan," ujar
seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Malaysia di
Kualalumpur. Adapun Menlu Muangthai Siddhi Savetsila, kendati
tidak berkeberatan atas gagasan koalisi empat tersebut, tetap
menganggap soal terpenting adalah penarikan mundur 180.000
tentara Vietnam yang kini berada di Kampuchea. Setelah itu
masalah Kampuchea diserahkan kepada Konperensi Internasional
tentang Kampuchea.
Sihanouk mengaku gagasan koalisi empat itu bukan orisinil dari
dia. Melainkan hasil contekan buah pikiran Presiden Rumania
Nicolae Ceaucescu yang dilontarkan kepada sang paneran setahun
lalu. Sihanouk menilai pendekatan Rumania itu "baik, logis, dan
realistis." Tapi ia minta gagasannya ini dipandang sebagai suara
Sihanouk pribadi yang independen, bukan sebagai Presiden Koalisi
Kampuchea yang anti-Vietnam.
Son Sann tak menanggapi pernyataan itu dengan sungguh-sungguh.
Ia ingin tetap berpegang pada "garis PBB" dan "usul-usul
Konperensi Internasional tentang Kampuchea, 1981." Dengan
sedikit bertamsil, perdana menteri koalisi itu mengatakan,
"sudah ada pintu yang dibukakan PBB, mengapa mencari pintu
lain?"
Tentang tuduhan yang dilemparkan Sihanouk kepadanya, Son Sann
mengaku tidak pernah mengecam pangeran itu selama kunjungannya
di Australia. "Biarlah Tuhan melindungi saya dari
sahabat-sahabat saya, agar saya bisa mengurus musuh-musuh saya,"
ujarnya. Ia tak lupa mengimbau negara-negara sahabat agar
memberikan bantuan secara merata kepada tiga kelompok yang
bernaung di bawah koalisi.
Akan Khieu Samphan, yang memimpin Khmer Merah, belum bersuara.
Diduga ia tak akan sepaham dengan Sihanouk.
Dari Phnom Penh juga belum terdengar reaksi atas gagasan
contekan Sihanouk. Tapi Menlu Vietnam Nguyen Co Thach ketika
singgah di Bangkok, pekan silam, dalam perjalanannya ke Filipina
sempat berkomentar. Ia menolak koalisi empat yang ditawarkan
Sihanouk. "Kemungkinan itu sama sekali tidak ada," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Menlu Muangthai Siddhi Savetsila dan
Menlu Indonesia Mochtar Kusumaatmadja, selepas pertemuan di
Jakarta, beberapa hari berselang, sama mengharapkan Sihanouk
tidak jadi menarik diri. Tapi Mochtar menolak memberi tanggapan
lebih jauh mengenai masalah Kampuchea -- baik tentang koalisi
yang dipimpin Sihanouk maupun mengenai Pemerintahan Heng Samrin.
Diduga ia masih perlu menunggu penjelasan langsung dari Sihanouk
yang akan mengunjungi Indonesia, awal puasa nanti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini