Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"pintu lain" sihanouk

Gagasan sihanouk untuk membentuk koalisi empat di kampuchea, ditolak tegas oleh vietnam, juga son sann. (ln)

11 Juni 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELUM sampai berusia setahun, pemerintahan koalisi Kampuchea yang dipimpin Pangeran Norodom Sihanouk sudah terancam retak. "Saya merencanakan keluar dari koalisi itu," ujar Sihanouk di depan sejumlah wartawan di kediamannya di Beijing, pekan lalu. Mengapa? "Koalisi ini sudah kehilangan kredibilitasnya akibat ulah kelompok Son Sann," ujar Sihanouk. "Ia selalu memandang saya dengan sikap benci, permusuhan, dan penghinaan." Sang pangeran menuduh Son Sann dalam kunjungannya ke Australia, Mei kemarin, memburuk-burukkan namanya. Ini adalah jumpa pers yang kedua di kediaman Sihanouk selama minggu lampau. Sebelumnya ia cuma mengundang wartawan Kantor Berita AFP dan harian Le Monde. Kepada mereka Sihanouk melontarkan gagasannya tentang "koalisi empat" bagi pemecahan masalah Kampuchea. Menurut Sihanouk, satu-satunya jalan keluar mengatasi kemacetan perundingan tentang Kampuchea adalah melebarkan sayap koalisi dengan mengikutsertakan kelompok Heng Samrin -- yang kini memerintah di Phnom Penh. Ia menganggap rezim yang didukung Vietnam itu patut diberi kesempatan. "Sebagai manuver politis dan psikologis untuk menarik simpati internasional," kata Sihanouk yang tetap menyebut Heng Samrin dengan embel-embel "pengkhianat". Kekuatan yang berkoalisi sebelumnya adalah kelompok Sihanouk, Son Sann, dan Khieu Samphan. Di samping berbicara tentang "kerukunan nasional", Sihanouk juga menyebut koalisi empat sebagai "jalan terbaik untuk menyingkirkan Heng Samrin." Skenario yang disusunnya adalah setelah koalisi dibentuk pemilihan umum diselenggarakan. Setelah itu koalisi mengundurkan diri seraya menanti hasil pemilu. "Pasti Heng Samrin kalah dalam pemungutan suara," Sihanouk yakin. "Ia tak populer di Kampuchea." Tapi bekas kepala negara Kampuchea itu tidak mengelakkan kenyataan bahwa gagasannya akan disambut dingin oleh RRC. Ia mengungkapkan desakan Beijing untuk "terus berjuang" dengan anJi kemenangan sekitar 4-5 tahun lagi. "Namun saya tidak diberi tahu bagaimana kemenangan itu bisa dicapai," ucap Sihanouk. Dari negara-negara ASEAN, baru Malaysia yang melihat hangat gagasan itu. "Usul menarik yang patut dipertimbangkan," ujar seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Malaysia di Kualalumpur. Adapun Menlu Muangthai Siddhi Savetsila, kendati tidak berkeberatan atas gagasan koalisi empat tersebut, tetap menganggap soal terpenting adalah penarikan mundur 180.000 tentara Vietnam yang kini berada di Kampuchea. Setelah itu masalah Kampuchea diserahkan kepada Konperensi Internasional tentang Kampuchea. Sihanouk mengaku gagasan koalisi empat itu bukan orisinil dari dia. Melainkan hasil contekan buah pikiran Presiden Rumania Nicolae Ceaucescu yang dilontarkan kepada sang paneran setahun lalu. Sihanouk menilai pendekatan Rumania itu "baik, logis, dan realistis." Tapi ia minta gagasannya ini dipandang sebagai suara Sihanouk pribadi yang independen, bukan sebagai Presiden Koalisi Kampuchea yang anti-Vietnam. Son Sann tak menanggapi pernyataan itu dengan sungguh-sungguh. Ia ingin tetap berpegang pada "garis PBB" dan "usul-usul Konperensi Internasional tentang Kampuchea, 1981." Dengan sedikit bertamsil, perdana menteri koalisi itu mengatakan, "sudah ada pintu yang dibukakan PBB, mengapa mencari pintu lain?" Tentang tuduhan yang dilemparkan Sihanouk kepadanya, Son Sann mengaku tidak pernah mengecam pangeran itu selama kunjungannya di Australia. "Biarlah Tuhan melindungi saya dari sahabat-sahabat saya, agar saya bisa mengurus musuh-musuh saya," ujarnya. Ia tak lupa mengimbau negara-negara sahabat agar memberikan bantuan secara merata kepada tiga kelompok yang bernaung di bawah koalisi. Akan Khieu Samphan, yang memimpin Khmer Merah, belum bersuara. Diduga ia tak akan sepaham dengan Sihanouk. Dari Phnom Penh juga belum terdengar reaksi atas gagasan contekan Sihanouk. Tapi Menlu Vietnam Nguyen Co Thach ketika singgah di Bangkok, pekan silam, dalam perjalanannya ke Filipina sempat berkomentar. Ia menolak koalisi empat yang ditawarkan Sihanouk. "Kemungkinan itu sama sekali tidak ada," katanya. Dalam kesempatan terpisah, Menlu Muangthai Siddhi Savetsila dan Menlu Indonesia Mochtar Kusumaatmadja, selepas pertemuan di Jakarta, beberapa hari berselang, sama mengharapkan Sihanouk tidak jadi menarik diri. Tapi Mochtar menolak memberi tanggapan lebih jauh mengenai masalah Kampuchea -- baik tentang koalisi yang dipimpin Sihanouk maupun mengenai Pemerintahan Heng Samrin. Diduga ia masih perlu menunggu penjelasan langsung dari Sihanouk yang akan mengunjungi Indonesia, awal puasa nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus