Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"Polisi" baru teluk parsi

Arab saudi memperkuat pertahanan militernya. rencana pembelian 60 pesawat tempur jet f-15 dari a.s ditolak senat. tapi pemerintahan reagan mendukung. belanja pertahanan tertinggi di dunia. (ln)

4 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK meletusnya perang Iran-Irak, Arab Saudi semakin memperkuat persenjataan militernya. Dan negara ini tak lagi hanya berl-eran sebagai 'cukong'. Ia ingin tampil sebagai suatu kekuatan yang cukup menentukan di Timur Tengah. Ada anggapan bahwa Arab Saudi bahkan ingin menggantikan posisi Iran -- semasa Syah Reza Pahlevi berkuasa -- sebagai 'polisi' di Teluk Parsi. Maksud Saudi ini tentu saja mendapat dukungan Amerika Serikat. Agak sejalan dengan politik AS di Timur Tengah. Dalam wawancara tv pertengahan Maret, Menteri Pertahanan AS Caspar Weinberger mengatakan bahwa Timur Tengah tanpa kehadiran AS akan mengundang Uni Soviet menaklukkan kawasan minyak itu. Dan ia bahkan menganjurkan pembangunan pangkalan militer di di Arab Saudi. Sejalan dengan keinginan AS memperkuat kehadiran militernya di Timur Tengah, Arab Saudi mengurangi pula permintaannya membeli 60 pesawat tempur jet F-15. Pada masa pemerintahan Carter, permintaan Saudi ini pernah ditolak. Tapi dengan pecahnya perang Iran-Irak, AS mulai melonggarkan sikapnya dalam hal persenjataan bagi Saudi. Misalnva, AS meminjamkan empat pesawat AWACS (Sistem Pengendalian dan Pengawasan di Udara) yang lengkap dengsn 600 orang awaknya, September lalu. Dan Arab Saudi terus mendesak AS untuk melaksanakan penjualan F-15 yang sudah dipesannya sejak 1978. Keinginan Saudi kali ini tampaknya dipenuhi Pemerintahan Reagan. Suatu negosiasi mengenai penjualan 60 pesawat F-15 sedang berlangsung. F-15 yang dilengkapi dengan rudal udara ke udara Sidewinder tergolong mutakhir. Ia punya tanki minyak untuk keperluan penerbangan jarak jauh. Namun suara di senat AS kelihatannya tidak mendukung rencana penjualan ini. Duapuluh Senator dari Republik dan Demokrat sudah menolak. Dalam acara pemandangan umum di Senat pekan lalu, beberapa Senator bahkan menganggap bahwa penjualan pesawat F-15 ke Arab Saudi akan mengacaukan keamanan Israel. Yang lebih penting lagi kalangan Senat merasa bahwa Arab Saudi selama ini tidak cukup memperhatikan keprihatinan AS mengenai energi dan keamanan. Sehingga, menurut mereka, tidak ada alasan yang kuat untuk membcnarkan penjualan itu. Dijual atau tidaknya pesawat ini masih menunggu keputusan Senat dan DPR-AS. Menurut UU yang berlaku, bila Gedung Putih mengajukan usul penjualan, Senat dan DPR selama 30 hari memberikan persetujuan atau penolakannya. Sumber Gedung Putih tetap percaya Senat tidak akan menghalangi penjualan pesawat itu, meskipun ada suara yang menolaknva. Senator Daniel P. Moynihan (Demokrat) mengatakan bahwa penjualan itu sama artinya membantu Arab Saudi menghancurkan Israel. "Jika kita memutuskan untuk menyerahkan Israel demi minyak Arab atau keuntungan geopolitik, katakan saja begitu," uiar Moynihan. Rencana Saudi membeli F-15 meniang mengagetkan Israel (lihat box). Apalagi pesawat itu mampu menyerang seJauh 1600 km lebih. Bagi Arab Saudi rencana pembelian ini sekaligus menguji komitmen Reagan terhadap keamanan Timur Tengah. Putra Mahkota Pangeran Fahd ketika ditanya sikap kalangan Congress yang menolak, dengan marah mengatakan, "Jika Amerika dan negara Barat lainnya menutup pintu terhadap kami, mengapa tidak membeli dari Soviet." Memang AS terpaksa menentukan pilihan. Tapi Presiden Anwar Sadat, yang selama ini dikucilkan kelompok negara Arab karena persetujuan Camp David, menganggap kaum penguasa Saudi ketakutan dengan bayangannya sendiri. Benarkah begitu? Menurut laporan Institute for Strategie Studies, London, Arab Saudi tahun lalu menghamburkan untuk pembiayaan militer lebih 50% dari pengeluaran semua negara di Timur Tengah yang berjumlah US$ 40 milyar Sementara itu pengeluaran militer seluruh negara di dunia seperti yang dicatat International Peace Research Institute of Stockholm adalah US$ 500 milyar. Pengeluaran militer Saudi memang tergolong besar. Yaitu US$ 2400 per kapita, tertinggi di dunia. Sedang urutan berikutnya adalah Persatuan Emirat Arab, sebesar US$ 2100, Qatar US$ 1700, Kuwait US$ 1200 dan Oman US$ 1060. Setelah itu baru AS dan Libya yang masing-masing US$ 600. Namun banyak pengamat di AS khawatir akan kemungkinan Saudi guncang. Penyerbuan ke Ka'abah oleh kelompok ekstrim, November 1979, tidak menutup kemungkinan peristiwa serupa akan berulang. Tapi usaha mencegah kemungkinan kudeta militer tampak sudah dipersiapkan. Lebih dari 60 pangeran darl 5000 orang keluarga kerajaan memegang posisi penting di bidang militer. Saudi yang berpenduduk 6 juta itu memiliki 45.000 orang tentara dari 12.000 orang pengawal nasional. Pengawal nasional umumnya datang dari orang Badui yang selama ini dikenal paling setia dengan keluarga kerajaan. Di samping itu masih ada lagi 3 batalyon Resimen Pengawal Kerajaan, yang tugasnya khusus melindungi keluarga kerajaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus