Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Misteri biggs, buronan inggris

Bekas perampok kereta api, ronald biggs yang melarikan diri ke brazil, diculik oleh single point ltd, london untuk diteruskan ke inggris. tapi di barbados biggs ditahan. (ln)

4 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SINGLE Point Ltd., London, menjual jasa di bidang sekuriti. Bermacam-macam jenis kliennya, dari mulai artis tenar sampai pengusaha kaya atau siapa saja yang meminta perlindungan. Penculikan, jika klien menghendakinya, juga dilaksanakannya. Itulah yang baru saja terjadi, jauh di Brazil. Perusahaan sekuriti itu, yang selalu mengupah bekas prajurit komando, kali ini menculik Ronald Biggs, bekas penjahat. Biggs, kini 51 tahun, pernah merampok keretaapi pos yang lewat dari Glasgow ke London. Dari peristiwa 1963 itu, yang dikenal sebagai The Great Train Rubbery Biggs dan gang-nya menggaet bersih 2« juta (sekitar US$6 juta). Komplot ini sempat digulung dan dipenjarakan di Wandsworth. Tapi Biggs, yang dikenakan hukuman 30 tahun, berhasil melarikan diri tahun 1965. Pada mulanya ia bersembunyi di Australia, tempat istrinya, Charmain, yang kini masih di situ, menyusulnya. Sesudah hampir tertangkap di Melbourne (1969), Biggs kemudian berlindung di Brazil. Inggris tak punya perjanjian ekstradisi dengan Brazil. Jack Slipper, detektif Scotland Yard, pernah berusaha tahun 1974 menjemput Biggs untuk dibawa kembali ke penjara Inggris, tapi gagal. Antara lain karena kebetulan pacarnya, Raimunda Rothen de Castro, wanita Brazil, sedang hamil. Hukum Brazil menyatakan orang tua seorang anak Brazil, walaupun dalam kandungan, tak boleh diusir. Selama ini boleh bermukim di Rio de Janeiro ibukota Brazil, Biggs hanya dikenakan wajib lapor pada polisi sekali seminggu Senin siang itu, 16 Maret, ia melapor. Malamnya, ia pergi ke suatu restoran. Baru saja ia minum setengah gelas bir, dua orang berbadan kekar menghampirinya. Keduanya memiting Biggs sampai tak berdaya, lantas menggotongnya ke luar. Ia dimasukkan ke dalam karung dan diangkut dengan Volkswagen ke Santos Dumont, lapangan udara untuk penerbangan domestik. Di situ menanti satu pesawat jet pribadi yang menerbangkan Biggs ke Belem, kota provinsi bagian timur-laut Brazil di muara Amazon. Di Belem sudah menanti pula satu kapal pesiar, Nowcani II. Yacht ini, tentu dengan Biggs, berlayar ke utara menuju Kepulauan Karibia. Semua itu bagaikan skenario yang ditulis untuk produksi film. Otaknya ialah John Miller (alias John McKillop) dan Patrick King, keduanya pemimpin Single Poin Ltd. Mereka, konon merencanakan operasi ini sejak dua tahun lalu. "Klien meminta ini dikerjakan dan kami telah melakukannya," kata Miller, bekas sersan Inggris dalam Scots Guards. Siapa kliennya? Pertanyaan ini sering terdengar pekan lalu di Bridgetown, ibukota Barbados, setibanya Nowcani setelah 7 hari berlayar. Miller yang hadir, mendahului kedatangan yacht itu, tetap merahasiakan identitas kliennya. Miller berada di Rio ketika Biggs digotong dari restoran. Tapi ia tidak mengikuti pelayaran dari Belem itu karena mengejar pernikahannya di Bridgetown dengan seorang wanita Inggris. Hal yang mengasyikkan orang lagi ialah Nowcani tiba-tiba mogok sekitar 12 mil di lepas pantai Barbados. Kapal penjaga pantai bekas koloni Inggris itu, seolah berjanji, menarik yacht itu ke Bridgetown. Dan polisi Barbados punya alasan menahan Biggs karena tak punya paspor. Sedang di pelabuhan sudah menanti Komisaris Tinggi Inggris, Stanley Arthur. Skenario ini menimbulkan kesan bahwa penculikan itu bukanlah urusan Barbados, tapi penahanan terhadap Biggs bisa tetap dilakukan. Inggris berhak memulangkan Biggs ke London dari Barbados. Kedua negara itu terikat oleh perjanjian ekstradisi. Tapi prosesnya memakan waktu, sementara Biggs memakai beberapa advokat guna mencegah ekstradisi itu dilaksanakan. Dan Brazil -- karena Biggs meninggalkan anaknya, Michael, di Rio -- masih mengusut apakah benar penculikan telah terjadi. Sebab tersiar berita bahwa dia "menghilang" secara sukarela. Penculikan ini mungkin suatu sandiwara guna menarik publisitas, demikian berita spekulasi yang dibantah Biggs maupun penculiknya. Publisitas tampaknya diperlukan, menurut berita itu, guna menarik perhatian umum pada buku (memoirs) Biggs yang direncanakan beredar mulai 30 Maret. Dan buku Slipper of the Yard, karya Jack Slipper, bekas detektif Scotland Yard itu, terbit pula pekan lalu. Slipper dalam bukunya menjawab banyak kritik atas kegagalannya membawa Biggs pulang dari Brazil tahun 1974. Biggs telah sekian lama dicari Scotland Yard supaya ia menghabiskan sisa hukuman 28 tahun lagi. Mengingat usianya, kata Slipper pekan lalu pada pers, "perlu dipertimbangkan pengampunan dalam kasusnya kali ini. Hukuman delapan tahun lagi kiranya cukuplah buat dia." Semua rekan Biggs dalam perampokan 1963 itu sudah habis menjalani hukuman. Jika tidak minggat dari penjara Wandsworth, Biggs kini pun diduga sudah bebas. Sementara itu Michael, 6 tahun, belum mengetahui nasib ayahnya. "Ayah saya seorang Inggris yang terkenal. Kami selalu berbahasa Inggris. Dia kini di Sao Paulo dan akan segera kembali," kata Michael Biggs pada reporter yang menjenguknya. Biggs sering menitipkan anaknya pada temannya, John Stanley Pickston, orang Australia yang punya istri Brazil. Keluarga Pickston konon menyiapkan seruan pada Presiden Brazil supaya mengembalikan Biggs pada anaknya. Raimunda, sang ibu, sudah lama meninggalkan Michael dan kawin lagi di Swiss, tempat ia menjadi penari klub malam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus