SINGLE Point Ltd., London, menjual jasa di bidang sekuriti.
Bermacam-macam jenis kliennya, dari mulai artis tenar sampai
pengusaha kaya atau siapa saja yang meminta perlindungan.
Penculikan, jika klien menghendakinya, juga dilaksanakannya.
Itulah yang baru saja terjadi, jauh di Brazil.
Perusahaan sekuriti itu, yang selalu mengupah bekas prajurit
komando, kali ini menculik Ronald Biggs, bekas penjahat. Biggs,
kini 51 tahun, pernah merampok keretaapi pos yang lewat dari
Glasgow ke London. Dari peristiwa 1963 itu, yang dikenal sebagai
The Great Train Rubbery Biggs dan gang-nya menggaet bersih
2« juta (sekitar US$6 juta). Komplot ini sempat digulung dan
dipenjarakan di Wandsworth.
Tapi Biggs, yang dikenakan hukuman 30 tahun, berhasil melarikan
diri tahun 1965. Pada mulanya ia bersembunyi di Australia,
tempat istrinya, Charmain, yang kini masih di situ, menyusulnya.
Sesudah hampir tertangkap di Melbourne (1969), Biggs kemudian
berlindung di Brazil.
Inggris tak punya perjanjian ekstradisi dengan Brazil. Jack
Slipper, detektif Scotland Yard, pernah berusaha tahun 1974
menjemput Biggs untuk dibawa kembali ke penjara Inggris, tapi
gagal. Antara lain karena kebetulan pacarnya, Raimunda Rothen de
Castro, wanita Brazil, sedang hamil. Hukum Brazil menyatakan
orang tua seorang anak Brazil, walaupun dalam kandungan, tak
boleh diusir.
Selama ini boleh bermukim di Rio de Janeiro ibukota Brazil,
Biggs hanya dikenakan wajib lapor pada polisi sekali seminggu
Senin siang itu, 16 Maret, ia melapor. Malamnya, ia pergi ke
suatu restoran. Baru saja ia minum setengah gelas bir, dua orang
berbadan kekar menghampirinya. Keduanya memiting Biggs sampai
tak berdaya, lantas menggotongnya ke luar. Ia dimasukkan ke
dalam karung dan diangkut dengan Volkswagen ke Santos Dumont,
lapangan udara untuk penerbangan domestik. Di situ menanti satu
pesawat jet pribadi yang menerbangkan Biggs ke Belem, kota
provinsi bagian timur-laut Brazil di muara Amazon. Di Belem
sudah menanti pula satu kapal pesiar, Nowcani II. Yacht ini,
tentu dengan Biggs, berlayar ke utara menuju Kepulauan Karibia.
Semua itu bagaikan skenario yang ditulis untuk produksi film.
Otaknya ialah John Miller (alias John McKillop) dan Patrick
King, keduanya pemimpin Single Poin Ltd. Mereka, konon
merencanakan operasi ini sejak dua tahun lalu. "Klien meminta
ini dikerjakan dan kami telah melakukannya," kata Miller, bekas
sersan Inggris dalam Scots Guards.
Siapa kliennya? Pertanyaan ini sering terdengar pekan lalu di
Bridgetown, ibukota Barbados, setibanya Nowcani setelah 7 hari
berlayar. Miller yang hadir, mendahului kedatangan yacht itu,
tetap merahasiakan identitas kliennya.
Miller berada di Rio ketika Biggs digotong dari restoran. Tapi
ia tidak mengikuti pelayaran dari Belem itu karena mengejar
pernikahannya di Bridgetown dengan seorang wanita Inggris.
Hal yang mengasyikkan orang lagi ialah Nowcani tiba-tiba mogok
sekitar 12 mil di lepas pantai Barbados. Kapal penjaga pantai
bekas koloni Inggris itu, seolah berjanji, menarik yacht itu ke
Bridgetown. Dan polisi Barbados punya alasan menahan Biggs
karena tak punya paspor. Sedang di pelabuhan sudah menanti
Komisaris Tinggi Inggris, Stanley Arthur. Skenario ini
menimbulkan kesan bahwa penculikan itu bukanlah urusan Barbados,
tapi penahanan terhadap Biggs bisa tetap dilakukan.
Inggris berhak memulangkan Biggs ke London dari Barbados. Kedua
negara itu terikat oleh perjanjian ekstradisi. Tapi prosesnya
memakan waktu, sementara Biggs memakai beberapa advokat guna
mencegah ekstradisi itu dilaksanakan.
Dan Brazil -- karena Biggs meninggalkan anaknya, Michael, di Rio
-- masih mengusut apakah benar penculikan telah terjadi. Sebab
tersiar berita bahwa dia "menghilang" secara sukarela.
Penculikan ini mungkin suatu sandiwara guna menarik publisitas,
demikian berita spekulasi yang dibantah Biggs maupun
penculiknya.
Publisitas tampaknya diperlukan, menurut berita itu, guna
menarik perhatian umum pada buku (memoirs) Biggs yang
direncanakan beredar mulai 30 Maret. Dan buku Slipper of the
Yard, karya Jack Slipper, bekas detektif Scotland Yard itu,
terbit pula pekan lalu. Slipper dalam bukunya menjawab banyak
kritik atas kegagalannya membawa Biggs pulang dari Brazil tahun
1974.
Biggs telah sekian lama dicari Scotland Yard supaya ia
menghabiskan sisa hukuman 28 tahun lagi. Mengingat usianya, kata
Slipper pekan lalu pada pers, "perlu dipertimbangkan pengampunan
dalam kasusnya kali ini. Hukuman delapan tahun lagi kiranya
cukuplah buat dia."
Semua rekan Biggs dalam perampokan 1963 itu sudah habis
menjalani hukuman. Jika tidak minggat dari penjara Wandsworth,
Biggs kini pun diduga sudah bebas.
Sementara itu Michael, 6 tahun, belum mengetahui nasib ayahnya.
"Ayah saya seorang Inggris yang terkenal. Kami selalu berbahasa
Inggris. Dia kini di Sao Paulo dan akan segera kembali," kata
Michael Biggs pada reporter yang menjenguknya.
Biggs sering menitipkan anaknya pada temannya, John Stanley
Pickston, orang Australia yang punya istri Brazil. Keluarga
Pickston konon menyiapkan seruan pada Presiden Brazil supaya
mengembalikan Biggs pada anaknya. Raimunda, sang ibu, sudah lama
meninggalkan Michael dan kawin lagi di Swiss, tempat ia menjadi
penari klub malam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini