AKHIRNYA bekas Menteri Pertahanan Juan Ponce "Rambo" Enrile jadi senator juga. Ia dilantik Hakim Agung Claudio Teehankee sebagai anggota Senat Filipina, Jumat pekan lalu, setelah keputusan kemenangannya ditangguhkan selama tiga bulan. Inilah jabatan resmi pertama Enrile sejak disingkirkan dari Kabinet Cory Aquino, November silam. "Ia merupakan kekayaan Senat, dan kami mengharapkan kerja sama yang simpatik darinya," ujar Senator Alberto Romulo, wakil Partai Lakas ng Bayan (Laban) yang mcnguasai Kongres. Enrile nyaris gagal menduduki jabatan bergengsi itu gara-gara Augusto Sanchez, kandidat Partai Laban dalam pemilihan Mei silam, meminta Mahkamah Agung Filipina melakukan penghitungan ulang suara yang masuk. Alasan Sanchez, ia telah kehilangan ribuan suara karena Comelec (Komisi Pemilihan) lupa mencoret nama calon yang didiskualifikasikan, kebetulan bermarga Sanchez, dari kertas pemilihan. Kekeliruan ini, katanya, membuat para pemilih bingung. Comelec meluluskan permintaan Sanchez dan menangguhkan kemenangan Enrile yang memperoleh 7.964.966 suara -- unggul 73.000 suara dari Sanchez. Rabu pekan lalu, Mahkamah Agung menolak gugatan Sanchez itu. Comelec diperintahkan segera menyatakan keunggulan Enrilc -- yang dilaksanakan komisi pemilihan itu keesokan harinya. Pada upacara formal Comelec itu, Enrile tak hadir, dan hanya mengutus pengacaranya untuk menyaksikannya. Enrile pada hari yang sama sedang mengadakan konperensi pcrs di Hotel Intercon Makati, Manila, mengkritik kebijaksanaan Presiden Cory Aquino. Sasaran sang "Rambo" adalah pemeriksaan polisi dan militer terhadap warga sipil yang memiliki senjata keputusan yang diambil Aquino sebagai upaya memerangi aksi teroris setelah Menteri urusan Pemerintah Daerah Jaime Ferrer terbunuh, 2 Agustus lalu. "Ini sama saja dengan kembali ke masa Undang-Undang Keadaan Darurat diberlakukan. Bahkan lebih buruk dari itu," kata Enrile berapi-api. Kritik tajam Enrile langsung dijavab Menteri Pertahanan Hanesto Ileto. "Sebagai bekas menteri pertahanan, ia mestinya tahu bahwa militer mempunyai hak melakukan check point sesuai dengan general order nomor 66 dan 67," kata Ileto. Pertikaian antara Enrile dan Aquino akhir-akhir ini memang menajam lagi. Pasalnya, akhir Juli lalu, pemerintahan Aquino secara resmi mengajukan gugatan tindak korupsi pada bekas menteri pertahanan ini. Enrile dituduh membantu memasok dana bagi pemulangan Marcos lewat dua jaringan bank yang dipimpinnya. Ia memang orang kepercayaan bekas Presiden Ferdinand Marcos dalam menghimpun dana melalui sistem dagang monopoli. Para pendukung Enrile menganggap tuduhan itu, juga keputusan Comelec menangguhkan status Senator Ennle, sebagai upaya pemerintahan Aquino membungkam pihak oposisi. Diduga kritik ini mempengaruhi Mahkamah Agung mengesahkan kemenangan Enrile dalam memperebutkan kursi Senator pada pemilihan lalu. Dengan masuknya Enrile dalam Senat, kubu oposisi GAD (Grand Alliance for Democracy) kini punya 2 kursi dari 24 kursi yang disediakan. Senator yang terpilih mendahului Enrile adalah aktor terkenal Joseph Estrada, dan telah dilantik bersama anggota Senat lainnya, akhir Juli silam. Sebagai senator kemungkinan besar Enrile akan semakin garang. Ia memang berjanji bakal mengkritik banyak kebijaksanaan Aquino di Senat. Di antaranya kebijaksanaan pemerintahan Aquino tentang pangkalan asing -- termasuk Amerika Serikat. "Mungkin jumlah suara kami tak memadai, tapi kami dapat mengeluarkan suara untuk saran-saran yang konstruktif," ujar Enrile selepas pelantikan. F.S., Laporan Bayu Pratama (Manila) dan kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini