Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"saya ingin datang ke kuala lumpur"

Pm jepang, fukuda, menjawab pertanyaan tertulis dari tempo. ia mengatakan akan membina terus hubungan bersahabat dengan asean. kalau diberi kesempatan, ia ingin bertemu dengan kepala-kepala negara asean.

14 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK Fukuda menjadi PM Jepang menjelang akhir 1976, soal ASEAN baru disebut-sebut di Tokio ketika Presiden Marcos berkunjung ke Jepang dua pekan yang lalu. Dalam kunjungan ringkas itu Marcos mendesak agar Fukuda berkunjung ke Kuala Lumpur Agustus nanti, untuk bertemu dengan kepala-kepala negara ASEAN. Di bawah ini adalah wawancara khusus TEMPO dengan PM Fukuda. Tidak semua pertanyaan tertulis dijawab, tapi bagian-bagian ini agaknya masih ada nama untuk dibaca: Tanya: Dapatkah anda jelaskan sedikit beleid anda terhadap Asia Tenggara? Jawab: Negara-negara ASEAN yang secara tradisionil punya hubungan persahabatan dan kerjasama dengan kami tengah meneruskan ikhtiar mereka untuk memperkuat ketahanan nasional dan ketahanan diri mereka. dan juga solidaritas mereka. Di pihak kami. kami berniat meneruskan hubungan persahabatan dan kerjasama dengan bangsa-bangsa ASEAN melalui saling kirim delegasi dan sumbangan yang aktif untuk pembinaan bangsa mereka. Sedang untuk negara-negara Indocina, Vietnam dipersatukan kembali Juli tahun lalu dan Jepang pada bulan Agustus sudah mendirikan hubungan diplomatik dengan Kamboja. Kami berniat terus bekerja untuk pengembangan yang mantap dalam hubungan dengan tiga negara Indocina. Lebih dari itu, kami mengharap bahwa hubungan damai dan stabil akan tegak di antara ASEAN dan Indocina. Sejak menjabat kedudukan perdana menteri, saya bertikir untuk menghidupkan kembali dan memperkokoh pertukaran dan komunikasi kami dengan bangsa-bangsa ASEAN. Kalau saya diundang untuk berkunjung ke Kuala Lumpur oleh kesefakatan ASEAN dalam kesempatan pertemuan kepala-kepala negara ASEAN Agustus nanti saya ingin datang, sepanjang jadwal urusan dalam negeri saya mengizinkan. Tapi meskipun kalau kesempatan itu tidak terjadi, saya tetap akan memikirkan dengan satu dan lain cara untuk memperkokoh pertukaran kami dengan bangsa-bangsa tersebut, baik dengan berkunjung sendiri atau dengan mengirimkan Menteri Luar Negeri kami berkeliling ke negeri-negeri tersebut. T: Bagaimana Jepang akan membangun pertahanannya sebelum penarikan pasukan A.S dari Korea Selatan? J: Presiden Carter sudah menyatakan bahwa AS akan meneruskan penarikan pasukan d,arat AS di Republik Korea dengan cara yang tak akan membahayakan perdamaian di Jazirah Korea. Karena itu, saya kira tidak perlu bagi Jepang untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya dalam hubungan dengan penarikan pasukan darat AS dari Republik Korea. T: Baru-baru ini parlemen Jepang mendiskusikan masalah skandal LNG antara Amerika, Indonesia dan Jepang. Apa pendapat anda tentang soal ini? J: Pertanyaan diajukan sekitar impor LNG. dengan kaitan secara khusus kepada soal pembangunan kapal pengangkut LNG serta kontrak jual-beli. Pemerintah Jepang tidak berad dalam posisi untuk membuat komentar apa pun tentang pembangunan kapal pengangkutan LNG suatu soal dalam negeri AS. Sedang mengenai kontrak jual-beli, menurut pemahaman saya soal ini sudah diselesaikan, karena kontraknya sudah ditinjau kembali melalui perundingan antara para pemakai di Jepang dengan Pertamina. T: Beleid Presiden Carter ke Asia Tenggara belum jelas benar. Bagaimana perkiraan anda tentang sikap AS? J: Selama pembicaraan dua hari dengan Presiden Carter di Washington belum lama berselang, kami meninjau kembali situasi yang berlaku kini di wilayah Asia-Pasifik. dan meneguhkan kembali pengakuan kami bahwa perlu untuk mempertahankan suatu perdamaian yang awet di wilayah itu, untuk perdamaian dan ketenteraman dunia. Presiden Carter juga meneguhkan kembali bahwa AS, sebagai suatu negara Pasifik, mempertahankan suatu minat yang kuat di wilayah Asia-Pasifik dan akan terus memainkan suatu peran aktif di sana, dan juga menambahkan bahwa, AS akan memegang komitmen keamanannya serta berniat mempertahankan suatu kehadiran yang seimbang dan bersifat militer di Pasifik Barat. Berdasarkan hal di atas, saya yakin AS siap untuk menyumbang secara positif dan konstruktif ke arah stabilitas dan pembangunan daerah-daerah di Asia-Pasifik. T: Bagaimana keterangan anda tentang Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan antara RRC dan Jepang. J: Komunike bersama Jepang-RRC yang dikeluarkan di bulan September 1972 menyebutkan dalam pasal 8, bahwa pemerintah Jepang dan pemerintah RRC bersepakat dengan pandangan untuk memperkokoh dan mengembangkan hubungan perdamaian serta persahabatan antara kedua negara" untuk memasuki perundingan-pemndingan yang bertujuan menandatangani suatu perjanjian perdamaian dan persahabatan. Pembicaraan tentang perjanjian itu antara kedua pemerintah dimulai bulan Nopember 1974, ketika Wakil Menteri Luar Negeri RRC Han Nien-lung mengunjungi Jepang. Sejak itu, perundingan terus dilakukan baik di Tokio maupun di Peking. Di atas semua itu pembicaraan pertama di tingkat Menteri Luar Negeri diadakan menjelang akhir September 1975 antara Menteri Luar Negeri Jepang waktu itu, Miyazawa, dengan Menteri Luar Negeri RRC waktu itu, Chiao Kuan-hua ketika mereka mengunjungi Sidang Umum PBB di New York. Melalui kontak-kontak itu, saling pengertian antara kedua pemerintah makin mendalam dan harapan kuat mereka pun makin diteguhkan untuk segera dapat disimpulkannya perundingan. Dewasa ini, kedua pemerintah, dengan memperhatikan selayaknya kemajuan yang telah dicapai dalam perundingar-perundingan itu, masih meneruskan usaha mereka untuk menyelesaikan sesegera mungkin suatu perjanjian yang akan jadi dasar bagi persahabatan yang langgeng antara Jepang dan Cina. dengan cara yang memuaskan kedua belah pihak. T: Bagaimana hubungan ekonomi Jepang-RRC sekarang? J: Sejak normalisasi hubungan Jepang-RRC 29 September 1972, perdagangan antara kedua negeri menunjukkan kenaikan yang mantap setiap tahunnya dalam tempo yang cukup cepat. Kecepatan kenaikan per tahun rata-rata adalah 51%, sejak 1972 sampai 1975. Tapi perdagangan dalam tahun 1976 menurun sampai hampir 20/o diban dingkan dengan tahun 1975, karena resesi ekonomi dalam negeri di Jepang dan juga karena adanya bencana alam serta alasan-alasan dalam negeri lain di RRC. Jumlah perdagangan antara kedua pihak mencapai jumlah $ 3.033 juta, atau sebesar 300 juta lebih banyak datang dari pihak Jepang (lihat Tabel-Red.). Pihak Cina berulangkali menyatakan harapan mereka agar "menurunnya volume perdagangan dewasa ini antara kedua negara hanyalah gejala sementara, dan perdagangan Jepang-RRC akan berkembang kelak". Pihak kami pun ikut berharap bahwa perdagangan secara bertahap akan meningkat bersamaan dengan pulihnya kembali ekonomi Jepang dari resesi dewasa ini. Dalam kunjungan wakil-wakil Keidanren (Federasi Organisasi-Organisasi Ekonomi Jepang) baru-baru ini ke RRC, dari 30 Maret sampai 4 April, pihak Cina kabarnya telah mengusulkan persetujuan jangka panjang tingkat swasta, yang mengarah ke pengeksporan minyak dan batubara- RRC serta pengimporan bahan-bahan konstruksi dan pabrik serta baja. Ini dianggap sebagai indikasi positif di pihak Cina untuk meningkatkan perdagangan Jepang-RRC. T: Setelah konferensi OPEC di Qatar, kenaikan harga minyak Saudi hanyalah 5%. Akankah Jepang menaikkan impor minyak mentahnya dari Saudi dan akan menurunkan impornya dari Indonesia? J: Jepang selama ini mengimpor minyak mentah yang diperlukannya dari negeri-negeri produsen minyak seperti lndonesia dan Timur Tengah, dan berharap untuk mengimpor minyak mentah dengan basis jangka-panjang dan dalam suatu cara yang stabil, bukan hanya dari negeri-negeri yang tersebut di atas tapi juga dari negeri penghasil minyak di masa depan. Karena situasi pasaran minyak sangat berubah-ubah dan ditambahi dengan adanya sistem dua harga sekarang ini, mungkin akan ada sedikit fluktuasi dalam jangka pendek ini dalam volume impor minyak Jepang dari negeri yang satu ke negerl yang lain. Di Jepang, yang langsung terlibat dalam pembelian minyak mentah dari negara penghasil minyak adalah perusahaan minyak swasta sendiri. Sehubungan dengan itu, kami mengharap akan dimengerti bahwa perusahaan minyak Jepang membeli minyak mentah menurut rencana impor yang disusun dengan pertimbangan yang selayaknya atas situasi pa saran minyak internasional, situasi permintaan dalam negeri dan faktor-fakto ekonomis lainnya. Sedang mengenai minyak mentah Indonesia, bahan ini telah memainkan peran penting dalam suplai minyak yanr stabil ke Jepang terutama karena dua alasan ini: pertama, Indonesia secara geografis terletak dekat Jcpang dan merupakan negeri yang punya potensi ekspor yang besar. Kedua, kwalitas minyak Indonesia sesuai dengan tuntutan-tuntutan lingkungan di Jepang. Kami berharap bahwa hubungan dekat antara Indonesia, satu-satunya anggota OPEC di Asia, dengan Jepang, pengimpor minyak terbesar di Asia, akan lebih dikokohkan di masa depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus