Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Juru Potret Dan Dua Detektif

Polisi langkat, Sum-Ut, berhasil membongkar kasus pembunuhan Amir Sinaga. Korban yang semula ditemukan mati tergantung, ternyata mati dianiaya.

14 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA orang anggota polisi diam-diam tidur di sebuah kampung. Ini adalah cerita tentang salah satu usaha keras alat negara untuk membongkar sebuah kejadian atau pembunuhan -- yang sudah terjadi agak lama sebelumnya: tanggal 29 Januari tahun ini. Korbannya adalah Amir Sinaga, yang jenazahnya waktu itu diketemukan di Kecamatan Selayang. Kabupaten Langkat, Sumater Utara, dalam keadaan tak wajar: tergantung di pohon rambung. Maka bagai para detektif, kedua anak buah Kapten Amiruddin dari Komres Langkat/Binjai ini pun berkasak-kusuk untuk mendapat petunjuk-petunjuk yang jelas tentang siapa kira-kira pelaku pembunuhan, di kampung yang bernama Pardomuan Nauh di mana mereka menginap selama 2 malam. Dan usaha mereka tak sia-sia, 17 hari kemudian, tanggal 25 Aprii. Danres Langkat/Binjai Letkol Indramawan berhasil membekuk tersangka. Mereka bernama K.S dan R.S yang ternyata masih bersaudara dengan si korban dan tinggal sekampung. Dua Buah Visum Yang agak menarik ialah, mulanya polisi menyangka si Amir hanya sekedar bunuh diri. Lagi pula sebelum jenazah anak muda ini dikebumikan seorang dokter, di Binjai yang melakukan pemeriksaan mayat tersebut menyatakan: Saudara Amir Sinaga mati oleh sebab yang wajar. Tetapi - dan syukurlah - ada seorang tukang potret amatir yng waktu peristiwa itu terjadi berjepre-jepret ke arah jenazah. Foto-foto lantas dicuci. Dan dari hasil karya mat kodak ini, barulah polisi mencium bau kriminil. Di situ terlihat jelas: ada tanda-tanda penganiayaan di tubuh Amir. Maka, apa boleh buat: jenazah Amir yang sudah lebih 2 bulan atau persisnya 66 hari dimakamkan, terpaksa digali lagi -- dan dikirimkan ke RSUP Medan. Betul saja: pemeriksaan lengkap oleh dokter di sini menjelaskan: korban mengalami penganiayaan. Setidaknya terkena pukul benda keras sebelum lehernya terjirat dengan tali penggantung. Lantas apa kata dokter yang memberi visum pertama di Binjai itu? Dia berlepas tangan. Kepada polisi dia bilang: "Yang menulis visum itu sekretaris saya". Dan sekarang setelah para tersangka terlangkap, bisalah rekonstruksi dilakukan. KS. 20 Januari silam membuat onar. Katanya ia kehilangan uang Rp 15 rihu Saudaranya Amir diperintahkannya melapor kepada kepala lorong. Tetapi begitu Amir pergi KS justru mengbadap kepala kampung dan membuat tuduhan: "Amir mencuri uang saya, Amir sendiri selesai membuat laporan ke kantor kepala-lorong. Ia langsung bermaksud ke Binjai. Ia ada membekal uang Rp 5 ribu -- dari ibunya -- untuk belanja. Namun ketika Amir berada di terminal taksi di Selayang tiba-tiba muncul KS bersama RS, diiringi dua orang kawan lain. KS menggertak: "Kaulah ternyata yang mencari uang saya!" Amir tentu saja menyangkal keras. Terjadi perbantahan. Kemudian mereka setuju untuk memberesan urusan di muka kepala kampung saja. Di kantor kepala kampung, kontan kantong Amir digeledah. Uang yang ada di sana, Rp 25 ribu dicomot RS dan seketika sudah pindah ke tangan KS. Kepala kampung menganjurkan perdamaian di antara sesama saudara itu. Dan yang bersangkutan waktu itu kelihatan sepakat. Itulah sebabnya kepala kampung membenarkan mereka meninggalkan kantornya. Tokoh Akrobat Tapi dalam perjalanan pulang ke rumah pertengkaran Amir dan KS yang dibantu RS itu terjadi lagi. Pertengkaran memuncak ketika mereka sampai di tempat sepi, di tepi hutan rambung. KS tak sabaran juga. Ia memungut sebatang kayu dari pingir jalan, dan menyerahkannya ke tangan RS. Dan yang menerima kayu tadi, RS. tanpa dikomando ia sudah bertindak: menggebuk tengkuk Amir. Korban tersungkur. Ia masih mencoba melakukan perlawanan. Tapi, Iagi-lagi, KS menggebuk dan menggebuk. KS kabarnya juga turut mengerubut Amir. Dalam mengucur dari beberapa bagian tubuh. Ia pingsan. Nasib korban memang malang, sebab kedua lainnya malah mata gelap. Mereka menyeret Amir sekitar 200 meter ke tengah hutan, lalu mereka gantungkan ke pohon rambung. Menurut polisi, yang mungkin mengggantung Amir adalah tersangka KS sendiri. Karena orang inilah guru dan bekas pemain akrobat, yang memang cekatan memanjat pohon dan menarik jirat. Untuk menghapus jejakdan tentu agar mengesankan si Amir ini mati karena gantung diri kedua tersangka menghilangkan bekas penyeretan. Begitulah sampai mayat Amir diketemukan oleh seorang pemotong rumput. Dari interogasi para tersangka di atas, "selain juga dari penjejakan oleh si dua polisi yang menyamar diketahui motif kejahatan itu. KS sengaja berbuat gaduh dengan berita kehilangan uangnya, karena tahu Amir bakal mengantongi uang Rp 25 ribu dari ibunya. Uang itu dimaksudkan untuk berbelanja di Binjai, sebagai persiapn perhelatan yang akan diadakan di rumah. Sebab beberapa hari lagi Amlr mau kawin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus