DUA orang anggota polisi diam-diam tidur di sebuah kampung. Ini
adalah cerita tentang salah satu usaha keras alat negara untuk
membongkar sebuah kejadian atau pembunuhan -- yang sudah terjadi
agak lama sebelumnya: tanggal 29 Januari tahun ini. Korbannya
adalah Amir Sinaga, yang jenazahnya waktu itu diketemukan di
Kecamatan Selayang. Kabupaten Langkat, Sumater Utara, dalam
keadaan tak wajar: tergantung di pohon rambung. Maka bagai para
detektif, kedua anak buah Kapten Amiruddin dari Komres
Langkat/Binjai ini pun berkasak-kusuk untuk mendapat
petunjuk-petunjuk yang jelas tentang siapa kira-kira pelaku
pembunuhan, di kampung yang bernama Pardomuan Nauh di mana
mereka menginap selama 2 malam.
Dan usaha mereka tak sia-sia, 17 hari kemudian, tanggal 25
Aprii. Danres Langkat/Binjai Letkol Indramawan berhasil membekuk
tersangka. Mereka bernama K.S dan R.S yang ternyata masih
bersaudara dengan si korban dan tinggal sekampung.
Dua Buah Visum
Yang agak menarik ialah, mulanya polisi menyangka si Amir hanya
sekedar bunuh diri. Lagi pula sebelum jenazah anak muda ini
dikebumikan seorang dokter, di Binjai yang melakukan pemeriksaan
mayat tersebut menyatakan: Saudara Amir Sinaga mati oleh sebab
yang wajar. Tetapi - dan syukurlah - ada seorang tukang potret
amatir yng waktu peristiwa itu terjadi berjepre-jepret ke arah
jenazah. Foto-foto lantas dicuci. Dan dari hasil karya mat kodak
ini, barulah polisi mencium bau kriminil.
Di situ terlihat jelas: ada tanda-tanda penganiayaan di tubuh
Amir. Maka, apa boleh buat: jenazah Amir yang sudah lebih 2
bulan atau persisnya 66 hari dimakamkan, terpaksa digali lagi --
dan dikirimkan ke RSUP Medan. Betul saja: pemeriksaan lengkap
oleh dokter di sini menjelaskan: korban mengalami penganiayaan.
Setidaknya terkena pukul benda keras sebelum lehernya terjirat
dengan tali penggantung.
Lantas apa kata dokter yang memberi visum pertama di Binjai
itu? Dia berlepas tangan. Kepada polisi dia bilang: "Yang
menulis visum itu sekretaris saya".
Dan sekarang setelah para tersangka terlangkap, bisalah
rekonstruksi dilakukan. KS. 20 Januari silam membuat onar.
Katanya ia kehilangan uang Rp 15 rihu Saudaranya Amir
diperintahkannya melapor kepada kepala lorong. Tetapi begitu
Amir pergi KS justru mengbadap kepala kampung dan membuat
tuduhan: "Amir mencuri uang saya, Amir sendiri selesai membuat
laporan ke kantor kepala-lorong. Ia langsung bermaksud ke
Binjai. Ia ada membekal uang Rp 5 ribu -- dari ibunya -- untuk
belanja.
Namun ketika Amir berada di terminal taksi di Selayang tiba-tiba
muncul KS bersama RS, diiringi dua orang kawan lain. KS
menggertak: "Kaulah ternyata yang mencari uang saya!" Amir tentu
saja menyangkal keras. Terjadi perbantahan. Kemudian mereka
setuju untuk memberesan urusan di muka kepala kampung saja.
Di kantor kepala kampung, kontan kantong Amir digeledah. Uang
yang ada di sana, Rp 25 ribu dicomot RS dan seketika sudah
pindah ke tangan KS. Kepala kampung menganjurkan perdamaian di
antara sesama saudara itu. Dan yang bersangkutan waktu itu
kelihatan sepakat. Itulah sebabnya kepala kampung membenarkan
mereka meninggalkan kantornya.
Tokoh Akrobat
Tapi dalam perjalanan pulang ke rumah pertengkaran Amir dan KS
yang dibantu RS itu terjadi lagi. Pertengkaran memuncak ketika
mereka sampai di tempat sepi, di tepi hutan rambung. KS tak
sabaran juga. Ia memungut sebatang kayu dari pingir jalan, dan
menyerahkannya ke tangan RS. Dan yang menerima kayu tadi, RS.
tanpa dikomando ia sudah bertindak: menggebuk tengkuk Amir.
Korban tersungkur. Ia masih mencoba melakukan perlawanan. Tapi,
Iagi-lagi, KS menggebuk dan menggebuk. KS kabarnya juga turut
mengerubut Amir. Dalam mengucur dari beberapa bagian tubuh. Ia
pingsan.
Nasib korban memang malang, sebab kedua lainnya malah mata
gelap. Mereka menyeret Amir sekitar 200 meter ke tengah hutan,
lalu mereka gantungkan ke pohon rambung. Menurut polisi, yang
mungkin mengggantung Amir adalah tersangka KS sendiri. Karena
orang inilah guru dan bekas pemain akrobat, yang memang cekatan
memanjat pohon dan menarik jirat. Untuk menghapus jejakdan tentu
agar mengesankan si Amir ini mati karena gantung diri kedua
tersangka menghilangkan bekas penyeretan. Begitulah sampai mayat
Amir diketemukan oleh seorang pemotong rumput.
Dari interogasi para tersangka di atas, "selain juga dari
penjejakan oleh si dua polisi yang menyamar diketahui motif
kejahatan itu. KS sengaja berbuat gaduh dengan berita kehilangan
uangnya, karena tahu Amir bakal mengantongi uang Rp 25 ribu dari
ibunya. Uang itu dimaksudkan untuk berbelanja di Binjai, sebagai
persiapn perhelatan yang akan diadakan di rumah. Sebab beberapa
hari lagi Amlr mau kawin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini