SEPANJANG sejarahnya, Vietnam selalu menghalangi masalah
perbedaan antara bagian Utara dan Selatm. Pada akhir abad ke-15
dan awal abad ke-16, dinasti Le yang berkuasa di bagian utara
dan tengah Vietnam merebut wilayah kerajaan Campa di bagian
selatan. Perluasan teritorial ini berlangsung terus sampai abad
ke-18. Hasilnya adalah, hilangnya kerajaan Campa dan tapal batas
Vietnam seperti sekarang.
Perluasan teritorial ini mengharapkan pemerintahan Vietnam
(mulai dari dinasti Le sampai dinasti Nguyen pada abad ke-19)
pada masalah cara mengatur daerah seluas itu. Sistim
pemerintahan di Vietnam waktu itu diambil dari modal birokrasi
di Cina. Pejabat-pejabat tinggi istana dan para gubernur diambil
dari sarjana yang lulus ujian secara bertingkat. Ujian terakhir
diberikan sendiri oleh Raja di istana. Lulusan terbaik lazimnya
diangkat sebagai patih. Para sarjana itu membentuk suatu elite
tersendiri, dikenal sebagai kaum Mandarin.
DEKAT HANOI
Kebanyakan kaum Mandarin di Vietnam berasal dari propinsi di
sekitar Hanoi. Mereka menjadi tulangpunggung Raja dan dikirim
sebagai gubernur di propinsi-propinsi baru di selatan. Dari
daerah Selatan, kaurn Mandarin-nya sangat sedikit. Hal ini tidak
juga berobah, setelah dinasti Nguyerr (yulg mempunyai basis di
Selatan) menguasai seluruh Vietnam pada awal abad ke-19.
Perluasan birokrasi sebagai akibat perluasan wilayah, tidaklah
terkejar oleh jumlah kaum Mandarin yang ujiannya begitu ketat
dan tidak setiap tahun diadakan.
Perancis mula-mula menguasai wilayah di bagian Selatan, pada
pertengahan abad ke 19, daerah di selatan kota Da Nang.
Kekuasaannya sejak semula dipusatkan di Saigon. Daerah sekitar
Hanoi adalah yang paling akhir direbut Perancis setelah
pertempuran hebat. Perbedaan antara Utara dan Selatan ini
menjadi lebih dalam selama kolonialisme Perancis.
Di Selatan, Perancis dengan cepat membangun birokrasi yang luas.
Tanah yang subur di sekitar delta sungai Mekong menJadi pusat
tanaman ekspor untuk pengusaha Perancis. Banyak pula pemilik
tanah orang Vietnam yang dengan senang hati membantu Perancis
dalam mengeksploitir jajahannya yang baru itu. Tidaklah
mengherankan, jika Saigon sejak duh dikenal sebagai pusat kaum
kolaborator.
Di bagian Utara, Perancis mengalami banyak kesulitan. [3anyak
kaum Mandarin mengundurkan diri dari kehidupa ota. Mereka
kemudian menjadi punpinan dari gerakan-gerakan perlawanan yang
tiada berkeputusan terhadap penjajahan Perancis. Dengan mudah,
mereka mendapatkan kepercayaan dari orang-orang desa, apalagi
setelah Perancis memaksakan pajak-pajak kepala dan tanah yang
berat. Dengan demikian, wilayah Utara dikenal sebagai pusat
perlawanan, dipimpin oleh kaum Mandarin, berpusat di Hanoi.
Gerakan kemerdekaan modern Vietnam juga banyak dipengaruhi
perbedaan sejarah itu. Di Selatan. arus yang kuat menginginkan
semacam Persemakmuran dengan Perancis. Di Utara, dasar
perjuangan adalah kemerdekaan penuh. Ketika Ho Chi Minn (yang
ayahnya adalah seorang Mandarin) mendirikan Partai Komunis,
basisnya terdapat di wilayah Utara yang terkenal dengan tradisi
perlawanannya. Bahkan mereka dapat membang-ln semacam pertanian
dan basis kolektif di propinsi Nghe An pada akhir tahun 1930an.
PEMERSATU
Adanya satu partai untuk seluruh Vientam dengan demikian menjadi
salahsatu unsur pemersatu yang penting. Setelah kemerdekaan pada
tahun 1945 basis ini diperkuat dengan banyaknya orang-orang
Selatan yang direkruit sebagai kader. Dalam periode antara 1945
dan perjanjian Jenewa 1954, anggota Vietnam di Selatan bertambah
dengan cepat sekali.
Kebalikannya terjadi pula, yakni usaha konsolidasi kaum
non-komunis di Selatan. Bekas Presiden Ngo Dinh Diem berusaha
merebut simbol nasionalisme dari Ho Chi Minh, sambil membangun
suatu kelas menengah yang kuat di bidang ekonomi sebagai basis
untuk kekuatan politik. Usaha ini gagal. Dengan menyandarkan
hidupnya pada bantuan asing, Vietnam Selatan dulu (dari Diem
sampai Thieu) justru memperkuat identifikasi Utara dengan
nasionalisme Vietnam. Bahkan di Selatan, kaum nasionalis banyak
yang bergabung dengan Front Pembebasan Nasional (NLF) sebagai
tanda penolakan mereka terhadap politik ketergantungan Selatan.
Di bidang ekonomi, bantuan asing lebih banyak menjadi ohyek
korupsi daripada disebarkan kepada kaum pengusaha.
Soal agama juga banyak pengaruhnya. Bagian Utara boleh dikatakan
menganut faham sinkretisme antara ajaran Konusius dan Budha. Ada
juga penganut Katolik yang cukup kuat terutama di sekitar Hanoi.
Di bagian Selatan. aliran Budlla sangat kuat pengaruhnya, dengan
sekolah dan pagoda di mana-mana. Bahkan sejak Perang Dunia II
ada aliran Budha yang dipersenjatai Jepang, yakni aliran Hoa Hao
dan Kao Dai. Dari sudut ini, masyarakat di Selatan benar-benar
Heterogen. Penindasan yang dilakukan Diem, Cao Ky dan Nguyen
Thieu terhadap penganut Budha membuat banyak pendeta Budha
bergabung dengan NLF. Eksploitasi ekonomi juga menyebabkan
kuatnya basis NLF justru di daerah yang subur yakni di delta
Mekong.
Faktor-faktor di atas berpengaruh pada kondisi Vietnam sekarang.
Di bagian Selatan. kader-kader politik berasal dari aneka ragam
warna politik: golongan Budha, golongan nasionalis yang
menentang Thieu, golongan Katolik yang kritis terhadap Thieu
mahasiswa-mahasiswa Saigon yang sudah lama ditahan, di samping
golongan komunis sendiri. Di bidang ekonomi, adanya bantuan
asing dan daerah pertanian yang subur, telah menyebabkan
timbulnya kelas menengah, yang walaupun tidak terlalu besar,
tapi cukup potensiil. Ini berbeda dengan wilayah Utara, yang
sudah 30 tahun merdeka dan mampu mengadakan kolektilsasi di
bidang pertanian. Dalam cara hidup, masyarakat di Selatan sudah
biasa dengan kehadiran barang-barang mewah dari luarnegeri
sedangkan di Utara, penduduknya hidup dalam keprihatinan karena
harus berproduksi sambil berperang.
Tapi pemerintah Vietnam yang sekarang memiliki lebih banyak
peralatan dalam mengatasi perbedaan "Utara" dan Selatan, di
bandingkan dengan dinasti Le dan Nguyen dulu. Sudah ada aparatur
birokrasi, militer dan partai yang bersifat kesatuan, yang
perluasannya jauh lebih cepat dibandingkan usaha menghasilkan
kaum Mandarin dulu.
Mungkin tidak kurang pentingnya adalah dibangunnya solidaritas
baru di kalangan rakyat di Utara dan Selatan. Solidaritas ini
didasarkan pada persatuan suatu bangsa yang sudah seabad
berpisah dan pada penderitaan yang sama-sama mereka rasakan
selama peperangan yang berlangsung 30 tahun, dengan
akibat-akibat yang mereka masih rasai dan saksikan sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini