Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

1975 Berakhir: Tahun Teror ...

PLO menyatakan tidak terlibat dalam peristiwa peledakan di lapangan udara la guardia. Aksi teror di negara kaya makin meluas dan cenderung bermotif kriminil. (ln)

10 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SENJA musim dingin menyentuh La Guardia. Lapangan Udara di New York itu seperti biasa saja di hari Senin menjelang. tutup tahun 1975 itu. Di tempat penerimaan bagasi perusahaan penerbangan Trans World Airways, orang ramai berkerumun, mencari bagasi serta penjemput. Tiba-tiba, waktu jam nenunjuk 18.30, sebuah ledakan dahsyat terdengar. Orang-orang berjatuhan: 1) tewas seketika. Lantai tingkat di atas ambruk. Jendela kaca 3 meter tingginya terlontar dan hancur memmpa kerumunan orang. Pintu berbingkai baja nampak melengkung. Suatu kebakaran setempat terjadi. Pipa air di langit-langit pecah, aimya mancur ke lantai - bercampur darah manusia. Sebab di lantai itu bergelimang darah, di antara potongan tubuh, sepatu-sepatu yang terlontar, robekan kain. Tak lama kemudian tercatat 11 orang mati, 75 Jukaluka. "Ya, Tuhan, apa yang telah terjadi?" teriak seorang petugas keamanan. Jawaban atas teriakan itu segera bisa diberikan: yang, terjadi adalah pembantaian manusia, yang tidak jelas salahnya dan tidak jelas pula dibantai untuk apa. Zuhdi Tervi, peninjau Organisasi Pembebasan Palestina di PBB, menyatakan bahwa orgamsasinya secara pasti dan, tegas membantah keterlibatan dalam perbuatan kriminil itu. Terkenal sehagai tempat berkumpulnya pejuang yang melakukan dan menghalalkan apa yang kemudian disebut "teror", O nampaknya telah membedakan inana yang krimind dan mana yang bukan. Bagi sejumlah besar manusia yang dengan hati takut kini naik turun pesawat terbang, kereta api, jalan-Jalan di pojok kota atau sekedar berada di kantornya sendiri, perbedaan semacam itu tak pernah jelas. Kini nyaris siapa saja, di mana saja, kapan saja, bisa terbunuh - atas nama suatu perjuangan atau sekedar kegilaan: Peristiwa di La Guardia itu tak diketahui motifnya. Tak diketahui siapa yang melakukannya. Dan beberapa hari saja terjadi setelah pembajakan di Markas Besar OPEC (TEMPO, 3 Januari), peristiwa awal pekan lalu itu seakan-akan melengkapkan tahun 1975 sebagai "Tahun Teror Internasional". Bukan Rakyat Melarat Tentu saja pernbajakan dan pemboman serta pembantaian terhadap orang-orang yang "tak-siap-perang" oleh Pelbagai grup-itu tak cuma tetjadi di tahun 1975. Juga ada alasan bahwa peristiwanya kebanyakan terjadi di negara-negara kaya dan para korban juga bukan rakyat yang melarat. Tapi tahun 1975 agaknya juga ditandai oleh makin menyebarnya teror itu. Agustus 1975, lima anggota "Tentara Merab" Jepang mengambil-alih gedung kedutaan AS di Kuala Lumpur dan menyandera 51 orang. Mereka m.enuntut dibebaskannya 7 orang rekan mereka yang dipenjarakan di Jepang dan kalau tidak, gedung akan diledakkan. Tindakan, ini agaknya yang kemudian menyebabkan hampir semua kedutaan AS - termasuk di Jakarta-- dijaga ketat. Bisa difahami: sejak 1968, saat terbunuhnya Dutabesar John G. Mein oleh para penculik Guatemala, lebih dari 80 diplomat atau pejabat AS di luar negeri kena serang dan hampir 20 orang mati akibatnya. Perwakilan Inggeris, Kanada, Jepang, Perancis, Jerman Barat, Mesir dan terakhir Indonesia (lihat Laporan Utama) juga mengalami nasib yang sama. Makin tersebar-luasnya terorisme ini betapapun nampakitya belum dirasakan perlu ditanggulangi secara internasional. Orang Amerika mengeluh, bahwa usul AS di Komite liukum Majelis Umum PBB di tahun 1972 - yang menghendaki para negara anggota mengembalikan pelaku teror untuk diadili di negeri terjadinya perbuatan - ditolak. Yang diterima, detrgan suara 76. lawan 34, ialah suatu "penelaahan". Bisa saga di harapkan bahwa setelah teror mengenai juga orang Mesir, Malaysia, dan Indonesia - dan mungkin kelak hampir setiap bangsa kerjasama internasional melawan terorisme itu akan dilaksanakan. Namun selama ini latar belakang nasional masmg-masing negara terkadang menyebabkan kerjasama itu suht dilakukan. Sementara itu, terorisme, dengan tnudah menyebar bersama menyebarnya pengguhaan teknologi - baru. Peralatan baru di bidang senj.ata menyebabkan sebuah grup kecil bisa memiliki kekuatan yang ampuh. Misalnya, sebuah pesawat komersiil bisa ditembak dengan peluru-kendali-pencari-panas SA-7 bikinan Soviet, yang bisa dilontarkan dari peluncur ringan yang disangga di bahu. Pemancaran televisi ke seluruh dunia juga bisa menyajikan drama pembajakan dengan memikat, dan sering dianggap hal itu merangsang bagi para calon teroris. Yang Tanpa Warisan Namun tentunya bukan cuma teknologi yang menciptakan terorisme. Ketidak-puasan yang tak bisa tersalur secara damai masih cukup meluas. Dunia kini melihat makin banyak pemuda yang, lantaran ledakan penduduk, tak menemukan pintu bai suatu masa depan yang berarti. Sementara itu tersebarnya pengertian tentang persamaan hak dan keadilan membangkitkan pelbagai golongan minoritas dari kebisuannya: pemuda hitam di kota-kota AS, orang-orang keturunan Perancis di Quebec, bangsa Bask di Spanyol, dan para pengungsi Palestina. Seorang Palestina muda menulis misalnya dalam bukunya, Yang Tanpa Warisan (1972): "Kubenci dunia dan tata susunan kenyataan di sekelilingku. Kubenci keadaan di mana aku direnggutkan dari suatu bangsa dan suatu identitas. Kubenci diriku menjadi parah, menjadi angka nol. Beri aku pistol, bung, dan akan kuledakkan otakku dan otak seseorang lain". Barangkali meluasnya teror internasional mencerminkan di satu fihak kesewenang-wenangan internasional--dan di lain fihak semacam fatalisme yang mencengkam banyak orang melihat keadaan dunia kini dan nanti. Itu tidak berarti bahwa teror hanyalah senjata kaum pejuang yang fanatik nekad, putus-asa ataupun yang ingin cita-citanya lebih diacuhkan secara layak. Penyanderaan, dalam bentuk penculikan dengan minta tebusan, bukanlah taktik baru kaum bandit. Kqadian di La Guardia bahkan mungkin diakibatkan oleh sekedar fikiran sinting. Menghadapi semua itu, orang sering menuntut tindakan pencegahan dari fihak polisi secara lebih efektif. Tapi sudah jelas, sebagaimana terasa di pelbagai lapangall udara yang sesak di mana harnpir tiap orang wajib diperiksa, banyak hal tak enak terjadi. Lebih tidak enak bil. orang ke mana saja harus diperiksa, di mata-matai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus