Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Seorang presiden dan sebuah pesta

Sebuah pesta natal di hotel danau inya, rangoon, yang dikunjungi para diplomat terpaksa bubar setelah presiden ne win mendadak hadir dan menempeleng seorang kolonel dan pemain drum. (ln)

10 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI ibukota Rangoon yang tenang, pesta adalah hal yang jarang. Suasana Burma di bawah kepresidenan Ne Win adalah suasana serba sederhana. Agarna Budha, kemiskinan dan sifat keras pemerintah untuk menutup dari pengaruhu luar menjadikan siang malam di Rangoon bagaikan jauh-jauh kota kecamatan yang terpencil. Dua tahun yang lalu pemerintah memrintahkan agar semua kelab malam ditutup, kecuali satu yang bernama "Domino", yang baru ditutup enam bulan yang lalu. Pesta tak diperbolehkan, kecuali pesta Natal. Biasanya ini dikunjungi oleh para diplomat tamu-tamu asing yang jumlahnya sedikit dan sejumput kalangan atas Rangoon. Atas keleluasaan ini pula agaknya menjelang akhir tahun 1975 sebuah pesta Natal diadakan. Tempatnya adalah di sebuah hotel yang dibangun oleh Uni Soviet. Namanya hotel Danau Inya. Di berandanya, malam itu. Lebih kurang 800 tamu berkumpul. Sebuah band rock bermain di sudut. Tapi tiba-tiba, dua jam setelah pesta berlangsung, sekitar jam 11.00, tamu-tamu tak diundang muncul. Seorang laki-laki agak jangkung berbaju sweater sampai leher berwarna kemerahan berdiri tegak diiringkan oleh tiga laki-laki lain berbaju militer. Ia, dengan segera para tamu kalangan atas itu mengenalinya, tak lain adalah Presiden Ne Win dan para ajudannya. Mereka bersenjata senapan mesin ringan. Menurut cerita seorang tamu yang menyaksikan itu -- dan tak mau disebut namanya-sang presiden berjalan menuju kearah seorang kolonel yang berkedudukan tinggi yang hadir di kota itu. Perwira itu ditempeleng kurang lebih lima kali. Sang kolonel diam, tapi jelas ia kaget bukan main. Segera kegaduhan berhenti. Ne Win lalu melangkah ke pemain drum dalam band anak muda itu. Ia menanyakan apakah sang anak "putera dari si Anu" (nama sang bapak tak begitu jelas, tapi Ne Win agaknya kenal). Si pemain drum mengangguk. Sang presiden mendorongnya ke samping merebut tongkat pemukul alat musik itu dan mencoblos permukaan drum. Lalu kepala negara Purma itu menendang alat pengeras suara. Seorang Norwegia, pejabat PLB yang ditugaskan di Burma, merasa tak enak dengan kejadian itu dan mencoba mengajukan keberatannya. Tapi dua tentara yang mengikuti Ne Win menangkap lengan bajunya. Ia terjatuh dari tempat bermain band. Isterinya mencoba memprotes, tapi para pengawal Ne Win mencegahnya. Setelah itu, Jenderal Ne Win dan para pengiringnya meninggalkan pesta. Para hadirin segera bubar. Apa sebabnya Ne Win bertindak demikian? Ada desas-desus bahwa ia marah karena anaknya yang perempatan disangkanya ikut dalam pesta itu - meskipun di antara yang hadir tidak melihatnya dalam pesta. Dugaan lain menyatakan bahwa Ne Win, yang tinggal di seberang telaga, menganggap pesta itu terlalu riuh rendah dan merasa terganggu. Ia bermaksud membubarkan pesta itu. Bagaimana alasan sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Pesta di beranda hotel itu sebelulmnya sudah diiklankan cukup luas. Menurut seorang yang hadir, orang-orang yang serta di dalamnya malam itu bertingkah laku baik-baik tidak mabuk-mabukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus