DI ibukota Rangoon yang tenang, pesta adalah hal yang jarang.
Suasana Burma di bawah kepresidenan Ne Win adalah suasana serba
sederhana. Agarna Budha, kemiskinan dan sifat keras pemerintah
untuk menutup dari pengaruhu luar menjadikan siang malam di
Rangoon bagaikan jauh-jauh kota kecamatan yang terpencil. Dua
tahun yang lalu pemerintah memrintahkan agar semua kelab malam
ditutup, kecuali satu yang bernama "Domino", yang baru ditutup
enam bulan yang lalu. Pesta tak diperbolehkan, kecuali pesta
Natal. Biasanya ini dikunjungi oleh para diplomat tamu-tamu
asing yang jumlahnya sedikit dan sejumput kalangan atas Rangoon.
Atas keleluasaan ini pula agaknya menjelang akhir tahun 1975
sebuah pesta Natal diadakan.
Tempatnya adalah di sebuah hotel yang dibangun oleh Uni Soviet.
Namanya hotel Danau Inya. Di berandanya, malam itu. Lebih kurang
800 tamu berkumpul. Sebuah band rock bermain di sudut. Tapi
tiba-tiba, dua jam setelah pesta berlangsung, sekitar jam 11.00,
tamu-tamu tak diundang muncul. Seorang laki-laki agak jangkung
berbaju sweater sampai leher berwarna kemerahan berdiri tegak
diiringkan oleh tiga laki-laki lain berbaju militer. Ia, dengan
segera para tamu kalangan atas itu mengenalinya, tak lain adalah
Presiden Ne Win dan para ajudannya. Mereka bersenjata senapan
mesin ringan. Menurut cerita seorang tamu yang menyaksikan itu
-- dan tak mau disebut namanya-sang presiden berjalan menuju
kearah seorang kolonel yang berkedudukan tinggi yang hadir di
kota itu. Perwira itu ditempeleng kurang lebih lima kali.
Sang kolonel diam, tapi jelas ia kaget bukan main.
Segera kegaduhan berhenti. Ne Win lalu melangkah ke pemain drum
dalam band anak muda itu. Ia menanyakan apakah sang anak "putera
dari si Anu" (nama sang bapak tak begitu jelas, tapi Ne Win
agaknya kenal). Si pemain drum mengangguk. Sang presiden
mendorongnya ke samping merebut tongkat pemukul alat musik itu
dan mencoblos permukaan drum. Lalu kepala negara Purma itu
menendang alat pengeras suara. Seorang Norwegia, pejabat PLB
yang ditugaskan di Burma, merasa tak enak dengan kejadian itu
dan mencoba mengajukan keberatannya. Tapi dua tentara yang
mengikuti Ne Win menangkap lengan bajunya. Ia terjatuh dari
tempat bermain band. Isterinya mencoba memprotes, tapi para
pengawal Ne Win mencegahnya.
Setelah itu, Jenderal Ne Win dan para pengiringnya meninggalkan
pesta. Para hadirin segera bubar.
Apa sebabnya Ne Win bertindak demikian? Ada desas-desus bahwa
ia marah karena anaknya yang perempatan disangkanya ikut dalam
pesta itu - meskipun di antara yang hadir tidak melihatnya dalam
pesta. Dugaan lain menyatakan bahwa Ne Win, yang tinggal di
seberang telaga, menganggap pesta itu terlalu riuh rendah dan
merasa terganggu. Ia bermaksud membubarkan pesta itu. Bagaimana
alasan sebenarnya tidak diketahui secara pasti. Pesta di beranda
hotel itu sebelulmnya sudah diiklankan cukup luas. Menurut
seorang yang hadir, orang-orang yang serta di dalamnya malam itu
bertingkah laku baik-baik tidak mabuk-mabukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini