Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dua pesawat tempur siluman Amerika Serikat, F-22 mencegat dua jet Rusia setelah menyeberangi Sungai Efrat di Suriah. Dua jet Rusia itu terbang ke timur dari garis rahasia yang seharusnya memisahkan pesawat koalisi pimpinan Rusia dan Amerika Serikat yang beroperasi di Suriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jet tempur siluman F-22 itu kemudian melepaskan suara peringatan setelah 2 jet pendukung udara Su-25 Rusia melewati garis de-confliction beberapa kali pada Rabu, 13 Desember 2017.
Baca: Masuki Wilayah Amerika Serikat, Dua Pesawat Tempur Rusia Dicegat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti yang dilansir CNN pada 14 Desember 2017, pejabat Amerika Serikat yang memberikan informasi tersebut mengatakan F-22 dan Su-35 berpapasan selama beberapa menit dan nyaris menyebabkan bentrokan. Pasukan koalisi kemudian menghubungi Rusia mengenai insiden tersebut.
Komando Pusat Udara Amerika Serikat sebelumnya kerap mencegat pesawat Rusia yang melintasi garis de-confliction di dekat Sungai Efrat. Tercatat sekitar 6 hingga 8 kali sehari pada akhir November 2017, sesuatu yang dikhawatirkan oleh pejabat Amerika Serikat dapat menyebabkan bentrokan antara koalisi dan pesawat Rusia.
Baca: Perang Suriah, Jet Tempur Rusia Terbang dari Iran
"Perhatian terbesar adalah bahwa kita bisa menembak jatuh sebuah pesawat Rusia karena tindakannya dipandang sebagai ancaman bagi kekuatan udara atau darat kita," kata Kolonel Damien Pickart, juru bicara Komando Pasukan Udara Amerika Serikat.
Presiden Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah menegaskan kembali komitmen untuk menjaga jalur komunikasi terbuka antara militer Amerika Serikat dan Rusia di wilayah tersebut dalam sebuah konferensi baru-baru ini di Vietnam.
Keduanya menyepakati bahwa bagian dari pengaturan tentang wilayah pesawat terbang Rusia dan Amerika melintas. Selama ini sungai Efrat digunakan sebagai garis pemisah antara dua kekuatan, dengan pasukan pendukung AS beroperasi di sisi timur garis dan Rusia di barat.