Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 2000 pelajar SMA melarikan diri ke ibukota Yaman untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi setelah pertempuran berkecamuk di pelabuhan di Hodeidah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para pelajar ini menempuh perjalanan selama 6 jam dengan menyusuri pegunungan yang tercabik-cabik oleh ranjau darat dan bombardir senjata.
Baca: Pertempuran 2 Hari di Hodeidah, 250 Milisi Houthi Tewas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan Reuters, para pelajar itu tiba pada 21 Juni di Sanaa untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Mereka menyelamatkan diri ke luar Hodeidah saat pertempuran antara pasukan pemerintah didukung pasukan koalisi Arab Saudi melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran pecah pada 16 Juni lalu.
"Kami dulu merasa nyaman tinggal di kota kami di Hodeidah, rileks, tidak berpikir tentang perang dan kami kaget dengan perang ini yang memaksa kami pergi ke Sanaa, dan berdampak pada pendidikan, kehidupan sehari-hari kamu dan segala hal lainnya," kata Ahmed Shawky, salah seorang pelajar.
Di Sanaa, mereka tinggal bersama teman dan sanak saudara mereka.
Bangunan dan mobil yang rusak dekat bangunan Istana Kepresidenan yang hancur akibat serangan udara di Sanaa, Yaman, 7 Mei 2018. Serangan udara koalisi Arab Saudi menewaskan 6 orang dan 30 lainnya luka-luka. AP
Baca: Koalisi Arab Kuasai Bandara Hodeidah dari Milisi Houthi
Di sekolah Sayf bin Dhi-Yazan di Sanaa, pelajar-pelajar yang melarikan diri dari Hodeidah berkumpul dekat pintu masuk sekolah. Mereka menunggu giliran masuk untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.
Pertempuran di Hodeidah merupakan yang terbear dalam tiga tahun terakhir. PBB khawatir perang ini akan memicu bencana kelaparan di Yaman yang dihuni sekitar 4,8 juta orang. Mereka berisiko mengalami kelaparan berat. Pertempuran mulai mereda pekan lalu meski begitu ribuan orang masih mengungsi dan banyak juga yang terjebak ranjau darat.
Pasukan koalisi dukungan negara-negara Barat mengintervensi Yaman pada tahun 2015 untuk memulihkan pemerintahan di pengasingan yang diakui masyarakat internasional. Namun sejak itu konflik berubah jadi perang proksi antara Arab Saudi dan Iran.