Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penahanan Direktur Keuangan Huawei, Meng Wanzhou, 46 tahun, atas permintaan otoritas Amerika Serikat, telah menimbulkan sejumlah spekulasi. Meng ditahan di Kanada dan kemungkinan akan diekstradisi ke Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari theglobeandmail.com, Sabtu, 8 Desember 2018, Amerika Serikat dalam sesi dengar menuding Meng telah melakukan penipuan pada 2013 dengan mencoba menyembunyikan hubungan Huawei dengan sebuah perusahaan asal Hong Kong yang melakukan aktivitas bisnis dengan Iran. Iran merupakan salah satu negara yang diembargo oleh Amerika Serikat karena program nuklirnya dicurigai untuk membuat senjata pemusnah massal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akan tetapi, muncul pula dugaan lain saat sejumlah agen intelijen Amerika Serikat menuduh Huawei terkait dengan pemerintah Cina dan peralatan milik Huawei kemungkinan mengandung elemen 'mata-mata' yang digunakan oleh negara untuk melakukan mata-mata.
Belum ada bukti yang diungkap secara terbuka terkait tuduhan ini. Huawei pun secara tegas menampik tuduhan tersebut. Namun tuduhan ini tak pelak membuat negara-negara menahan diri untuk tak menggunakan produk buatan Huawei.
1. Jepang
Tokyo akan memberlakukan larangan bagi lembaga pemerintah untuk mengadakan pembelian perangkat teknologi buatan Cina, diantaranya merk Huawei. Larangan ini dilakukan demi keamanan dari pembobolan oleh intelijen dan serangan siber.
Menurut laporan Yomiuri, Jumat, 7 Desember 2018, Jepang dijadwalkan merevisi peraturan internal tentang pengadaan peralatan itu pada hari Senin depan.Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga tidak memberikan pendapatnya. Namun dia memberikan catatan bahwa Jepang telah melakukan komunikasi secara dekat dengan AS tentang hal yang lebih luas termasuk masalah keamanan siber.
2. Amerika Serikat
Badan-badan intelijen Amerika Serikat telah menghibau Washington agar tidak membeli perangkat dari Huawei. Alasannya, Huawei diduga merupakan jaringan pemerintah Cina dan peralatan yang diproduksi memiliki perlengkapan yang digunakan oleh intelijen. Meski begitu tidak ada bukti yang telah dipublikasi tentang dugaan itu.
Ayah Meng, Ren Zhengfei, 74 tahun, adalah pendiri dan CEO Huawei Technologies. Sebelum membangun Huawei pada 1988, Ren bekerja sebagai teknisi selama hampir 10 tahun di Angkatan Bersenjata Cina atau PLA. Ren pernah membantu lembaga militer Cina itu membangun jaringan komunikasinya.
Latar belakang ayah Meng ini telah membuat sejumlah negara, khususnya Amerika Serikat, menyuarakan kekhawatirannya kalau Huawei dekat dengan militer Cina dan Beijing. Namun Huawei berulang kali menegaskan Beijing tak punya pengaruh apa-apa di perusahaan itu.
3. Australia
Negara Kangguru ini pada Agustus 2018 telah melarang Huawei memasarkan teknologi 5G di negara itu. Namun dalam pengumumannya, Huawei tak secara spesifik disebut oleh Australia.
Dikutip dari aljazeera.com, Sabtu, 8 Desember 2018, Canberra mengatakan perusahaan-perusahaan yang menjadi subjek ekstrajudisial dari sebuah pemerintah asing tidak boleh lagi memasarkan jaringan teknologi 5G di Australia. Huawei mengatakan tuduhan Australia itu tidak berdasarkan fakta.
4. Selandia Baru
Pada November lalu, Selandia Baru mengumumkan akan mengambil sejumlah langkah-langkah menyusul sikap yang diambil Australia terhadap jaringan 5G Huawei. Biro Keamanan Komunikasi Selandia Baru atau GCS, menyangkal keputusan ini karena teknologi 5G berisiko besar sejak kemampuan mobile internet dan mobile phone Selandia Baru diganggu.
Direktur GCS, Andrew Hampton mengakui pihaknya telah diinformasikan tentang besarnya risiko keamanan. Namun dia enggan memberikan keterangan rinci.
5. Inggris
Inggris Raya telah didesak oleh sekutu-sekutunya agar melarang masuknya infrastruktur jaringan 5G Huawei. Belum ada langkah resmi yang dilakukan oleh Inggris, namun pemerintah Inggris telah mendebat soal langkah-langkah khusus apa yang harus diambil.
6. Jerman
Jerman masih menggunakan teknologi Huawei, namun belum memutuskan masa depan perusahaan teknologi Cina itu di Jerman. Pada bulan lalu, sejumlah pejabat senior Jerman berencana meyakinkan pemerintah Jerman agar mempertimbangkan mengeluarkan sejumlah perusahaan asal Cina seperti Huawei dari infrastruktur 5G yang ada di penjuru Jerman.