Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ahed Tamimi, aktivis asal Palestina yang ditangkap di wilayah pendudukan Tepi Barat pada awal bulan ini, berbicara kepada wartawan tentang kondisi buruk di penjara Israel setelah dibebaskan dari Penjara Damon pada Jumat, 1 Desember 2023.
Hal itu dilakukannya meski para pejabat Israel memperingatkan dia untuk tidak berbicara kepada publik mengenai detail penahanannya, atau konsekuensi buruk akan terjadi kepada salah satu orang terdekatnya. Pasukan Israel pun mengancam akan membunuh ayahnya.
Tamimi merupakan salah satu dari 30 tahanan yang dibebaskan oleh Israel pada Kamis pagi, 31 November 2023, sebagai bagian pertukaran tahanan dan sandera saat berlangsungnya gencatan senjata sementara di Gaza antara Israel dan Hamas.
“Ketika (pasukan Israel) memproses pembebasan saya, mereka mengancam saya dan ayah saya,” katanya, seperti dikutip dari kantor berita New Arab. “Mereka mengatakan kepada saya: 'Kami memiliki ayahmu. Jika kamu mengatakan sesuatu, kami akan membunuhnya di sini'.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahed Tamimi dan ibunya (REUTERS/Ammar Awad)
Ayahnya adalah Bassem Tamimi, veteran penyelenggara protes dan tokoh masyarakat yang saat ini masih dipenjara tanpa dakwaan oleh Israel.
Berbicara kepada wartawan, dia menggambarkan kondisi para tahanan perempuan di penjara. Di sana “tidak ada makanan, air dan pakaian” dan para perempuan berada dalam “keadaan yang sangat buruk”. Tamimi, seperti beberapa warga Palestina lainnya yang baru saja dibebaskan, mengatakan para tahanan disiksa oleh aparat Israel.
Tamimi menjadi terkenal pada 2017 ketika dia menampar seorang tentara Israel yang menyerbu desa Nabi Saleh di kampung halamannya, Tepi Barat. Selama bertahun-tahun, dia bersama anggota keluarganya memprotes perampasan tanah oleh Israel di daerah tersebut.
Setelah menampar tentara tersebut, Tamimi yang berusia 16 tahun saat itu dijatuhi hukuman delapan bulan penjara setelah mengaku bersalah atas hal-hal yang didakwakan, termasuk tindak penyerangan.
Pasukan Israel awal bulan ini kembali menangkapnya karena tuduhan menghasut kekerasan. Ibu Tamimi membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa tuduhan itu didasarkan pada unggahan media sosial palsu, yang bukan dipublikasi oleh Tamimi, 22 tahun.
NEW ARAB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini