KELUARGA Somoza sudah 40 tahun menguasai Nikaragua. Zamannya
kelihatan hampir berakhir. Negara Amerika Tengah ini sedang
dilanda pertempuran. Kaum pemberontak -- Front Sandinista --
muncul di seluruh negeri. Leon dan Matagulpa, dua kota penring
setelah ibukota Managua, sudah sepenuhnya di tangan
pemberontak.
Presiden Anastasio Somoza di Managua pun sudah tidak merasa
aman. Ibukota itu pun terancam, dan kejatuhannya di tangan kaum
gerilya diduga menunggu waktu saja.
Indikasi kekalahan Somoza tampak dari pengungsian ratusan
warganegara Amerika yang melarikan diri dengan pesawat angkutan
militer. "Batalion Somoza -- pasukan elite diktator itu
mengusahakan supaya lapangan udara Manatia tetap terbuka. Siapa
tahu, Somoza pun harus terbang dari situ yang kini dekat sekali
dengan daerah yang dikuasai Sandinista.
Dengan perkembangan ini, Menlu AS Cyrus Vance memanggil sidang
OAS (Organisasi Negara Amerika) di Washington pekan ini. Vance
tampaknya akan mengusahakan perserujuan OAS untuk mengirim missi
perdamaian ke Nikaragua.
Usaha itu mungkin terlambat, apalagi jika bertujuan
menyelamatkan rezim Somoza. Lima negara dalam Pakta Andes --
Venezuela, Columbia, Peru, Bolivia dan Equador -- telah mengakui
kehadiran Sandinista. Equador bersama Meksiko dan Costa Rica,
suatu tetangga Nikaragua, bahkan sudah memutuskan hubungan
diplomatik dengan rezim Somoza.
Sandinista sudah membentuk pemerintahan sementara yang
memperoleh pengakuan Kuba. Menjelang sidang OAS, Kuba cepat
menuduh AS merencanakan intervensi, menjadikan Nikaragua suatu
"Vietnam" di Amerika Latin.
"AS tidak ingin kehilangan haknya untuk turut mengontrol turan
permainan di wilayah ini," kata Abraham Lowenthall, kepala
program Amerika Latin pada Institut Woodrow Wilson di
Washington. Tapi pemerintahan Carter sendiri memang tidak
merestui kediktatoran Somoza.
Dari Deplu AS terdengar komentar bahwa Washington hanya risau
bila suatu ketika pemerintahan baru di Nikaragua, mungkin
Sandinista, berada di bawah pengaruh Kuba dan bertikai dengan
AS. Bahwa Somoza akan terguling, dengan lain kata, AS tampaknya
bersiap menghadapi situasi baru ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini