IA sudah lima tahun menikah dan belum mempunyai keturunan.
Alangkah senang hati wanita itu, juga suaminya, ketika
menstruasi bulan ini tidak kunjung datang. Apalagi test
kehamilannya positif dan setiap pagi perutnya terasa mual
ditambah muntah sesekali. Tetapi kegembiraan itu tidak
berlangsung lama, karena pendarahan muncul silih berganti.
Mula-mula memang hanya berupa bercak di celana.
Dari pemeriksaan demi pemeriksaan, dokter kemudian memutuskan
bahwa wanita itu tidak hamil, tetapi menderita penyakit
trofoblas. Ini bisa menyerang segenap lapisan masyarakat.
"Lebih banyak terdapat penyakit ini pada kaum ibu dengan keadaan
sosial ekonomi yang lemah serta pada umur yang muda," tutur dr.
R. Soeprono, ketua umum Panitia Pelaksana Kongres
Obstetri-Ginekologi Indonesia (KOGI) IV pada upacara
pembukaannya. Kongres para ahli Kebidanan dan penyakit Kandungan
itu diadakan di Yogya pertengahan Juni. Pesertanya 520 orang
yang datang dari Australia, Negeri Belanda, Amerika Serikat,
Swedia, Jerman Barat, Inggeris, Thailand, Brunei serta Indonesia
sendiri. Kongres ini antara lain membahas penyakit trofoblas
ganas di samping Obstetri Patologi dan kemajuan Keluarga
Berencana.
Penyakit trofoblas yang merupakan kelainan kehamilan ini cukup
banyak kasusnya di kawasan Pasifik sarat, juga di Indonesia.
"Sayangnya kita sendiri kurang mau memperhatikannya," kata
Profesor H. Marsidi Judono kepada TEMPO. Dulu guru-besar pada
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, ia sekarang menjabat
penasehat ahli kepala BKKBN Pusat.
Dari 100 kehamilan mungkin terdapat 1 penyakit Mola Hidatidosa
-- istilah kerennya penyakit trofoblas. Dan dari 2000 kasus Mola
Hidatidosa ini, seorang diduga akan menderita kanker. Penyebab
penyakit ini belum diketahui persis.
Bukan Calon Manusia
Banyak yang menganggap bahwa kelainan dalam pembentukan janin
itu karena kekurangan makanan, jelasnya zat putih telur atau
protein. Bila wanita hamil dianggap mendapatkan cukup protein di
dalam dietnya, mereka yang kekurangan zat itu mengalami
kegagalan dalam pembentukan janin di dalam rahimnya. Sebagai
gantinya, terbentuklah gelembung seperti buah anggur yang
disebut "gelembung mola," sedangkan penyakitnya disebut Mola
Hidatidosa. Penyakit ini pada stadium awal sering dikelirukan
dengan kehamilan muda sebab gejala yang ditimbulkannya amat
serupa -- absennya menstruasi, mual sampai muntah serta
membesarnya perut secara cepat sekali, malahan test kehamilannya
juga positif. Menyusul kemudian gejala pendarahan yang berulang,
seringkali disertai dengan naiknya tekanan darah. Gerakan anak
tidak kunjung terasa serta denyut jantungnya tidak juga
terdengar. Memang kandungannya bukan berisi calon manusia,
melainkan gelembung Mola yang lengkap dengan peredaran darahnya.
Gelembung itu dapat lepas dari dinding rahim, keluar dari dalam
rahim dan menimbulkan pendarahan. Bila tidak segera dikeluarkan,
ia bisa terus tumbuh menjadi kanker (chorio-carcinoma).
Kanker ini ganas sekali, yang perlu segera diberi pertolongan
bedah. Sebetulnya obat-obatan untuk kanker jenis ini sudah ada,
namun masih terlalu langka dan sangat mahal harganya untuk
Indonesia. Contohnya Mtx (Methotraxate) --harganya Rp 38.000
setiap 50 mg/flacon yang dipergunakan untuk 1 kuur (5 hari).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini