GEMA kecelakaan reaktor nuklir 3 bulan lalu di Three Mile
Island dekat Harrisburg, AS, akhirnya menyadarkan Presiden
Marcos dari Filipina. Pekan lalu ia menyetujui usul lawan
politiknya, bekas Senator Lorenzo Tanada. Tokoh oposisi ini
sudah lama mengritik politik Marcos secara umum, termasuk soal
proyek Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Pemerintah Filipina semula tetap ingin melaksanakan proyek
walaupun dunia heboh sesudah peristiwa Harrisburg itu. Bahkan
Komisi Enersi Atom Filipina (PAEC) memberi lisensi impornya
kepada Westinghouse Electric Corp. di Amerika, yang membuat
reaktor nuklir pesanan Filipina itu.
Komisi Pengawas Tenaga Nuklir (NRC) di Amerika sendiri
belakangan ini makin ketat menerapkan peraturan pengawasan,
termasuk terhadap reaktor untuk ekspor. Westinghouse sudah 2
tahun berusaha untuk memperoleh lisensi ekspor bagi reaktor
pesanan Filipina itu. Izin itu sampai sekarang belum diterimanya
dari NRC, walaupun awal Mei lalu staf NRC merekomendir pemberian
izin itu.
Agaknya suatu pihak oposisi di Filipina mempengaruhi sikap NRC.
Kelompok oposisi yang dipimpin Jesus Nicanor Perlas III,
misalnya, telah mengajukan permintaan penangguhan kepada NRC,
dan ini mendapat dukungan kuat dari berbagai kelompok pelindung
lingkungan di Amerika sendiri.
Pekan lalu Marcos, atas usul bekas Senator Tanada memerintahkan
untuk menangguhkan pekerjaan pembuaan reaktor itu. Bersamaan
dengan itu ia membentuk sebuah komite untuk mengusut tingkat
keamanan reaktor itu. Diangkatnya Tanada sebagai wakil ketua
komite itu.
Marcos Tersentak
Usul Tanada itu mencakup sebuah laporan 22 halaman mengenai
pengalaman Augusto Almeda Lopez, bekas pimpinan stasion radio
dan televisi di Filipina, yang kini tinggal di Camp Hill,
Pennsylvania, dekat Three Mile Island. Pandangan Lopez, orang
yang cukup dikenal Marcos, rupanya meyakinkannya.
Lopez menggambarkan secara terperinci bagaimana Amerika
mengerahkan berbagai peralatan teknologi termaju untuk
menanggulangi kecelakaan itu. Jelas di Filipina tidak tersedia
peralatan yang demikian, membuat Marcos tersentak Bagaimana bila
terjadi kecelakaan PLTN di Filipina nanti?
Reaksi Tanada sendiri atas pengangkatannya agak semu. Front
oposisi yang tergabung dalam persatuan Laban (pertempuran) tidak
membenarkan anggotanya menerima pengangkatan dalam pemerintahan
Marcos. Apalagi Laban tidak menyetujui keadaan darurat militer
yang dipertahankan oleh Marcos. Pimpinan tituler Laban, Senator
Benigno Aquino Jr., masih dalam tahanan pula, bahkan telah
dijatuhi hukuman mati. Tapi kalau Tanada sendiri menolak
pengangkatan Marcos, komite tadi tidak dipimpin oleh pihak
oposisi. Hasil kerjanya, menurut Tanada, mungkin tidak akan
mendapat kepercayaan rakyat Filipina. Serba salah bagi kaum
oposisi.
Pembatalan kontrak oleh pemerintahan Marcos, jika terjadi,
berarti kerugian ratusan juta dollar. Berbagai pertikaian legal
antara pemerintah Filipina dan Westinghouse mungkin timbul.
Tindakan ini juga akan menjadi preseden bagi pemerintah negara
Asia lainnya yang mulai resah tentang tingkat keamanan reaktor
pesanan mereka.
Proyek PLTN Filipina ditaksir seharga $ 1,1 milyar. Agaknya
sudah cukup banyak uang dibelanjakan untuk itu. Semula
diperkirakan reaktor itu akan siap untuk beroperasi menjelang
tahun 1981.
Di Amerika, Westinghouse menyatakan keyakinan bahwa reaktornya
akan lulus bila diuji tingkat keamanannya oleh komite Marcos
itu. Tapi bagi Marcos, proyek ini juga menjadi soal politik
dalam melayani kritik di negeri sendiri. Dengan kasus ini,
justru pihak oposisi mau dirangkulnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini