INILAH sikap keras pertama kali yang ditunjukkan oleh Amerika pada Israel. Di muka sidang Kongres AS, Menteri Luar Negeri James Baker menuntut pembekuan sepenuhnya permukiman Yahudi di wilayah pendudukan Israel, sebagai syarat pemberian jaminan utang senilai US$ 10 milyar, Senin pekan lalu. Gedung Putih menganggap masalah pembangunan permukiman itu menjadi penghalang utama keberhasilan Konperensi Damai Timur Tengah. Mengapa kini Amerika tampak bergigi menghadapi Israel? Para pengamat menyebutkan karena Washington ingin Konperensi Damai Timur Tengah yang diprakarsainya tidak gagal. Kedua, juga karena kondisi buruk ekonomi AS saat ini. Dalam masa resesi sekarang masyarakat Amerika tampaknya tak mau mengobral duit. Buktinya, hasil pengumpulan pendapat pekan lalu menunjukkan 70% responden mendukung sikap Bush terhadap Israel. Soal pemilu Amerika tahun ini? Presiden Bush tak khawatir karena soal Israel ini. Saingannya untuk pencalonan presiden dari Partai Republik, Patrick Buchanan, akan mengambil manfaat. Soalnya, Buchanan pun dikenal sebagai pengkritik pedas Israel. Selain itu, para pendukung Israel di Amerika (para lobi Yahudi), sebagaimana masyarakat Israel sendiri, kini pecah antara yang pro-pembekuan permukiman Yahudi dan yang menentangnya. Para penentang umumnya bependapat bahwa uang untuk membangun rumah-rumah buat imigran Yahudi lebih baik dipakai untuk membangun ekonomi Israel yang menurun. Menurut kabar terakhir, pengangguran di Israel meningkat menjadi 11% belakangan ini. Faktor lain lagi mengapa AS kini tak lagi seperti macan ompong menghadapi Tel Aviv adalah karena perubahan di dunia internasional. Setelah Uni Soviet bubar, nilai penting Israel untuk mengimbangi pengaruh Soviet di wilayah Timur Tengah, di mata AS, sudah rontok secara strategis. Bagi pemerintah Yitzhak Shamir, kredit lunak dari AS itu sangat banyak manfaatnya. Praktisnya, pembangunan permukiman di wilayah pendudukan tak akan mengganggu devisa Israel, hingga simpanan ini bisa dimanfaatkan menolong ekonomi Israel yang kian suram. Dari segi hubungan dengan Amerika, banyak pihak di Israel khawatir bila dana itu tak juga bisa dicairkan akan jadi preseden buruk. Ini memudahkan AS selanjutnya bersikap menekan untuk tiap bantuan yang dibutuhkan Israel. Sebab, hampir mustahil bagi Israel mencari dana dari negara Barat lain semudah menunggu datangnya bantuan dari Amerika seperti selama ini. AS tiap tahun mengirim dana US$ 4 milyar untuk Tel Aviv, konon merupakan seperempat dari pendapatan Israel. Dari sudut politik dalam negeri, langkah keras AS menimbulkan dilema bagi pemerintahan Shamir, yang merupakan pemerintahan paling antiPalestina sepanjang sejarah Israel. Di ambang pemilu Israel yang dijadwalkan Juni depan, Shamir ibarat mundur kena maju pun bakal kalah. Jika ia tunduk pada kemauan Washington, ia akan dijauhi oleh para pemilih ekstrem kanan dan Yahudi ortodoks. Tapi jika ia bersikeras tak mau berkompromi, ia bisa dituding mementingkan sebagian kecil warga Israel ketimbang mayoritas rakyat Israel yang bakal ditohok kesulitan ekonomi. Banyak pihak di Israel percaya, bukan kebetulan bahwa sikap keras Baker atas Israel diambil hanya beberapa hari setelah Yitzhak Rabin terpilih sebagai Ketua Partai Buruh yang baru. Rabin pun dikenal dekat dengan Washington. Jadi, siapa tahu, Gedung Putih memang sedang berupaya merekayasa penguasa baru di Tel Aviv yang lebih bisa diajak berkompromi untuk menggolkan ambisi Amerika: menyelesaikan konflik Timur Tengah. FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini